Chapter 3 : Misi selesai, dan festival?
[ Iksan POV ]
Tap, tap!
Ketiganya masuk ke dalam Selldare. Satu lewat Jalan pintas dengan melompat ke atas, satu terus maju dan satu nampak berjaga di dekat pintu masuk. Mereka ingin tidak ada yang masuk?
Terserah.
Aku melompat turun dari pohon dekat tembok pagar bangunan, berlari sambil menghindari kerumunan masuk juga ke dalam.
"?! Siapa kau?!"
"Dia menyadariku? Hebat juga.."
Set?!
Aku lempar pisau hitam andalanku. Sesuai perkiraan ia menghindarinya dengan mudah, disini aku gunakan 'Kecepatan Petir' untuk mendekat. Niat awalku hanya mau membuatnya tak sadar tetapi refleks yang dimiliki pemberontak Strayer Red satu ini terbilang cepat, ditambah dia... Menempel?
Aku tidak mengira dengan yang satu ini. Ia memakai semacam sarang tangan yang dapat membuatnya menempel jadi cicak.
"Hei bocah, sia--?"
Aku menggunakan 'Kecepatan Petir' untuk muncul dihadapannya secara tiba-tiba, pukulanku berhasil menjatuhkannya tapi sekali lagi ia refleks menghindar saat serangan penghabisan dariku dan kembali menempel.
"Ini membuatku kesal.!"
Bzzzz...!
"....??"
"Cukup main-mainnya. Turun biar aku bisa menghajarmu..."
"Ha? Apa kepalamu gila? Mana mungkin a---"
Sebenarnya itu cuma tipuan. Aku mengalihkan kewaspadaannya agar dapat melakukan serangan cepat.
Kecepatan Petir : Langkah Kilat
BZ?!
Dalam sekali hembusan aku sudah di depan dindingnya, pisau hitamku terbang kembali kepadaku akibat tarikan magnet dari hasil petir biru tua yang kukeluarkan. Pisau menjadi pedang petir, dan tebasan berubah jadi sambaran.
Ia terpental ke tempat semua energi berkumpul.
"Orang ini menyebalkan. Dia seperti cicak. Kalau dinding hancur siapa coba yang ganti rugi!?" aku mengeluh agar Jeane serta Yuliana dapat mengetahui itu adalah aku. Bisa saja ada yang dapat petir biru seperti Maxwell'kan?
Tap...
Aku berhenti berjalan. Tersisa satu orang saja, ya?
"Apa aku terlambat? Sepatutnya tidak.." senangku.
"Iksan.."
"Hm? Tidak biasanya kau terluka Jeane.." batinku, dan orangnya cuma tersenyum kecut.
"Yuliana, bisa kau serahkan pemberontak ini kepadaku? Aku berjanji tidak akan 'menghancurkan'nya.."
"...... Silahkan."
"Terimakasih~~ . Hei paman, lawabuku sekarang adalah aku!"
"P-paman!?"
"Apa aku tidak boleh mengejek? Tidak jika terus-terusan aku yang di ejek.."
"Iksan, kekuatannya adalah mengendalikan pisau.." beritahu Jeane.
"Pisau? Itu artinya besi?? Ah, sepertinya dia tidak mungkin dapat mengalahkanku.." celutukku..dengan sengaja.
"Kurgh?! Bocah sialan!"
Ia melempar semua pisau yang ia miliki, serangannya penuh dengan seni jika menurutku. Pisau-pisaunya terpantul ke segala arah dan berhenti di depan. Itu teknik yang bagus, sayangnya..
Ctek?! Tss!!
Pelindung petir yang melindungiku dari segala benda tajam berasal dari besi aktif dan memantulkan semua pisau jatuh ke lantai.
Truang?!
Pisau-pisau itu kembali menyerangku tapi terhalang pelindung ini.
"Pelindung anti baja!? Percuma saja. Tenagamu akan habis cepat lalu pisau-pisauku dengan cepat membunuhmu.!"
"Entahlah. Dilihat dari mana pun kau yang sepertinya duluan yang bakal kehabisan tenaga.."
"Apa??!"
"Itu benar. Soalnya kau lebih lemah.."
"Kurgh?!"
"Dia terpancing.."
Tarian Pisau-Pisau Kematian
Wush..! Tring, Tring.!
Serangan pusatnya semakin bertambah cepat ingin menembus pelindung Ini.
"Haaaaa!"
"........"
Dalam kondisi ini lumayan sulit untuk menyerang karena aku berfokus ke pertahanan. Tapi... Sepertinya dia melupakan jika Yuliana ada dibelakangnya.
"Hei paman, kau tidak lupa dengan teman-temanku'kan?"
"Ha?? Ap---?!"
Jdar!!
Dia terpental oleh petur ungu.
"Lemparan yang bagus.!" pujiku. Kaki kiri diselimuti listrik ungu dan badan berputar ke kiri.
Negative Lightning :
Chaos Shock
SPIN!!?!
"Argh?!!"
Tendangan berputarku menghantam bagian samping badan, pemberontak ini menghantam dinding dan terperangkap disana.
"Haaaa. Dengan ini misi kita selesai, Kuharap mereka tidak meminta rugi karena dindingnya hancur.."
"Urgh?!"
"A-aku tidak b-bersalah.."
Kemudian aku bersiul dan pergi dari sana.
.B.L.U.E.
Keesokan harinya kelas 1-B heboh dengan rekaman Yuliana menangkap pelaku adu domba. Siapa yang mengira jika pelaku tertangkap bersamaan dengan Selldare Company yang memasang kamera pengawas di museum perluasan mereka.
Aku tidak masuk rekaman? Itu bagus.
"Lihat!? Oooh! Yuliana, kau cepat. Hebat..oooh!?!"
Dan juga rekaman telah disebar luaskan menggunakan Internet Sihir yang 'hanya' berlaku di Rove saja. Aku bisa mengunduhnya lewat aplikasi Manalel atau Mana Paralel, cuma tulis judul rekaman di kotak yang tersedia maka muncullah.
Itu cuma berlaku kepada rekaman atau data yang ada saja.
"Lihat Yuliana.."
"T-tidak sebagus itu. Waktu itu aku cuma beruntung mereka sibuk bekerja sehingga aku dapat menyerang.." orangnya nampak jadi merendah.
Aku tidak tahu itu benar atau tidak.
"Adikmu jadi semakin popular, Ik. Mungkin kau perlu lebih was-was agar dia tidak diincar oleh orang dengan niat yang jahat. Dan andai hal itu benar-benar terjadi? Aku siap membantu.."
"Trims, Ed.."
"......."
"Hm?" aku melihat kejanggalan disini.
"Senior.?"
"Ambush??"
Aku dan Ed menatap keheranan ke tempat duduk senior yang saat ini tengah mengeluarkan aura 'keseriusan'.
"Bagaimana ini? Bagaimana??"
""Hmm??""
"Bagaimana caraku mengajak seorang siswa jika mereka semua membenciku, ketua?!!"
"" ...... "" berkat teriakan jadi seisi kelas mendadak hening oleh senior.
Bla, bla, bla...
Kemudian kembali ramai. Berpindah ke senior...
"Mencari seorang siswa yang kuat sekaligus tangkas bukan perkara mudah.." senior berbalik ke arah kami. "Iksan terlihat tak menjanjikan. Bagaimana denganmu Edwars? Kau mau menjadi pengawas festival nanti?"
"Entah kenapa aku ingin sekali menyetrum senior tadi.." (*-_-).
"Festival apa?" tanya Ed. "Kalian belum diberitahu ya? Hm, baiklah."
"Sebelum tahun ajaran berakhir akademi berencana mau meyelenggarakan semacam festival disini jadi sebelum itu Persatuan Murid meminta kepada setiap Komite Murid untuk mencari beberapa pengawas sekaligus penjaga, jaga-jaga andai para pemberontak mengacaukannya sama seperti turnamen bulan lalu.."
"........."
"Bagaimana, Edwars? Tertarik?"
Kenapa dia menolakku di awal? Apa tampangku mirip preman, hah?
"Sangat menarik. Apalagi aku ingin mempunyai kontribusi sebelum lulus dari sini. Hh, baiklah tapi dengan satu syarat..!"
"Ada syaratnya??!" kaget senior. "Hm. Aku ingin kau mengajak Ik juga, karena dengan itu lebih menarik aku rasa,"
""!!?"" aku benar-benar terkejut.
"Ed, kau.?!"
"Aku cuma berasumsi andai kau ada mungkin bakal 'lebih' menarik nanti. Apalagi kita bisa melawan para pemberontak.."
"Hehe! Kau tahu saja apa yang aku suka.."
"Kita rival sekaligus teman, bukan?"
""Heh""
"Haaaa, tentu. Aku harap kau tidak menyeret masalah untuk satu ini, Iksan.."
"Tenang saja. Aku tidak sepertmu, senior.."
"Urgh!?"
Hari ini ditutup dengan aku masuk ke kelompok penjaga. Kami akan melakukan rapat pertemuan antar komite setelah istirahat, esok.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top