21. Mimpi
"Tinggi ya langitnya," celetuk Bang Galen saat kami sama-sama memandang ke angkasa.
Mulai lagi. Bang Galen versi orang tua.
"Sama kayak gengsi kamu," lanjutnya kini sambil menatapku jail.
"Bang Galen mending pulang deh. Kasian bumil dirumah nungguin," ucapku berusaha mengalihkan topik pembicaraan.
"Nih, hadiah," Bang Galen mengulurkan sebuah kalung padaku.
"Bagus. Thank you, brother," ucapku dengan senang hati.
Bang Galen menggenggam tanganku lalu tersenyum. "Memang enggak mudah untuk meraih mimpi, tapi bukan berarti enggak bisa, kan? Tetap semangat dan fokus, itu kuncinya. Zidny harus ingat, kita enggak boleh takluk sama dunia. Kita yang harus menaklukan dunia. Jadi, ketika mimpi itu tidak terwujud pun kita tidak jatuh terpuruk. Hidup itu bukan cuma tentang mengejar mimpi. Zidny paham, kan?"
Aku mengangguk. "Bang Galen ternyata udah cocok jadi bapak-bapak. Mirip Ayah."
#agustusrawspunyacerita #sepuluhharimenjelangfinish #highfivemember #kelompoklimanana #rawscommunity
21-08-2021
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top