Chapter 2 : Distrik Selatan
[ Iksan POV ]
Kota Pasar yang ada di distrik selatan penuh dengan orang-orang seperti rumor yang aku dengar, dan ini pertama kalinya aku ke sini. Banyak penduduk Astrea tawar menawar untuk membeli produk yang dijual. Ini kesan dariku saja, karena rata-rata barang yang dijual disini adalah barang terbaru. Aku dengar Astrea melakukan kerja sama dengan satu negara bernama Grenzc yang masih dalam wilayah Benua Rove, dan aku dengar juga Grenzc adalah kota modern atau dikenal sebagai Kota Masa Depan.
Lift dan kamera pengawas berasal dari tempat itu.
Masa depan ya? Di depannya nanti apa aku tambah tinggi badan ya?
Saat aku ukur tinggiku dengan Yuliana, kami sama. Aku tumbuh ke atas, tidak ke samping. Entah kenapa itu membuatku senang.
"Iki, kau baik saja? Dari tadi kau seakan memikirkan sesuatu lalu kemudian senyum sendiri.?"
"Aku baik kok~" sahutku saat ditanya Yuliana.
"Iksan dalam mode bahagia.."
Terimakasih penjelasannya, Jeane.
Tidak butuh waktu lama kami sampai ke suatu persimpangan dimana ada lahan luas dan sebuah perusahaan penjual alat rumah tangga dan semacamnya ada.
Hm, mereka lagi mempromosikan sesuatu.
"Jadi, tugas kita cuma memantau dan apabila ada yang mencurigakan langsung hajar?"
"Tidak begitu juga. Bisa saja andai orang itu 'melawan' maka kita terpaksa menghadapi.." lanjut Yuliana.
"Kita masih belum tahu apa ini perbuatan pemberontak atau pihak ketiga yang tidak suka kedua perusahaan itu terkenal.?" tambah Jeane.
"Jika kak Scar yang meminta bukankah biasanya pemberontak?" tanyaku.
"Aku jadi kasihan kalau pemberontak harus selalu disalahkan. Dengar ya, ada beberapa pihak yang ingin menjatuhkan pihak tertentu dengan memburukkan pandangan pihak lain. Mungkin ini salah satunya, mungkin pihak ketiga ingin mengadu domba pihak pertama dan kedua agar pemberontaklah jadi tersangka utamanya. Tetapi kita juga tidak bisa mengalihkan 'jika' ini juga bukan perbuatan para pemberontak.."
"Ini rumit.." komenku.
"Apapun alasannya kita akan tahu setelah menemukan pelaku adu domba ini.." ucap Jeane bersemangat.
"Kenapa tidak adu kambing atau sapi? Kenapa harus domba? Kan banyak hewan lainnya?"
"Kau serius menanyakan itu, Iksan.."
"Hmm??" kenapa kau memasang ekspresi tak bersemangat itu? Aku cuma bertanya.
Kami berpisah disini. Nama perusahaan alat rumah ini adalah Selldare Company, itu di ambil dari pemilik perusahaan yang nama seorang bangsawan yang terkenal disini, yang memiliki peran penting dalam ekonomi Astrea.
Aku berperan mengawasi dari luar, Jeane ditengah-tengah kerumunan dan Yuliana masuk ke dalam bangunan perusahaan. Jika kami tidak menemukan apa-apa, tinggal pergi ke perusahaan yang menjual bahan pangan.
Oh iya?! Ini pertama kalinya aku jalan-jalan disini selain ke distrik barat karena setiap kali ke sana selalu saja aku berpapasan dengan pemberontak lalu bertarung. Hm, itu menyenangkan.
Tapi juga tidak. Ada dalam kasus In dimana aku terlalu sering pergi sana dan menjadi target para pemberontak karena aku banyak mengirim rekan mereka ke penjara. Padahal aku cuma mau berbelanja disana karena tempat itu berbahaya ada banyak barang yang dijual murah disana. Tidak seperti distrik barat yang bangunanyya seperti bebatuan, distrik selatan dominan nampak seperti jalan lurus dimana disamping kanan dan kiri ada toko yang berjualan. Dan itu seperti gang yang sangat panjang serta lebarn.
Distrik selatan dibagi jadi lima gang. Jalur Pasar, Jalur Perabotan, Jalur Perumahan, Jalur Petualang dan Jalur Umum. Dan seperti yang kalian tahu aku ada di Jalur Perabotan yang menjual macam-macam alat rumah tangga, contohnya kompor dan lampu kamar.
Aku ingat sekali dulu saat masih 10 tahun aku dan keluargaku masih menggunakan kayu bakar untuk memasak, namun sekarang zaman telah dirubah oleh alat-alat canggih milik Grenzc. Bahkan alat terbaru bernama 'Penyejuk Ruangan' yang aku lihat di kantor master akademi. Jika tidak salah kak Scar menyebutnya... AC?
Drtt...
SmartCon yang ada di sakuku bergetar tanda panggilan masuk. "Aku sendiri. Ada apa?"
"Cepatlah masuk. Kami menemukan pelakunya. Masuk ke Selldare.!" seru Yuliana.
"Sudah ketemu ya.?" saat aku ingin menyusul, dari atas bangunan tempat aku mengawasi melihat ketiga orang berkain merah berlari menuju ke Selldare.
"Pemberontak? Ini menarik.." gumamku lalu melompat.
Ada kemungkinan, mungkin si pelaku memanggil bantuan lewat kristal Connect atau...
Tap, tap, tap..!
Mereka berlari memasuki Selldare. Aku dapat merasakan beberapa energi dikeluarkan oleh seseorang dari dalam, ada yang bertarung tapi bukan milik Jeane ataupun Yuliana.
.B.L.U.E.
[ Author POV ]
"Yuliana, aku akan masuk.."
"Baik.." Yuliana menyimpan SmartCon ke saku sembari mengamati seisi Selldare yang nampak mirip sebuah meseum... Yang alat rumah tangga sebagai pajangan.
Semua hasil ciptaan Profesor Jenius Neo tempat Iksan lahir dan sekarang lagi bekerja di Grenzc. Yuliana tersenyum saat setiap kali ia melewati satu demi satu alat.
"Bagus seperti biasa.." kagumnya seakan kenal.
Sampai di satu tempat yang jarang dikunjungi, tepatnya ke benda bernama Senter. Tidak seperti alat yang kita kenal, benda itu tersebut dari batu(?) yang dapat dibelah dibagian samping untuk dimasukkan Permata Sihir. Cara kerjanya sederhana masukkan permata kedalam badan senter dan setel pencahayaan sesuai keinginan, itu ada di bagian tombol dekat lensa dimana untuk orang bisa sihir dapat mengatur seberapa banyak mana yang dibutuhkan, dan bagi orang yang tidak bisa sihir dapat meminta untuk di aturkan.
Kita sudahi penjelasan alat itu, berfokus ke Yuliana yang kini tengah bersembunyi diam-diam dibalik dinding memperhatikan tiga orang berkerudung hitam namun berpakaian seperti orang biasa.
"Benar kata Jeane. Mereka cuma memanfaatkan nama pemberontak untuk aksi mereka..." pikir Yuliana.
Salah satu dari ketiganya merusak senter dengan pisau lalu menulis nama perusahaan yang menjual bahan pangan.
"Jadi begitu adu kamb-- dombanya. Mungkin aku harus menyarankan pemilik tempat ini memasang kamera pengawas.?"
Set.!
Kodachi Sonia muncul dari kehampaan ke tangan Yuliana. Ia menyusup sangat cepat ke belakang ketiga orang itu seraya menghunuskan pedang... !?, dua dari mereka menyadari serangan Yuliana.
"Mereka menyadarinya. Tapi.!"
Teknik Menebas Hacim :
Bulan Sabit Cahaya
Yuliana memutar badannya ke kanan membuat tebasan setengah lingkaran yang mengenai dari kiri sampai ke ujung kanan. Orang berkerudung yang ada ditengah terkena telak langsung terkapar, yang dikiri sempat menghindari namun tetap terluka dan orang terakhir ia menangkis serangan Yuliana kemudian kabur.
"Cih. Jeane, pelaku menuju ke pintu keluar.!"
"Dimengerti..."
Setelah mengakabari Jeane lalu Iksan, Yuliana langsung menyerang pelaku(2) menggunakan teknik menebas beruntun sampai orangnya dikalahkan.
Hah..hah...
"Tidak ada yang bilang kami bakal ketahuan. Dasar benda tak berguna.!"
Pelaku(3) melempar sesuatu dari tangan ke sembarang tempat. Saat di persimpangan pintu keluar ia berpapasan dengan Jeane yang tengah bersandar di tembok.
Remind : Pause Space
Tit..
Jeane menekan benda bulat hitam yang ada ia genggam, jarinya menuju ke tombol dimana ada garis pendek horizontal yang tebal disaat bersamaan waktu terasa berhenti untuk pelaku(3) saat dirinya berusaha kabur.
"Apa yang terjadi? Kenapa aku---?"
"--Tidak bisa bergerak?" Jeane hadir di mukanya dengan ekspresi jahil. "Kau harus ikutku untuk penjelasan yang diperlukan. Oke? Tidak ada kata bantah darimu. Oh? Atau kau tidak bisa melakukannya sekarang? Hihihi---"
"--Hooh~? Jadi itu sihir pikiran yang terkenal itu?"
"?!"
Jeane refleks memutar badannya ke belakang, diwaktu bersamaan sebuah pisau melesat menggores pipinya dan menancap ke kening tengah kepala pelaku(3).
"Target berhasil dilenyapkan.." seringainya.
"Gawat. Aku terlalu terbawa suasana.." batin Jeane berkeringat.
"Hm? Laki-laki tanpa busana dengan sarung pisau di paha.? Kau adalah Lock Pisau Tajam?!" seru Jeane.
"Oh~? Kau mengenalku? Aku juga mengenalmu, tapi bukankah Lan Sen membunuhmu saat turnamen? Ini... Mencurigakan."
"Hahaha. Kau lebih mencurigakan, Lock.."
"Aku tidak suka kau menyebut namaku.."
"Maaf?"
Suwsh?!!
Lock melempar satu pisau ke arah yang sama, Jeane menghindarinya cepat karena kemampuan membaca pikirannya.
Kena!
"!?"
Pisau itu mendadak berbelok arah menusuk ke belakang kepala. Jeane melakukan 'Penghentian' pada pisau membuat senjata itu diam, tepat dibelakang tempurung kepalanya.
"Oh~. Jadi itu sihir pikiran yang terkenal itu? Menarik, perempuan.!" Lock mengambil lebih banyak pisaunya.
Jeane menyingkir sedikit ke kiri membiarkan pisau yang ada dibelakangnya tadi bergerak kembali. Lock sontak mengambilnya cuma menggunakan mulut, dari sudut pandang berbeda Lock seperti menari sambil semua pisau yang ada ditangan, total ada 8.
Remind : Pause Space
Gelombang pikiran melewati pisau-pisau membuatnya berhenti--
Kena!
"!!"
"........." Lock melempar pisau menggunakan mulut dan berhasil melukai mata kaki.
"Urgh!? Sial!" ke-8 pisau yang berhenti bergerak, memantul ke segala arah dan berakhir ke satu arah dimana Jeane tersungkur memegangi kaki.
"Sial... Ini bakal sakit sekali."
Trang!!?
Seperti bayangan yang muncul, Yuliana tiba-tiba muncul dari hadapan Jeane dan menangkis semua pisau Lock.
"Apa-apaan ini, Jeane? Kenapa aku jadi target pemberontak?"
"Ha?"
Yuliana datang bersama orang berkain merah ditangan kiri yang ia seret.
"Aku tidak menduga ini. Kau berhasil menang, gadis muda?"
"........." Yuliana tidak menjawab.
"Tidak masalah. Aku akan membungkam kalian berdua sekaligus. Tidak ada yang akan datang menyelamatkan kalian berdua! Sebelumnya aku sudah menempatkan anggota terkuat diluar untuk jaga-jaga."
"Eh. Entahlah. Aku jadi kasihan dengan anggotamu... Lock!"
"Hm--??"
JDAAAR!!!?
Seperti suara guntur yang jatuh dari langit, sebuah sambaran petir biru menghanguskan orang dengan kain merah yang menutupi mulutnya.
"Orang ini menyebalkan. Dia seperti cicak. Kalau dinding rusak siapa yang ganti rugi, coba!?" gerutuan Iksan terdengar dari pintu keluar Selldare.
"........" Lock hanya terdiam dengan kedua mata menatap kaget, sedangkan Iksan baru saja datang dengan muka kesal.
"Hei, apa aku terlambat?"
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top