21. Study Tour

"Joo-ya, makanan sudaah dibawa? Minum? Alat tulis? Kau ingin memakai sepatu yang mana? Topi jangan tertinggal," absen Yoongi.

Yeon Joo lelah mendengarnya sejak kemarin. "Papa, Yeon Joo cuma akan pergi ke kebun binatang, bukan akan pergi keluar negeri pa, semua barang sudah ada di tas. Jadi, jangan takut kalau kulit Yeon Joo menghintam."

"Baiklah terserah apa katamu. Kemarilah, papa akan mengikat rambutmu."

Yeon Joo menghampiri ayahnya dan diam berdiri, membiarkan papa-nya menguncir rambut kesayangannya itu. "Papa minta maaf ya, tidak bisa ikut denganmu." Yoongi terus menyisir rambut Yeon Joo sebelum ia ikat seperti mengikat kangkung.

"Semua orang tua tidak ada yang ikut, hanya guru dan murid saja. Papa tenang saja, Yeon Joo akan terus disamping Nam Hee dan sikunyuk Woo Jin, jadi papa tidak usah khawatir. Kalau Yeon Joo hilang, Yeon Joo tidak sendirian hilangnya. Jadi papa tidak sendirian untuk khawatir," ucap Yeon Joo asal.

Yoongi mangut-mangut, ada benarnya juga perkataan Yeon Joo.

"Sudah selesai?" tanya Yeon Joo yang merasa rambutnya tidak diikat-ikat.

"Rambut mu sedikit kusut, jadi papa rapihkan dulu, sabar." Yeon Joo kembali diam.

"Selesai!!!" ucapnya dengan gembira, "ayo, sekarang kita berangkat."

Yoongi membawa tas Yeon Joo dan juga Yeon Jae yang sedang asik mengigiti mainan karet. Mereka berjalan menghampiri mobil Yoongi dan mobil pun pergi dengan Yoongi yang mengendarainya.

Sebelum mengantar puterinya ke sekolah, Yoongi menitipkan puteranya di rumah Hoseok yang notabenya adalah sepupu Mi Rae.

"Yeon Joo harus hati-hati, jangan keluar dari rombongan, harus terus bersama dua bocah tengik itu, harus ikuti saran guru, jangan makan makanan luar, makanan harus habis, kalau kau masih kurang minta ke gurumu untuk menelepone papa, nanti akan papa transfer. Kalau kau ingin buang air cari tempat yang bersih jika tidak ada cari semak-semak...."

Dan masih banyak lagi wejangan yang dikeluarkan Yoongi yang belum selesai. Rombongan sudah memasuki bis sedangkan Yeon Joo masih asik mendengarkan wejangan papa-nya yang entah kapan sampai kapan selesainya.

"Pa, Yeon Joo harus berangkat," potongnya.

"Oh, oke. Hati-hati di jalan jangan lupa...,"

"Iya, Yeon Joo tidak akan lupa pesan papa. Sekarang, Yeon Joo berangkat," ia mencium tangan Yoongi dan tak lupa juga mencium pipi papanya.

"Jaljaaa papa." Yeon Joo menduduki bangku dekat kaca dan melambaikan tangannya hingga bis tersebut hilang dari pandangan sang ayah.

***

Setelah bis rombongan menghilang, para orang tua yang mengantar sedikit demi sedikit berkurang, Yoongi termasuk kedalam salah satu orang tua diantara yang mengantarkan anaknya untuk study tour.

Ia tidak melihat batang upil Jin dan Namjoon yang sama-sama mengantarkan anak-anaknya . ia pergi menuju kantor BigHit karena akan menghadiri rapat para komposer. Setealh sampai di sana ia sudah melihat Jin dan Namjoon yang sudah mengambil posisi mereka masing-masing.

"Kau tidak mengantar anak kalian?" tanya Yoongi yang mengambil duduk disebelah Jin.

"Kami mengantarnya dan kami tidak sepertimu, memberikan wejangan panjang hingga anakmu terus mengusap telinganya karena panas mendengar ocehan papa yang seperti ibu-ibu kehilangan diskon," celetuk Jin.

Yoongi menatap horor kearah Jin. "Aku tidak seperti itu,"

"Ya ya, terserah dirimu saja, pendek."

"Kau menghinaku hyung?" celetuk Jimin yang baru saja masuk ruangan.

"Ya, dia mengatakan jika dirimu pendek, gendut dan juga kurang tinggi," tuduh Yoongi.

"Sudahlah, kalian tidak ingat umur? Kalian sudah dewasa, kalian sudah memiliki keluarga dan kalian juga sudah memiliki anak? Bisakah kalian diam!! Rapat akan segera dimulai." Taehyung menghentikan perdebatan teman-temannya yang tidak akan pernah diam itu.

Rapat berlangsung hingga 12:30 pm, "Baiklah rapat kita akhiri sampai disini." Final Adora yang sebagai moderator.

Mereka semua keluar ruangan dan hanya tertinggal 6 pria yang saling akur jika ada maunya saja, yang satu lagi jangan ditanya kemana, karena dia sudah kembali ke marhasnya.

"Sepertinya mereka sedang makan siang?!" celetuk Jin yang sedang melamun membayangkan putera-puteranya.

"Aku membekalinya nasi goreng," ucap Namjoon.

"Tidak ada peningkatan, selalu membekali puterimu nasi goreng. Seperti aku dong, Yeon Joo aku bekali telur ceplok," ucap Yoongi dengan menggerakkan alisnya sebelah.

"Kau lebih parah dari Namjoon, hyung."

***

"Yeon Joo kau sedang mencari apa?" tanya Nam Hee yang melihat temannya megobrak-abrik tasnya sendiri.

"Aku mencari bekal makan, papa memasakannya khusus untukku, tapi bekalnya tidak ada."

"Coba kau ingat lagi, dimana kau simpan?!" Yeon Joo memutar otaknya dengan keras membuat matanya mengantuk, lalu tak lama ia menggeleng.

"Aku tidak ingat," ucapnya sedih.

"Tidak apa-apa, ini makan punya oppa saja. Oppa akan berdua dengan Woo Jin." Jin Yeong menyerahkan kotak bekal miliknya kepada Yeon Joo, ia menerimanya dan mereka makan bersama.

"Oppa, Woo Jin, Nam Hee, gomawo." Yeon Joo tersenyum, "ini buat kalian," ia mengeluarkan chiki yang dimasukan oleh Yoongi kedalam tasnya.

Mereka tersenyum membalas senyuman Yeon Joo. "Karena kami saudara dan kami adalah teman selamanya," ucap Nam Hee bijak.

***

Yoongi memasuki mobilnya, ia bergegas untuk menjemput Yeon Jae namun ia melihat ke arah jok belakang yang nampak seperti kotak bekal milik Yeon Joo, ia pun memeriksanya dan benar saja itu bekal milik puterinya. "

"Kenapa ini tertinggal?" tanya nya pada diri sendiri, "Dasar bodoh, seharusnya kau memeriksa perlengkapan puterimu bukan menceramahinya."

Yoongi pun bergegas pergi dan membelah kota dengan kecepatan kencang karena ia khawatir dengan puterinya yang tidak makan siang, bagaimana jika puterinya kelaparan? Walaupun ia tahu ada yang lain yang akan memberi puterinya makan dan makanan ringan milik Yeon Joo yang akan mengenyangkan dirinya, namun Yoongi tetap kalut.

Ia tidak ingin puterinya melewatkan makan siang, ia tidak ingin anaknya sakit dan ia tidak ingin anaknya hanya melihat teman-temannya yang makan sedangkan ia tidak.

Sesampainya di kebun binatang, Yoongi berlari mencari puterinya dan tak lupa juga ia bertanya kepada orang yang ia tanya, ia bahkan hampir putus asa untuk mencari puterinya.

Ia terus mencari hingga ia melihat rombongan dari sekolah puterinya. "Yeon Joo!!!" panggil Yoongi kencang membuat mereka secara bersamaan melirik arah belakang.

Yeon Joo bingung dengan papa-nya yang berada disini dan juga kotak bekal yang dibawa papa-nya. Yoongi berjalan menghampiri Yeon Joo yang hanya diam menatap ayahnya yang berkeringat, rambut acak-acakan, wajah yang sudah memerah, mata yang mulai berair dan nafas yang terengah-engah.

"Kenapa papa disini?" tanya Yeon Joo.

"Maafkan papa, papa lupa memberikanmu bekal, apa kau sudah makan?" tanya Yoongi yang masih terengah-engah.

Yeon Joo mengangguk. "Papa tidak usah khawatir, Yeon Joo sudah makan, Yeong oppa memberikan bekalnya untukku,"

Yoongi bernafas lega. "Tapi pa, kenapa papa harus rela datang kemari hanya karena bekal saja?" tanya Yeon Joo.

"Papa takut kau tidak makan, papa tidak mau puteri papa sakit dan kelaparan, papa rela melakukan apapun jika membuat Yeon Joo tidak merasakan hal tersebut, papa akan sakit jika melihat kamu sakit, papa tidak ingin itu terjadi."

Yeon Joo tersenyum lalu memeluk ayahnya yang sedang berlutut di depannya untuk menyamakan tingginya denga puterinya saat berbicara. "Papa, terima kasih. Papa memang pahlawan Yeon Joo, papa memang superhero Yeon Joo, papa memang paling terhebat setelah mama, Yeon Joo sayang papa. Terima kasih papa." Yeon Joo menitikan air matanya

Yoongi menjauhkan puterinya dari pelukannya. "Puteri papa tidak boleh menangis, puteri papa harus tersenyum dengan sangat manis, coba tunjukan gummy smile mu?" Yeon Joo tersenyum dan membuat Yoongi ikut tersenyum

"Papa juga mencintai dan menyayangi mu Min Yeon Joo."

Suasan menjadi terharu melihat interaksi antara anak dan ayah. Percayalah, papa akan selalu melakukan apa saja untuk semua anaknya, rela mengorbankan apapun demi anaknya, rela dirinya basah karena hujan dan menghitam karena panas, ia kan melakukannya demi dirimu, anak-anaknya.

Mama pun tak jauh berbeda dengan papa, mama akan selalu bisa menyemangati keluarganya, selalu bisa membuat keluarganya nyaman, membuat mereka menjadi sosok yang lebih baik.

Kami mencintaimu Mama-Papa, I Love You so much.

Terima kasih atas kasih sayang kalian terhadap kami, maafkan kami yang selalu menjadi pembangkan kalian, kami mencintai kalian.

Bandung, 23 November 2018

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top