👻 Gₕₒₛₜ ₂₁ 👻
—Welcome to Bimasakti Primus Inter Pares—
"ᵀⁱᵈᵃᵏ ᵃᵈᵃ ⁿⁱᵃᵗ ʸᵃⁿᵍ ᵇᵃⁱᵏ ʸᵃⁿᵍ ᵇᵒˡᵉʰ ᵈⁱᶜᵃᵖᵃⁱ ᵈᵉⁿᵍᵃⁿ ᶜᵃʳᵃ ᵇᵘʳᵘᵏ, ᵈᵃⁿ ˢᵉᵇᵃˡⁱᵏⁿʸᵃ ᵗⁱᵈᵃᵏ ᵃᵈᵃ ⁿⁱᵃᵗ ᵇᵘʳᵘᵏ ʸᵃⁿᵍ ᵇᵉʳᵘᵇᵃʰ ᵇᵃⁱᵏ ᵐᵉˢᵏⁱ ᵈⁱˡᵃᵏᵘᵏᵃⁿ ᵈᵉⁿᵍᵃⁿ ᶜᵃʳᵃ⁻ᶜᵃʳᵃ ᵇᵃⁱᵏ."
—Rembulan Tenggelam Diwajahmu—
🎃🎃🎃
[Di saat yang sama. Asrama Bintang]
"Hm? Aku rasa duel sudah dimulai." Liam mengamati Gymnasium Black Hole dari kejauhan dengan senyuman santai.
Sang ketua Sirius saat ini datang ke Asrama Bintang bersama Ivy Ajeng Mahawira dan juga Veano Putra. Kepala sekolah, Julian Linggarjati meminta mereka bertiga untuk tidak terpisah sejak Illios van Halen diincar oleh hantu luar yang mengganggu Bimasakti.
Alasannya adalah mereka bertiga sangat mencolok bagi para hantu.
Ketiganya dengan cepat meninggalkan gymnasium untuk menyelidiki hal ini dan tidak sempat untuk menonton pertandingan. Sudah ada Chaya yang mengawasi, jadi mereka lebih santai.
"Itu benar, aku tidak menyangka kalau banyak yang menonton duel itu. Aku pikir Lukman yang bertindak hingga suasana menjadi heboh dan sedikit membuat sisi kita gugup," timpal Veano dengan kedua tangan dimasukkan ke dalam saku celana. Dia yang pertama kali berjalan menuju Asrama Bintang. "Si licik Faisal pasti sudah memperhitungkan hal ini."
"Lagipula, kita yang pertama kali menantang aliansi lain secara terbuka. Itu pencapaian yang tidak terlalu buruk," kata Ivy seraya mengibaskan rambut panjangnya. Matanya menyorot dingin ke arah Asrama Bintang. "Selain itu, kita bisa santai karena aliansi selain Diamond akan lebih berhati-hati kepada kita."
"Momen ini bisa kita manfaatkan untuk mencari tahu hal yang berada di asrama ini," kata Liam seraya menatap gedung Asrama Bintang. "Suasananya agak berat."
Veano mengedarkan pandangannya ke segala arah, dia sepertinya mencari seseorang. "Aku tidak melihat Yuina."
"Yuina tidak akan keluar untuk sementara waktu karena perintah Illios." Ivy menjelaskan alasan keberadaan Yuina yang tidak terlihat di gedung asrama.
Sebelum Illios pergi berlindung, dia sudah memerintahkan Yuina untuk menjaga Asrama Bintang yang sekarang memiliki aura gelap yang kurang menyenangkan. Hantu jepang itu menyanggupi tugas tanpa banyak bicara karena dia dibantu oleh Roma si genderuwo. Yuina sangat setia dan bertanggung jawab.
Illios juga memberikan peringatan agar Liam, Ivy, dan Veano tidak memasuki Asrama Bintang secara sembarangan. Ketiga manusia itu mempunyai energi terang yang menarik para hantu untuk mendekat. Akan berbahaya jika mereka bertiga tidak didampingi oleh pendamping yang berpengalaman. Illios tidak akan mengambil resiko untuk membuat siswa Bimasakti mengalami bahaya-bahaya supranatural.
Liam juga tahu resiko ini, tapi dia tetap ingin mengawasi Asrama Bintang. Dia percaya kalau tidak hanya hantu yang mengancam Bimasakti tetapi juga sesama manusia. Sebagai pewaris, Liam tidak ingin Bimasakti menjadi jembatan untuk hal-hal jahat dan akan terus terang mendampingi dan melindungi semua hal yang ada di sekolah.
Jika mereka melakukan kesalahan, dunia manusia akan mengalami bahaya yang tidak pernah mereka duga. Mereka membutuhkan seorang yang cukup ahli untuk bertarung dengan hantu.
Sambil mengalihkan pandangannya, Liam melihat sosok yang dikenalnya. Githa Syamil dengan rambut hitam yang kuncir kuda, ekspresinya terlihat tegang dan waspada, mungkin karena Ivy. Kedua gadis itu, tidak memiliki sejarah yang bagus.
Lebih tepatnya, Ivy tidak repot-repot harus rukun dengan orang lain.
"Kau terlambat 2 menit, Githa," ucap Ivy dengan nada dinginnya yang khas. Gadis itu menatap Githa dengan mata yang tajam. Itu bukan permusuhan, tetap saja semua orang akan merasa waspada jika ditatap seperti itu.
"Maaf, ada hal yang harus aku lakukan sebelum ke sini." Tidak ada celah dan sempurna, Githa membalas perkataan Ivy dengan nada yang sama dinginnya. Dia kemudian berhenti berjalan tepat di depan Ivy.
Kedua gadis itu lalu saling melotot dalam diam, sehingga membuat Liam dan Veano diam-diam bergeser menjauhi mereka karena tidak ingin terlibat. Keduanya memang dikenal tidak akur satu sama lain.
"Apa kau memberikan kata-kata penyemangat untuk pacarmu yang sedang bertanding saat ini?" tanya Ivy seraya tersenyum sarkastik. Dia paling semangat untuk menggoda Githa karena saat ini Zalfan sedang mati-matian duel dengan Ricky.
Mata Githa menyipit dengan dingin sebelum mendesah pelan. Dia tidak ingin terjebak dalam provokasi Ivy, tapi tetap saja dia tidak ingin kalah dari gadis yang angkuh itu. "Itu bukan urusanmu, Nona."
Mereka berdua terdiam dan saling adu tatapan tajam, membuat Liam dan Veano kehilangan kesempatan untuk berbicara. Kedua pemuda itu secara alamiah mengalah sebentar dan membuat ruang untuk para gadis bertempur dengan kata-kata tajam. Lagipula, melihat tontonan yang langkah membuat suasana agak mencair.
Ivy tidak pernah menyukai Githa, begitupun sebaliknya. Alasan utamanya adalah Githa adalah murid Ilona Charemon, sang penyihir jenius yang saat ini bekerja sebagai detektif untuk menyamarkan identitasnya. Alasan lainnya adalah Ilona sering kali mengganggu calon kekasih Ivy, Revano Sanjaya.
Itu masih rahasia, hanya Liam yang mengetahuinya.
"Berhenti, saatnya bekerja," kata Liam dengan tegas, karena mereka sudah terlalu lama membuang waktu. "Saat ini bukan waktunya untuk bermalas-malasan."
"Kita datang kesini untuk mencari tahu rahasia tentang Asrama Bintang. Kalau kalian masih ingin bermain, lakukanlah di tempat lain," tambah Veano dengan kekehan kecil. "Kalian harus mengamuk pada hantu-hantu itu."
Mendengar keluhan dari kedua pemuda itu, Ivy mundur dengan segera. Tujuan mereka saat ini bukan bertengkar, lagipula mereka sedikit penasaran dengan apa yang terjadi dengan Asrama Bintang.
Dengan panduan Githa, mereka kemudian memasuki halaman Asrama Bintang yang luas. Meskipun tidak semegah gedung utama Bimasakti, asrama ini terlihat rapi dan terawat meskipun beberapa bangunan tampak sudah tua. Tidak banyak orang yang terlihat karena beberapa siswa lebih penasaran menonton duel di Gymnasium Black Hole daripada pulang ke rumah atau asrama. Mereka berempat dengan perlahan-lahan memasuki area yang memiliki kabut hitam paling pekat yang ada.
Area itu berasal dari sumur tua yang tidak digunakan lama.
"Meskipun aura hitam pekat, aku tidak melihat satupun hantu," kata Veano seraya mengamati area sekitar sumur. Pemuda itu kemudian mendekati altar batu kecil yang terletak lima meter dari sumur.
Altar batu itu memiliki tulisan yang hampir pudar karena usia dan lumut, tapi masih bisa dikenali sebagai tempat untuk melakukan ritual. Sayangnya, Veano tidak memahami tulisan pada altar itu.
Hal yang aneh adalah altar batu itu tidak terkorupsi oleh aura hitam.
"Mungkin Yuina yang mendirikan altar ini," kata Veano lagi. Tebakannya tepat sasaran karena Yuina adalah penjaga Asrama Bintang. Dia pasti telah melakukan sesuatu sejak bertahun-tahun lamanya. "Kalian tahu, sebagai pelindung."
"Kau benar," kata Ivy seraya mengamati sumur tua bersama Githa. "Aku bisa menebak kalau Yuina tidak membangun altar di satu tempat di Asrama Bintang."
"Sumur ini terlalu berbahaya, kita harus menjauh dari tempat ini," kata Githa seraya menutup hidungnya dengan ekspresi jijik. Dia pasti merasakan sesuatu dari sumur itu.
"Itu semakin mencurigakan saat tempat berbahaya terlihat sepi," kata Liam seraya mengangguk kecil. "Kita akan masuk ke dalam bangunan. Kemungkinan ada petunjuk yang bisa kita temukan."
"Akan lebih baik jika kita bisa bertemu dengan Yuina atau pelayan barunya itu." Veano segera menjauh dari altar mengikuti Liam yang memasuki gedung terlebih dahulu. "Siapa namanya?"
"Aku tidak tertarik dengan genderuwo genit." Suara Githa terdengar tidak tertarik.
"Kalau tidak salah, namanya Roma," jawab Ivy karena Illios pernah memberitahunya tentang hantu yang sering membantu Yuina di asrama.
"Heh...." Veano hanya cekikikan geli karena dia berpikir kalau si genderuwo ini hantu magang.
Mereka memasuki bangunan asrama dengan langkah pelan dan hati-hati. Meskipun hari itu sangat cerah, aura di asrama sangat dingin dan suram, seolah-olah ada sesuatu selain manusia yang mendiami tempat ini.
"Tidak terlalu berbahaya tapi juga tidak nyaman," keluh Liam seraya memijat batang hidungnya. Dia merasa sedikit pusing karena aura asrama yang semakin pekat. "Tetap saja kita tidak bisa membiarkan hal ini terlalu lama."
"Aku harap bisa bertemu dengan Yuina untuk mencari informasi, dia pasti banyak mengetahui sesuatu," kata Githa seraya mengeluarkan kipas berwarna merah. Kipas itu mempunyai aura yang menenangkan dan membuat mereka kembali fokus.
"Sumber, kita harus cari sumbernya." Ivy dan Veano bergegas menaiki tangga menuju lantai yang lebih tinggi.
Githa menatap punggung 'teman-temannya' satu per satu dengan perasaan aneh yang tidak dapat dijelaskan. Mereka bukan 'musuh' secara harfiah tetapi mereka juga bukan teman. Mereka berempat secara takdir terlibat dalam keanehan Asrama Bintang dan terpaksa untuk bekerjasama. Liam dan Ivy berasal dari keluarga Mahawira yang melindungi manusia setiap generasi dari ancaman luar, keluarga ini tidak bisa jatuh hanya karena hantu konyol. Veano juga bukan dari keluarga sederhana karena dia masih satu keluarga dengan Revano Sanjaya yang masih menjadi misteri dunia. Githa tidak bisa membiarkan mereka bertiga jatuh.
"Aku langsung ke lantai 4, kalian urus lantai lainnya," kata Githa acuh tak acuh seraya terus menaiki tangga sendirian. Dia juga menolak untuk ditemani.
Lantai 4 memiliki energi paling negatif yang bisa dirasakan Githa. Energi ini keluar secara tiba-tiba ketika Githa mulai menginjakkan kaki dengan tenang di lorong.
Sebuah peringatan.
Sebagai manusia yang memiliki indera yang sensitif dibandingkan yang lain, Githa langsung mengerti apa yang terjadi dengan kepadatan aura negatif ini. Lagipula Githa adalah pemburu hantu dan secara otomatis musuh sebenarnya yang dia incar menolak kedatangannya.
Tangannya terkepal erat dengan waspada jika sesuatu di balik aura negatif ini hendak menyerangnya. Dia tidak bisa lengah sedikitpun.
Matanya bergerak awas menatap deretan angka yang terletak di masing-masing pintu. Asrama Bintang memiliki sistem kamar dengan nomor acak setiap tahunnya. Ini mungkin membingungkan penghuni asrama tapi Githa tidak peduli.
Mata Githa melebar ketika berhenti di depan kamar 13. Dia merasakan merinding di sekujur tubuhnya, bahkan dia tidak bisa bernapas dengan leluasa.
Ini adalah sebagian hal yang menjadi misteri asrama.
"Lantai 4 dan kamar 13, kombinasi yang buruk."
Itu juga merupakan kombinasi kemalangan dan siapapun bisa mengetahuinya. Githa tetap saja merasa gelisah meskipun dia masih berpikir positif hal itu adalah sebuah kebetulan.
"Apa?"
Githa kemudian mengamati cermin yang terletak aneh di antara kamar 12 dan 13. Sepintas, cermin itu sama sekali tidak terlihat aneh tapi energi paling negatif berasal dari cermin itu.
"Apakah ini sumbernya?"
Sumber energi negatif ini masih bisa ditanggung oleh Githa, ini terlalu mencurigakan. Liam, Ivy, dan Veano, kemungkinan besar masih bisa menanggung aura negatif ini.
Apa alasannya?
Cermin ini kemudian berkabut dan buram, Githa tidak bisa melihat pantulan dirinya sendiri di cermin itu. Perlahan-lahan cermin itu membentuk tulisan berwarna merah darah. Itu terlihat berantakan seolah-olah seseorang sedang menulis dengan jari tangan.
Hanya satu kata yang membuat Githa tercengang.
"Ricky?"
Kata itu adalah sebuah nama dari seseorang yang paling dibencinya.
Sekilas info!
Hai NASA! Kalau kalian lupa Veano itu masih sepupunya Revano Sanjaya, si pahlawan yang menangkap teroris.
Revano ini masih menjadi misteri dan hanya digambarkan sebagai pemuda dengan rambut acak-acakan yang mempunyai otak jenius. Dia juga muncul di Lose Memories dan High Class Mahawira.
Revano sering kali terlibat dengan Ilona Charemon si penyihir atau guru Githa. Sudah pasti latar belakangnya bukan kaleng-kaleng.
Sebenarnya aku mau rencana buat mengenalkan Revano lebih dalam lagi di book lain, tapi karena dia dari dunia berbeda mangkanya aku tunda dulu. Hehe.
Aku berencana buat bikin UNIVERSE. Haha.
Untuk seri Bimasakti itu seputar dunia manusia dan murid-muridnya yang aneh dan kece.
Untuk dunia lain dibagi lagi menjadi dua yaitu Trilogi Hero dan Netral dan itu juga udah lain genre. Pokok ditunggu aja.
Love
Fiby Rinanda 🐝
7 Januari 2024
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top