15. Story Mr. Chimi

A/N: yang aku garis miring-in itu ceritanya bahasa inggrisnya, soalnya kalau aku terlalu banyak pake bahasa inggrisnya kasian yang baca, ada yng kurang paham mungkin..

*** 

"Paman Chim aku lapar," rengek Seok Hee dengan menarik ujung kaus Jimin hingga bunyi sobekan dari baju yang dipakai Jimin.

"Iya sayang, jangan narik-narik baju paman Chim ya," ucap Jimin dengan lembut.

"WOO JIN LAPAR!!!"

"JIN YEONG JUGA!"

"SEOK HEE, SEOK HEE, SEOK HEE SANGAT LAPARR!!"

"Kenapa kalian berisik sekali." Yeon Joo membuat semuanya berhenti merengek, "paman Chim, kenapa tidak memasak saja?" tanya Yeon Joo.

"Kau juga lapar?" tebak Woo Jin, Yeon Joo mengangguk.

"PAMAN CHIM AYO MASAK!!" ucap mereka serempak.

Membuat Jimin menutup telinganya rapat-rapat. Kenapa disaat hari liburnya datang, ia malah dilimpahkan dengan anak-anak yang dititipkan padanya, Taehyung malah asik bermain dengan Yeon Jae.

"Minta saja ke paman Tae,"

Mereka serempak menggeleng, "kalau paman Tae yang memasak, Yeon Joo tidak yakin dengan makanannya."

Mereka semua menyetujujui perkataan Yeon Joo. "Paman Tae bisa memasak, kau meremehkan aku." Timpal Taehyung.

"Tidak."

"Yeon Jae jangan seperti noona Yeon Joo, ya sayang. Kau harus seperti paman Tae yang...,"

"Mirip alien," potong Woo Jin.

"Heh, aku orang yang paling tampan." Taehyung tidak terima.

"Tapi itu dulu, sekarang yang paling tampan itu KIM WOO JIN, hahahaha"

Krik krik krik.

"Kenapa diam?" tanya Woo Jin bingung, saat semua diam memandangnya jengah.

"Sudahlah, kau memang yang paling tampan diantara perempuan. Sekarang, siapa yang akan ikut paman membeli bahan makanan?" tanyanya dengan senyum indahnya.

Mereka semua mengangkat tangan dan terus mengatakan, Woo Jin ikut, Yeon Joo ikut, Nam Hee, Seok Hee juga, Jin Yeong ikut saja. Kepala Jimin benar-benar akan pecah jika mereka terus berteriak saling tuduh dan saling menyalahkan.

"Kalian semua ikut paman, Tae kau juga harus ikut."

"Aku?! Aku malas keluar,"

"PAMAN TAEHYUNG HARUS IKUT," teriak Seok Hee paling kencang. Bahkan ia menindih tubuh Taehyung yang sedang terlentang.

Taehyung pun pasrah dan menuruti mereka. Taehyung dan Jimin membawa troly masing-masing. Anak-anak masuk kedalam troly, Seok Hee, Nam Hee bersama Jimin. Woo Jin, Yeon Joo dan Yeon Jae bersama Taehyung, Jin Yeong hanya berdiri mengikuti Taehyung.

Mereka berdua berpencar, Jimin mendekati rak makanan ringan karena Seok Hee terus merengek ingin chiki. Ia melihat seorang wanita yang ingin mengambil sesuatu di rak paling atas, tangan dan badan yang kecil membuatnya tidak bisa mengapainya.

"Excuse me sir, can you help me?" pinta wanita tersebut dengan ramah.

Jimin hanya diam memperhatikan tubuh wanita yang kecil itu, ia sedang mengira-ngira umurnya.. Jimin menatap Nam Hee yang sedang tersenyum kepada wanita tersebut, Jimin mendekatkan bibirnya kearah telinga Nam Hee. "Dia berkata apa?" tanya Jimin.

Nam Hee menatap aneh ke arah pamannya. "Aku tidak mengerti perkataannya," bisiknya lagi.

"Nam Hee sudah pernah mengajarkannya kepada paman, ini tentang tolong menolong."

"Apa dia meminta tolong?" Nam Hee mengangguk.

"Paman harus bagaimana?" bisiknya lagi.

"Paman harus membantunya," ia mengangguk.

"Apa yang bisa saya dibantu?" tanya Jimin lembut.

Ia diam, "Can you speak English, please"

"Dia bilang, apa paman bisa bahasa inggris?" bisik Nam Hee yang berubah menjadi translater berjalan.

Jimin mengangguk ragu lalu dengan cepat ia menggeleng, "Sorry eonni, my uncle can't speak english, he's stupid." Ia tertawa diakhir dan membuat wanita tersebut tesenyum melihat tawa Nam Hee. Jimin yang kurang fasih menjerumus tidak bisa, hanya diam saja saat Nam Hee mengejeknya.

"Apa yang bisa dibantu eonni?" tanya Nam hee dengan berbahasa inggrisnya yang fasih.

"Aku ingin mengambil makanan kaleng itu."

Jimin hanya diam memperhatikan keduanya dengan kerutan yang terlihat begitu jelas. Belum ia mengerti arti yang digunakan Nam Hee, anak itu sudah menambah kosakata baru yang membuat Jimin merasa sangat bodoh.

"Paman, eonni ini ingin mengambil makanan kaleng yang di atas," ucap Nam Hee yang membuat Jimin kembali kedunianya.

Jimin hanya menggunakan bahasa isyarat dengan menunjuk kaleng yang berjajar rapih di atas, ia pun berusah mengambilnya, karena badannya yang kecil juga, ia tidak bisa mengapainya dan membuat Nam Hee, Seok hee dan wanita tersebut menertawakan Jimin..

"Biar aku saja yang mengambilnya," seseorang dengan cepat mengambil makanan kaleng yang memang akan diambil Jimin.

"Daddy," panggil Nam Hee dengan terkejut.

Nam Joon hanya tersenyum memperhatikan lesung pipit yang indah, "Jim, tinggi itu keatas bukan ke pipi." Nam Joo meledek Jimin dan membuat mereka menertawakan Jimin lagi.

Ia hanya pasrah, ingin marah namun ia malu, ingin pergi dari sana namun ia masih ingin melihat wanita tersebut. Dan ia hanya bisa memendamnya, Nam Joon pergi membawa Seok Hee karena ia tahu jika Jimin sedang membutuhkan anaknya untuk menjadi kamus berjalannya.

Jimin mengulur tangannya untuk berkenalan, ia belum bisa mengeluarkan suaranya karena bahsa inggrisnya yang masih di bawah rata-rata itu, wanita tersebut mengerti dengan yang dimaksud oleh Jimin, ia menerima jabatan tangan Jimin.

"Arin."

Jimin mengangkat alis kanannya. "Erin?"

"No, A-R-I-N, Arin."

"Ouh, Emil." Nam Hee yang mendengarnya saja ingin meninju pamannya, apalagi yang sedang berbicara dengan Jimin.

"Paman, nama dia Malen bukan Erin atau Emil." Nam Hee benar-benar kesal memiliki paman yang tiba-tiba telinganya tuli.

"Ouh, Arin." Jimin mangut-mangut.

Nam Hee benar-benar akan meninju pamannya saat dirumah nanti.

"Arin eonni, kau dari mana?" tanya Nam Hee.

"Aku dari Indonesia,"

"Wow, eonni sedang apa disini? Sedang menjadi turis?"

Arin menggeleng. "Aku sedang kuliah disini."

"Mwo?" Nam Hee melirik sekilas Jimin yang sedang membuka ponselnya dapat ia lihat jika pamannya sedang merekam percakapan mereka lalu dikirim ke daddynya.

"Ouh, apa kau kenal denganku?" tanya Jimin tiba-tiba dengan bahasa inggrisnya yang sudah diberitahu oleh Namjoon.

Arin tersenyum. "Aku mengenalmu, kau adalah idolaku, idolaku saat aku muda dalu. Kau yang membuatku tidak bisa mencari pria lain selain dirimu, kau yang membuatku menangis saat mendengar berita apapun tentangmu, kau yang membuatku berpikir untuk bersekolah disini untuk bertemu denganmu, namun itu sudah sangat lama. Aku menunggu selalu menunggu namun aku tak bisa bertemu denganmu secara langsung seperti ini. Dan ini adalah sebuah anugerah bagiku bisa bertemu denganmu."

Jimin yang tidak mengertipun hanya diam, ia sedang meresapi apa yang dikatakan Arin, ada kata Idol, menunggu. Nam Hee yang mengertipun hanya diam memperhatikan Arin, ia menghampiri Arin dan memeluknya dengan erat.

"Eonni, kau sangat hebat bisa bertahan hingga saat ini, dan kau akan mendapatkan jawaban dari apa yang kau tunggu selama ini." Nam Hee membisikkan sesuatu kepada Arin.

Arin tersenyum penuh arti. "Itu tidak mungkin, bukankah dia memiliki kekasih?"

Nam Hee menggeleng lalu melirik pamannya. "Paman, apa kau mengerti yang dikatakan Arin eonni?"

Jimin diam. "Eonni bilang, jika dia tidak bisa menghilangkan bayangan paman dari hidupnya, bahkan eonni sampai meninggalkan keluarganya untuk bisa satu negara dengan paman, dia sangat mencintai paman, bukan seperti seorang fans. Dia mencintai paman dari hati tidak seperti mantan paman itu, apa paman menyukainya?" jelas Nam Hee.

Jimin menatap Arin yang berada dihadapannya. "Apa benar seperti itu?"

Arin menunduk malu, "Aku menyukaimu sangat lama. tapi sekarang aku tidak memperdulikan itu, bertemu denganmu adalah sebuah keberuntunganku sebelum aku pulang. Terima kasih." Arin tersenyum lirih.

Jimin terperangah dengan perkataan Arin yang menggunakan bahasa korea, bahkan ia sangat fasih mengucapkannya. Membuatnya bingung, antara senang dan sedih, ia senang jika ia tidak harus menggunakan bahasa inggris dan sedih jika Arin tidak akan lama lagi meninggalkan korea.

"Bisakah kau berdiam lebih lama disini, aku ingin mengenalmu lebih jauh. Aku tertarik dengan dirimu, Arin-ssi."

Jimin mendekatkan bibirnya ditelinga Nam Hee. "Bahasa inggrisnya selamat datang kembali kasihku apa?" Nam Hee memberitahunya dengan berbisik.

"Arin, Welcome to jungle." Jimin merentangkan tangannya, membuat keduanya tertawa dan yang paling kencang tertawa adalah Nam Hee yang menipu pamannya sendiri. 

*** 

Oke aku jelasin disini yaaa.. 

Kenapa aku nggak full inggris? 

Aku sadar kok, aku juga nggak terlalu bisa inggris, aku juga kadang bingung sama yang pake bahasa inggris yang full, jadi aku usahain buat kalian biar bisa enjoy bacanya. aku garis miring yaaa.. 

Masih belum ngerti? bisa tanyakan lagi aja.. 

Oh iya ini khusus untuk sang kakak yang paling cantik, sama kok namanya kaya yang diatas Kakak Malen :v


Bandung, 05 November 2018

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top