17. Suprised

Kediaman Jin sudah penuh dengan manusia-manusia yang tidak bertanggung jawab, semenjak kepulangan dari supermarket mereka memasak dirumah Jin yang sedang tidak ada penjaganya yaitu sang istri, Hyesung.

Rumah sudah berantakan dengan alat masak yang kotor, lantai yang banyak tumpahan terigu dan kawan-kawannya, ruang tengah banyak piring yang belum di simpan dan dicuci, rumah Jin sudah lebih parah dari kandang babi. Sang pemilik hanya menatap nanar keseluruh ruangannya, bisa-bisa ia tidak dapat tidur di kamar lagi, sudah tiga hari ia tidur di sofa dan baru malam kemarin ia kembali tidur dengan nyenyak dan malam ini tidurnya akan kembali ditemani dengan nyamuk-nyamuk yang sering menciumnya dengan meninggalkan bekas merah diseluruh tubuhnya.

"HELOOO, SORRY YA PAMAN-PAMAN SEKALIAN. MOHON MAAF RUMAH KAMI TOLONG DIBERSIHKAN KEMBALI, KALIAN TIDAK MENGETAHUI SEGARANG APA IBU KAMI," ujar Woo Jin yang tak bersahabat, masalahnya dirinya juga akan terkena imbasnya bukan hanya sang ayah.

"Baiklah, ayo kami bersihkan. Papa tolong simpan piringnya didapur, paman Joon tolong bantu Papa, paman Hoseok membersihkan sampah dan barang-barangnya, paman Tae dan Paman Jimin tolong bantu mereka," perintah Yeon Joo.

Mereka semua menurut. "Hyung, tolong bantu kami!!" Jimin menegaskan Jin yang hanya bersandar dan menatap mereka yang sedang bekerja dirumahnya, sudah seperti babu saja, ckckck.

Mereka semua benar-benar menuruti perintah Yeon Joo, dan tersadar akan diri mereka yang dibodohi oleh anak kecil. "Yeon Joo kenapa kau menyuruh kami? Lalu kalian akan melakukan apa?" tanya Taehyung.

"Kami akan menjadi bos, CEPAT KERJAKAN!!" ucap Nam Hee.

Mereka mendengus sebal, kelakuan anak mereka sungguh ajaib. "Maaf paman Yoon itu piringnya masih berminyak." Nam Hee yang memperhatikan Yoongi dan Jimin yang sedang mencuci piring.

"Apa ini? Sampah masih berserakan!!" kali ini Yeon Joo yang menegur Hoseok dan Taehyung.

"Ayah, ini mejanya tidak lurus, nanti kalau ibu melihat bagaimana? Ingin tidur diluar? Paman Joon, jangan sentuh barang itu kalau rusak bagaimana??" Woo Jin benar-benar sudah seperti bos yang sedang mencak pinggang dan membawa sapu untuk menunjuk-nunjuk barang yang perlu di rapihkan.

Jin Yeong, Seok Hee dan Yeon Jae hanya duduk disofa dengan kaki yang menumpu kaki kirinya dan tangan yang sedang memegang gelas yang berisikan minuman yang berwarna merah, ale-ale mungkin.

Masa penjajahan-pun terulang kembali.

***

Setelah pekerjaan semua selesai dengan pengawasan ketat akhirnya mereka beristirahat dengan merebahkan tubuh mereka di lantai.

Mereka saling diam, menyibukan pikiran mereka masing-masing. Ada yang mendumel, ada yang meratapi hidup untuk tidak mendidik anaknya menjadi penjajah, ada yang menutup matanya dan terdengar suara dengkuran yang sudah jelas berasal dari manusia tukang tidur.

"huhsss," desah Taehyung.

"Kenapa paman?" tanya Nam Hee yang terlalu peka sedangkan Yeon Joo mulai mengantuk dan akan menyusul papanya kedalam mimpi.

"Paman merindukan paman Jungkook, dia yang membuat kericuhan jika sedang berkumpul seperti ini."

"Bukankah paman yang sering membuat kekacauan?"

"Ckckck, cepat tidur. Papanya sudah tenang anaknya masih panas mulutnya, cepat tidur," perintah Jimin.

"Dasar paman pendek."

Mereka semua menggeleng melihat tingkah Yeon Joo yang memang sangat mirip Yoongi. "Aku benar-benar merindukannya, adik kecil kita kapan dapat jatah yaa?" ujar Jin

"Jangan membicarakan jatah, istriku sedang tidak ada." Yoongi membalas dengan mata yang perlahan membuka, dan melihat puterinya yang menatapnya tajam.

"Lagipula, Jungkook kan belum menikah?!" mereka bersamaan menghela nafas, anaknya tenang bapaknya bangun.

"Dasar mesum kau Yoon," ucap Namjoon.

"Mon maaf ya, bukankah kau yang paling mesum? Dasar pencitraan."

"Suah disini banyak anak kecil, jangan ada jatah dan mesum disini!!" ucap tegas Jin Yeong.

"Yeon Joo merindukan paman Kookie," ucap Yeon Joo pelan.

"Kau tidak merindukan mamamu?" tanya Woo Jin.

"Aku juga merindukannya, paman Kookie sudah hampir setahun tidak ikut berkumpul."

"Benar, dia sering mendapatkan libur tapi dia gunakan dengan pulang kampung ke rumah ibunya, mungkin disana dia lebih memiliki kebebasan." Namjoon membenarkan.

"Berarti maksud Daddy, kita terlalu menekan paman Kookie?"

"Bukan seperti itu. Rrrrrr kau itu anak ku kenapa kau mirip Yoongi?"

"Paman Yoon, tolong pindahkan namaku di kartu keluarga paman."

"Maaf tidak ada lowongan untuk menambah nama di kartu keluarga," jawab Yoongi santai.

"Ck, dasar paman pendek, pelit, jelek lagi," cecar Nam Hee.

"Huaaaaaaa, aku kangen paman Chaki." Seok Hee menangis.

"Kookie bukan Chaki sayang." Hoseok mengelus surai anaknya dengan lembut.

"Apa tidak ada yang merindukanku?" ucap Woo Jin percaya diri.

"Untuk apa merindukan orang yang hanya menjadi plagiat papaku."

Yoongi bertepuk tangan mendengar tuturan anaknya. "Bravoo..."

"Apa kalian berkumpul tanpa ku?" ucap seseorang dari arah pintu utama.

Mereka sontak menoleh secara bersamaan dan berteriak bersamaan, oke harus kalian ingat yang berteriak hanya anak-anak perempuan saja. "Paman Chakiiiiii"

Mereka berlarian menghampiri Jungkook yang baru saja pulang dan mendapatkan seminggu untuk beristirahat. Ia merindukan hyungnya dan juga keponakannya, apalagi ia merindukan calon istrinya.

Jungkook merentang tangannya lebar dan memeluk keponakannya bersamaan. "Paman juga merindukan kalian."

"Paman mana oleh-oleh untuk kami," tagih Seok Hee.

"Paman bukan liburan, paman sedang membela negara dan melindungi rakyat korea. Negara saja paman lindungi apalagi kamu yang terkasih," gombal Jungkook kepada para keponakannya.

Mereka tersemu merah mendengar ucapan manis Jungkook. "Maaf anak kami tidak akan diberikan kepadamu, dasar pedofil," ucap Yoongi yang sedang berdiri tak jauh dengan tempat Jungkook.

"Eh, ada calon mertua," sapanya pada Yoongi.

"Tidak akan ada menantu sepertimu. Langkahi rintangan dariku."

Jungkook mendengus, mereka duduk kembali dan Jungkook ditengah antara Nam Hee dan Yeon Joo sedangkan Seok Hee di pangkuannya, bagi mereka yang sudah menjadi ayah, posisinya sedang terancam karena Jungkook. Jin yang memiliki anak lelaki hanya diam tenang memperhatikan kegelisahan para ayah yang memiliki anak perempuan.

"Paman kookie, paman lebih cocok dengan rambut botak itu," celetuk Woo Jin.

Anak perempuan melempar tatapan tajam kepada Woo Jin. "Paman Kookie, apa paman membawa sniper?" tanya Nam Hee.

"Untuk apa senjata militer?" tanya Namjoon.

"Untuk menembak Woo Jin," jawabnya.

"Ulululu, jangan menembakku, kau menjatuhkan harga diri seorang lelaki. Biar aku yang akan menembakmu, apa kau mau menjadi kekasihku?!" Woo Jin menyimpan jari telunjuk dan jempolnya di dagu mirip seperti papanya.

Yeon Joo bangkit dan membuka tas besar yang dibawa Jungkook. "Sedang apa istriku?" tanya Jungkook.

"Sedang mencari sniper, siapa tau paman membawanya," mereka semua melotot mendengar tutur Yeon Joo.

"Eonni, Seok Hee bantu ya," tawar Seok Hee.

"Baiklah, ayo kita cari." 

Bandung, 14 November 2018

*** 

Huaaa yang ini garing ya.. krik krikk..


Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top