👻 Gₕₒₛₜ ₁₂ 👻
—Welcome to Bimasakti Primus Inter Pares—
"ⱼᵢₖₐ ₛₑₛₑₒᵣₐₙg ₘₑₙₐwₐᵣₖₐₙ ₐₙdₐ ₛₑbᵤₐₕ ₜₐₙₜₐₙgₐₙ, ⱼₐₙgₐₙ ₘₑₘᵢₖᵢᵣₖₐₙ ₛₑₘᵤₐ ₐₗₐₛₐₙ ₘₑₙgₐₚₐ ₐₙdₐ ₜₐₖ bᵢₛₐ ₘₑₗₐₖᵤₖₐₙₙyₐ. ₗₑbᵢₕ bₐᵢₖ ₖₐₜₐₖₐₙ yₐ, ₗₐₗᵤ cₐᵣᵢ ⱼₐₗₐₙ bₐgₐᵢₘₐₙₐ ₘₑₙyₑₗₑₛₐᵢₖₐₙₙyₐ."
—Katherine Hudson—
🎃🎃🎃
[Tiga hari sebelum tragedi]
[Planetarium, Gedung Utama B, Lantai 3, Kelas Halley MIPA 4]
Ada satu peristiwa yang tidak pernah Ricky lupa ketika mengingat momen Aliansi Crown terbentuk. Rombongan Halley MIPA 1 dengan percaya diri datang ke kelas mereka dengan ekspresi tegas dan berani, seolah-olah mereka tahu bahwa kemenangan berada akan diraih mereka. Hanya dengan keberadaan Ivy, Liam, dan Veano, semua teman sekelas Ricky dibuat terdiam tak berkutik.
Ketiganya adalah puncak dari MIPA jadi, tidak ada yang mengalihkan pandangan dari mereka.
Peristiwa itu membuat Ricky mendapatkan pencerahan, ketiganya akan menjadi inspirasi dalam metode akting. Lagipula lawan yang Ricky sekarang bukan lagi Eldin, melainkan Faisal dan beberapa lainnya. Eldin adalah ketua kelas Halley MIPA 4 yang dikenal sebagai sosok yang tidak pernah menyerah, jadi akan sulit jika Ricky tidak bisa mengendalikan emosinya.
Ricky lalu menatap punggung kedua orang yang berjalan di depannya, Arin dan Dava. Arin adalah gadis yang menakjubkan dan mandiri. Saat Ivy mendesak kelas mereka, hanya Arin yang bergerak maju untuk melawannya. Kadang kala, para gadis memang menakutkan dan itu membuat Ricky selalu waspada.
Sosok lainnya yaitu Dava, karakternya jauh berbeda dari Arin. Dava cenderung santai tapi dia adalah pengamat dan pembicara yang bagus. Selain itu, keberadaan Dava bisa menekan Faisal. Bintang emas dari Andromeda. Begitulah sosok Dava dan Ricky harus memanfaatkan peluang mereka.
"Apa kalian siap?" tanya Arin dengan nada tenang dan serius. Ricky merasakan api yang berkobar dalam matanya. Mereka bertiga saat ini sedang berada di luar kelas Halley MIPA 4.
Dava mengangguk pelan, ekspresi wajahnya sangat percaya diri. "Tentu saja aku siap."
"Begitu juga aku," jawab Ricky tegas.
Arin menyeringai tampak puas dengan jawaban keduanya. Ricky dan Dava memang cocok untuk menjadi perwakilan kelas mereka, sementara Dika, Olivia, dan Laura sedang memberikan laporan mengenai pergerakan mereka kepada Chaya, sang pemimpin Aliansi Crown.
Arin membuka pintu kelas itu dengan senyuman cerah seraya mendekati Faisal yang sedang duduk di kursi guru. Berbeda dengan kedatangan Arin yang secerah matahari, ekspresi Faisal terlihat sesuram pemakaman. Ricky seperti melihat aura-aura suram yang keluar dari Faisal.
"Kamu pasti menunggu jawaban kami yang terlalu lama," sindir Faisal dengan senyuman yang dipaksakan. Kepalanya sedikit menunduk ketika mengamati gadis yang saat ini berdiri di depannya. Faisal memang jauh lebih tinggi dari kebanyakan murid laki-laki di Bimasakti termasuk Ricky. "Kali ini siapa yang membantumu? Liam atau Veano?"
Arin perlahan melihat sekeliling, lalu berkata dengan sersenyum tipis, "Kemarin, dua anggota Antares melakukan taruhan yang menarik di Gedung Kepler. Sang protagonis adalah Ricky dan Eldin. Benarkah begitu?"
Mata Faisal tidak lepas menatap Arin, dia tahu kalau Arin sengaja tidak menjawab pertanyaannya. Faisal juga tahu kalau orang itu bukan Liam atau Veano. Jari-jarinya mengetuk meja dengan irama acak, hanya satu orang yang mempunyai rencana sempurna seperti itu.
Dia adalah Chaya Adityagraha, ketua kelas Halley BAHASA 1.
Jadi, Chaya mulai bergerak.
Sudut mata Eldin bergerak melirik Faisal sebelum mengangguk pelan menjawab pertanyaan Arin. "Itu benar, baik aku dan Ricky cocok untuk menduduki posisi wakil Antares."
"Tapi hanya ada satu orang yang menduduki posisi itu," timpal Ricky dengan percaya diri.
Faisal kemudian menyilangkan kakinya mengamati Ricky sekali lagi. Dia bertanya-tanya, sejak kapan Ricky menjadi percaya diri seperti itu? Apa yang mengubahnya?
Dalam ingatannya, Ricky hanyalah pemuda yang biasa saja. Keberaniannya akan menyusut jika menyangkut Zalfan, saudara kembarnya. Jadi, Faisal sangat waspada dengan perubahan besar Ricky. Keberadaan yang kecil itu bisa saja merusak pondasi Diamond.
"Apa jawabanmu, Faisal?" tanya Arin mengambil alih perhatian Faisal.
Crown benar-benar mencekik Diamond, baik Wildan dan Aceville waspada dengan hal ini. Perang Konstelasi bukan suatu hal seperti permainan anak-anak yang jika kalah akan berakhir dengan damai, bakat dan talenta mereka benar-benar diuji dan diadu sedemikian rupa hingga membentuk karakter sempurna.
Faisal tidak bisa mengabaikan Crown, terlebih lagi kelas Arin yang maju untuk melawan kelasnya secara terbuka.
Perang Konstelasi memang menyenangkan sekaligus berbahaya.
"Kamu terlihat tidak sabar, Arin," kata Keila seraya berjalan mendekati Eldin, gerakan gadis itu terlalu halus untuk bisa disadari oleh Arin. Keila sejak tadi mengamati mereka dan ketika melihat Faisal sedikit terpojok, dia akhirnya membantunya. "Bisakah kita tahu tentang taruhan itu secara keseluruhan?"
Arin mengangguk pelan dan tidak merasa terganggu oleh Keila. Bagi gadis itu, hanya Ivy yang tampak mengancam, mungkin gadis lainnya adalah Tiara. "Pemenang duel ini mendapatkan posisi wakil Antares sekaligus setengah poin dari kelas lawan. Tentu saja duel ini atas persetujuan Kapten Chiko Darmawan."
Dava menatap Keila dengan senyuman mempesona karena dia tahu kalau itu akan berhasil memikatnya. "Untuk mencegah kecurangan, kami juga membutuhkan saksi."
"Kalian yang memilih sendiri saksi itu?" tanya Keila dengan bingung dan juga tampak kurang setuju. Kelas mereka akan dirugikan kalau Halley IPS 1 memilih semua saksi yang terlibat.
Dava menggeleng pelan, dia juga sadar perubahan ekspresi yang terlalu ketara itu. "Kita membutuhkan saksi dari Antares, Aldebaran, Sirius, dua perwakilan dari aliansi, dan dua dari kelas masing-masing."
Mendengar jawaban Dava, alis Faisal semakin mengerut dan otaknya bekerja dengan cepat. Antares pasti ingin melihat potensi Ricky dan Eldin, Aldebaran bertugas mencatat poin, sementara Sirius menyimpan bukti yang mungkin akan dilaporkan kepada kepala sekolah. Akan tetapi, Faisal tampak tidak puas.
"Apa kamu setuju, Faisal?" tanya Keila seraya menatap sang ketua kelas. "Aku merasa kosong."
"Bagaimana kalau kita meminta bantuan guru sebagai saksi?" celetuk Inge seraya mengamati mereka satu persatu setelah melihat ekspresi dari Faisal dan Keila.
"Itu bukan ide yang buruk," gumam Ricky pelan. Semakin banyak saksi yang terlibat, semakin luas pula pengaruh aliansi di sekolah. Crown mungkin menargetkan Hygiea setelah ini.
"Menurutmu siapa yang pantas untuk menjadi saksi?" tanya Dava kepada Arin dan juga Ricky.
"Salah satu adalah guru olahraga," jawab Ricky dan Arin bersamaan.
"Saksi guru yang lain adalah sukarelawan," kata Faisal sedikit merenung. "Jadi, kenetralan tetap terjaga."
Kelas Halley MIPA 4 tidak bisa menghindari duel itu, Faisal juga tidak bisa meminta bantuan Aceville dan Wildan. Sangat disayangkan.
Ketika mengamati ekspresi Faisal yang sangat berhati-hati, diam-diam Ricky merasa lega untuk memberi tekanan kepada mereka. Chaya sudah memberitahu kalau Wildan dan Aceville tidak bisa memberi Faisal bantuan besar karena beberapa hal.
Aceville Orlando sebenarnya menargetkan Dava Ferdiansyah dengan surat kematian, tetapi kelas Halley MIPA 1 tiba-tiba memberinya tekanan dari balik layar. Hal itu membuat Aceville mengurungkan niatnya. Entah apa yang dilakukan orang-orang jenius itu, Ricky merasa berterima kasih kepada mereka.
Hal serupa juga dialami oleh Wildan. Pemuda itu mendapat desakan dari Halley IPS 2. Sangat mengejutkan bagi Ricky karena dia sempat mengira Dhimas tidak akan berani untuk menekan kelas Wildan. Kumpulan orang-orang dengan kepribadian acak itu sangat menakutkan ketika serius.
"Bisakah kita memilih perwakilan terlebih dahulu?" tanya Faisal seraya menyeringai, Ricky merasa dia mempunyai suatu rencana diluar perkiraannya.
"Tentu saja," jawab Arin setenang air. Hingga saat ini, dia tidak goyah.
Senyum Faisal memberikan efek berat kepada mereka semua, karena kelas Halley MIPA 4 berhak untuk membuat aturan. "Duel akan dilakukan 3 lawan 3 selama 10 menit. Perwakilan dari kelas kita adalah aku, Faisal Iqbal Wijayanto."
Mata Dava dan Arin sedikit melebar karena Faisal sendiri yang turun langsung.
"Eldin Eliazar."
Ricky dan Eldin membungkuk bersamaan sebagai rival.
"Satu orang lain adalah Zalfan Cendikia Yudha."
Tubuh Ricky menegang karena mendengar nama Zalfan keluar dari mulut Faisal. Saudara kembarnya adalah sumber ketakutan Ricky.
Dava melirik Ricky yang linglung tapi pemuda itu dengan cepat mengendalikan emosinya seperti tidak mendengar apa-apa.
Hal itu tidak bisa menipu mata waspada Faisal. Pemuda itu melihat sedikit ekspresi Ricky yang kacau, itu memang rencananya membawa-bawa Zalfan dalam duel ini. Dia dan Eldin tidak bisa membuat efek kepada Ricky dan satu-satunya orang yang berbahaya adalah Zalfan. Faisal membuat keputusan yang bagus.
"Hah? Aku?" Suara Zalfan terlihat kesal dari sudut ruangan. Dia menatap Faisal dengan dingin karena sang ketua kelas seenaknya memilihnya.
"Jika berpartisipasi kamu akan mendapatkan poin," kata Faisal seraya terkekeh pelan. "Kamu tidak bisa menolaknya."
Zalfan selalu menganggap kalau Faisal menyebalkan, tapi hari ini dia sangat menyebalkan. Seperti apa yang dikatakan Faisal, dia tidak bisa menolaknya.
Melihat Zalfan sedikit lebih tenang, Arin mengambil alih perhatian. "Perwakilan dari kelas kami adalah Ricky Bhirawa Yudha, Dava Ferdiansyah, dan Dika Rahadian."
Faisal mengangguk pelan karena dia juga mengharapkan perwakilan yang hebat dari kelas Arin.
"Aku menerima taruhan itu dan duel akan dilaksanakan tiga hari kemudian."
Hai NASA!
Akhirnya duel memperebutkan posisi wakil Antares semakin memanas. Siapa yang akan menang?
Diamond vs Crown
> Halley MIPA 4 vs Halley IPS 1
> Halley BAHASA 2 vs Halley IPS 2
> Halley MIPA 3 vs Halley MIPA 1
Kelas Chaya bergerak dalam bayang-bayang.
Love
Fiby Rinanda 🐝
2 April 2023
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top