Chapter 6 : Ditunjuk sebagai pengawas

[ Iksan POV ]

1 hari telah berlalu sejak penyerangan pemberontak di Distrik Selatan, kemarin. Dan aku kembali menghadiri kelas walau saat ini tidak ada pelajaran. Apa coba?

"Yuliana, rambutmu cepat sekali panjangnya, ada triknya? "

"Eeh. Tidak ada kok. Ini cuma gen dari ibuku saja.. "

"Wow, itu hebat, Yuliana. Kau bisa memanjangkan rambut sesukamu. Aku mah susah amat.. "

"....... "

Dan sialnya aku terperangkap di dalam percakapan para gadis di sebelahku. Apa kalian mesti nyaring begitu bicaranya, ha.? Aku susah tidur nih.

Ed maupun senior Ambush ada keperluan jadi tidak menghadiri kelas dengan keterangan izin di absen mereka. Beberapa teman sekelasku juga banyak yang izin dengan alasan masing-masing. Jadi aku dikerumuni 'hanya' oleh siswi-siswi yang turun hari ini. Kenapa tidak ada laki-laki disini??

Bukannya aku homo ya?!

Tok, tok..

Suara pintu diketuk terdengar olehku, disana ada satu siswa laki-laki dari kelas 1-D , kurasa. Siswi-siswi cuman menatap ia dengan heran terlebih aku. Dia teman sekelasnya In, bukan?

"A-apa Iksan Hacim ada? "

"Heh? Aku?? "

Kemudian siswa itu menatap ke arahku dan nampaknya dia kenal siapa aku. Bagaimana bisa??

"I-Iksan, kau dicari oleh master matematika. Katanya ada yang ingin dibicarakan.. "

"Kenapa aku? "

"A-aku juga tidak tahu. Master meminta untuk kau segera mendatanginya. Itu saja tujuanku datang ke sini, pastikan kau datang atau aku terpaksa menyeretmu.. " ia pergi setelah selesai.

"Kakaknya Yuliana, apa kau memiliki masalah? " tanya Clora, temannya Yuliana.

"Kemungkinan remedial. Ingat, disini cuma Iksan saja yang nilainya rata-rata.. " tambah Chae.

"Maaf kalau rata-rata.. " sweatdropku.

"Eh? Aku tidak ada niat untuk mengejek.. "

"Siapa yang bilang begitu? "

"........ "

Kami diam bersama.

"Aku pergi dulu... "

Aku beranjak bangkit dari tempat duduk itu. Ini menyebalkan tapi aku juga tidak mau terperangkap di dalam kelas, belajar lebih baik ketimbang mendengar topik yang tidak ada hubungannya denganku atau pelajaran lainnya.

Aku berjalan melewati lorong diluar bangunan untuk kelas 1, kantor para master tepat ada di tengah-tengah akademi yang berfungsi sebagai pusat. Akademi Astrea sangatlah besar dan juga luas, kantor master berada di paling tengah dari denah akademi, ke samping kanan arah jarum jam 3 ada bangunan khusus kelas 1, jarum jam 4 untuk gedung latihan tanding, 5 dimana kelas 2-3 digabungkan, 6 ada kolam renang mau yang tertutup atau yang terbuka, 7 kantin, 8 tempat dikhususkan bagi organisasi Komite dan Leader Orgnzt lalu 9-12 lapangan kosong dimana akan di adakan festival dan turnamen seperti bulan lalu dan asrama para murid berada di jarum jam 1-2(bagi yang tinggal disana).

Dan saat ini aku sudah sampai di bagian paling tengah akademi, Kantor Para Master. Jika ingatanku tidak salah master yang mengajar matematika berasal dari ras full wild- beast jenis kelinci, Master Bunnyo.

"Permisi.. " ucapku membuka pintu kantor---tidak, pintunya terbuka sendiri. Kata Ketua Maya bila mereka menggunakan sistem otomatis agar dapat membuka sendiri. Dengan menaruh bagian penting agar sistem dapat mengenali master ataupun para murid. Zaman pada canggih semua. Kerusakan 3 bulan lalu itu telah merubah Akademi Astrea jadi seperti sekarang.

Aku harap itu bukan rencana seseorang agar akademi ini terlihat lebih bagus.

Aku pergi ke arah petunjuk papan bertuliskan 'perpustakaan' karena biasanya master Bunnyo ada disana. Dan benar saja disana ada kelinci gemuk berkacamata.

"Master Bunnyo.. " cetusku memanggil.

"Kau sudah datang. Cepatlah kemari aku ada tugas untukmu, bocah... "

"Jangan panggil saya bocah, master.. "

"Kau juga berhenti berpikir yang negatif. Aku tidaklah gemuk ini hanya kelebihan lemak saja.. "

"Tak ada bedanya, kelinci?! "

Kalian heran kenapa kami terdengar akrab? Ya... Karena aku saja yang sering mendapatkan nilai rendah pada pembelajaran matematika jadinya master selalu memanggil namaku untuk diberi ceramah. Padahal aku dapat rata-rata.

Tapi entah kenapa saat ia menyebut 'tugas' tadi membuatku penasaran. Biasanya dia bilang, 'cepat duduk' atau memintaku untuk menghafal beberapa rumus.

"Master, apa ini soal nilai saya... Lagi? " tanyaku memastikan. "Tidak."

"Apa anda meminta saya membuat rumus baru? "

"He?! Kau saja bodoh dalam hal ini.. "

"Ugh. Perkataannya menusuk. Bagaimana dia dapat izin mengajar jika sikapnya seperti ini!? 😶.

"L-lalu? "

"Kau sudah menjadi anggota komite, bukan? "

"Ya..? "

"Aku ingin kau Menggantikanku sebagai pengawas untuk pendaftaran murid baru tahun ini... "

"....... MANA BISA, PAK!!!? "

"Aku mengizinkannya. Atau kau mau yang menggantikankanku mengoreksi semua hasil ulangan ini..?"

"Urgh! "

"Asal kau tahu saja, bocah. Kau berhutang banyak nilai dariku. Kau pikir kau rata-rata? Tidak, kau di BAWAHNYA! "

"B-bagaimana itu mungkin?! Aku sangat percaya dengan kemampuan Rata-rataku.. "

"Tugasmu cuma mengawasi saja. Tidak ada yang lain, dan andai ada calon murid yang kehilangan kendali atau mengamuk kau bisa langsung menghajarnya... "

"Master bilang apa tadi? "

"Menghajar... "

"Yang mana? Yang ini? " aku membuat kepalan tinju. "Hm. Mungkin ada juga pemberontak yang ingin menyamar disana, dengan kekuatan energi negatif yang kau miliki kau bisa dengan mudah membaca niat buruk seseorang'kan? Pekerjaan ini sangat cocok untukmu... "

"Anggap saja ini latihan sebelum festival nanti.. "

"Baiklah kalau master memaksa.. " terimaku terpaksa.

"........ "

"Ngomong-ngomong darimana master tahu saya jadi anggota festival nanti? "

"Namamu ada di mading.. "

"Oh? HEEEE!? "

Aku tidak tahu soal itu. Dan tidak ada yang memberitahukannya.

"Cepatlah pergi sana. Kau menganggu kelinci gemuk ini... "

"Master, anda baru saj--"

"--Aku bercanda tadi. Mana mungkin aku gemuk. " potongnya cepat.

" 😐 "

Serius! Aku sangat penasaran bagaimana dia bisa mendapat izin mengajar?!

.B.L.U.E.

[ Author POV ]

Keesokan harinya Iksan sudah berada di halaman akademi yang kini ada tendanya, beberapa boneka target, dan bahkan ada pedagang yang memanfaatkan untuk berjualan.

"Mereka pikir ini tempat apa sih?? " heran Iksan berdiri di depan tenda.

"Hei , kita bertemu lagi. Jika tidak salah namamu Iksan'kan.? " seorang perempuan berambut pirang twin-tail mendekati Iksan yang berjaga di depan tenda. Dia adalah Xeona dan Sara.

"Kalian temannya senior Claudia? Xeona, Sara?? "

"Claudia mengenalkan kami? Dia baik sekali. Kau juga ditugaskan berjaga disini? " tanya Sara.

"S-sebenarnya aku cuma menggantikan master Bunnyo karena beliau sibuk mengurus hasil ulangan.. "

"Oh, masalah itu. Aku juga dengar beberapa master tahun ini tugas mereka lebih banyak dari sebelumnya akibat ulah pemberontak..dan murid yang nakal. "

"Urgh!? " Iksan merasa itu adalah dia.

"Kami berdua akan berjaga di depan lorong. Panggil kami jika ada masalah.. "

"Sampai ketemu lagi, Iksan... "

"Ya..senior."

".......... "

"Kau... Terlihat tegang. "

"Woah??! " pekik Iksan kaget.

"?? Ada apa?? " tanya Maya yang tiba-tiba saja ada.

"Kau mengagetkan aku, ketua.. "

"Hahaha. Maaf. Bagaimana jadi anggota komite? Aku harap kau betah tidak seperti si Ambush yang suka mengeluh itu.. "

"H-ahahaha. Tidak ada masalah, ketua.. "

"Senang mendengarnya. Siapkan dirimu karena sebentar lagi kita bakal menyeleksi calon siswa-siswi baru.. "

"Baik, ketua.. "

Maya berhenti sejenak sebelum kembali ke tempatnya. "Aku hampir lupa. Iksan... "

"Ya, ketua? "

"Jangan buat masalah... "

"Heh? "

Maya kemudian pergi meninggalkan Iksan yang bengong.

"Padahal tugasku agar tidak ada masalah.. " 😓.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top