29th day: Karena kucing


"Karena kucing"

Author Pov

"Beres ngerjain tugas, ke Cat Caffe, kuy!" ajak Dongji.

"Aih, ngapain?" tanya Yohan.

"Lihat kucing lah, Yohan." balas Hangyul.

"Gue juga tau, Gyul." balas Yohan.

"Lo kan alergi, Ji. Ngapain?" tanya Yohan lagi.

"Iya?" tanya Hangyul pada Dongji.

"Gak parah kok. Paling cuma bersin." balas Dongji santai.

"Cuma bersin tapi lo pernah nggak sekolah dua hari." balas Yohan.

"Ya udah sih kalau lo nggak mau, gue bisa pergi sama Hangyul." Dongji kesal.

"Bukannya gue nggak mau. Gue tanya lo, kenapa lo tiba-tiba pengen ke sana padahal lo alergi?"

"Iya juga, ya." Hangyul setuju.

"Lo, masih inget Kak Minho, Han?" tanya Dongji.

"Kak Minho? anak STM Gimpo?" balas Yohan.

"Widih! anak STM." Hangyul tak menyangka.

"Yup. Tadi malam gue DM-an sama dia. Besok, gue mau ketemu dia." jelas Dongji terlihat senang.

"Dia kan gila kucing. Jangan bilang besok lo mau nemenin dia ngurus kucingnya yang se-RT itu!" ucap Yohan seperti mengancam.

"Cuma tiga ekor, Han. Nggak se-RT." balas Dongji.

"Dia cuma bilang mau buka Cat Caffe, jadi gue mau bantu dia beresin tempatnya, besok."

"Kalau gitu, gue ikut. Hangyul juga." ucap Yohan, merangkul Hangyul.

"Kok gue juga?" tanya Hangyul.

"Udah sih, diem aja." ucap Yohan pelan.

"Nggak bisa! Kalian nggak bisa ikut." tolak Dongji.

"Gue nggak mau rencana kali ini gagal karena kalian." tambahnya.

"Ya udah. Gue pergi sendiri aja hari ini ke Cat Caffe." Dongji berdiri, bersiap untuk pergi.

"Tugas lo udah beres?" tanya Hangyul.

"Yang ngobrol, mulut ya, bukan tangan." balas Dongji.

"Bye!" Dongji pergi.

"Minho siapa lagi, Han?" tanya Hangyul.

"Neneknya tentanggaan sama Dongji. Pas SMP, Dongji mau deket sama dia tapi gagal gara-gara Dongji nggak bisa deket kucing, sedangkan dia suka banget sama kucing."

"Masih bisa dong, pas dia lagi nggak ngurusin kucing." balas Hangyul.

"Masalahnya, dia tuh cuma peduli sama kucing. Jadi, waktu dia habis sama kucing. Dia nggak tertarik sama manusia."

"Waduh! Kok bisa gitu?" Hangyul shock.

"Kok lo tau banyak tentang dia sih, Han?" Hangyul heran.

"Apa sih yang nggak bisa gue dapet, kalau gue mau." balas Yohan.

"Gue pergi, Gyul." Yohan pergi.

"Kemana? Nyusul Dongji?" teriak Hangyul.

"Kagak." balas Yohan.


- - - -



Dongji terlihat berjalan dengan kurang fokus menuju Asrama.

Hatchi!

Hatchi!

Dongji menghalangi hidungnya dengan lengan bajunya beberapa kali setiap kali dia bersin.

"Hhh, gimana besok?" Yohan yang melihatnya dari jauh hanya menghela napas.

Dia berjalan menuju Asramanya.



Besoknya.

Dongji bersiap untuk bertemu Minho.
Dia memeriksa barang-barang di tasnya.

"Masker? udah. Bedak pereda gatal, Inhaler, apa lagi ya?"

"Lo yakin, Ji?" tanya Yuqi.

Dongji mengangguk bersemangat.

"Good luck, ya! Semoga lo nggak diajak ketemu anak-anaknya, kkk."

"Thanks, Qi."

"Gue siap kok ngurus anak-anaknya, meski harus bersin-bersin, kkk."

. . . . .

Dongji Pov

Aku hendak turun dari bis, dan melihat Kak Minho tengah melambaikan tangannya sambil tersenyum padaku tentunya. Senyum yang paling aku suka. Aku balas tersenyum dan melambai padanya.
Matanya membulat, ada apa?



"Mendingan, kan?" tanya Kak Minho yang tengah memijat kakiku.

"Iya."

"Masih bisa jalan, kan?" tanya Kak Minho, berdiri.

Bisa sih, tapi masih sakit.

"Bisa kok, Kak." jawabku sambil berdiri, mencoba mengetes pergelangan kaki kananku yang tadi terjatuh.

"Kamu sih, turun dari bis nggak lihat jalan." Kak Minho sedikit mengomel, berjalan lebih dulu.

Kak Minho sih senyum, jadinya aku nggak bisa lihat jalan.

Aku berjalan, berusaha menyamai langkahnya.

Kak Minho membawaku ke tempat yang dia bilang akan dia jadikan Cat Caffe.

"Lumayan, kan?" tanya Kak Minho.

"Bagus kok, Kak." balasku.

"Kok?"

"Eh? Bagus, Kak!" Aku mengacungkan jempol.

"Ehehee." Di tertawa sambil lalu.

Aku mengambil sapu.

"Kamu beneran mau bantu, kan?" tanya Kak Minho, membuatku cengo menghentikan aktifitas menyapuku.

"Iya, Kak. Kenapa?"

"Nggak, takutnya nanti kamu minta bayaran. Kan kalau kamu bilangnya mau bantu, gratis dong." balas Kak Minho diakhiri dengan tawanya.

"Ahahaa." Aku pun ikut tertawa.

Dari dulu lawakannya kayak gitu, kkk.

Selama 2 jam, aku dan Kak Minho membersihkan tempat ini. Mulai dari menyapu, mengepel, membersihkan kaca, hingga menempatkan beberapa properti untuk kebutuhan kafe.

"Capek, kan?" Kak Minho duduk di sebrangku, menyodorkan sebotol air mineral dan sekotak tisu. Sekotak dong, nggak tanggung-tanggung.

"Nggak, kok. Makasih, Kak." ucapku menerimanya.

"Sama-sama." balasnya.

Setelah itu, kami menempelkan hiasan-hiasan di dinding, mengatur beberapa pot kecil bunga. Lalu, kami pergi ke taman dan memakan Ice Cream. Ternyata dia suka rasa Mint chocolate. Kami mengobrol cukup banyak, diselingi lawakannya yang tak terduga. Siapa bilang Kak Minho cuma tertarik sama kucing? Nih, buktinya aku bisa seharian sama dia. Eh, iya. Btw, kok Kak Minho nggak ngurus kucingnya hari ini? apa karena aku? Kkk.

"Ayo ke halte!" ajak Kak Minho berdiri setelah melihat jam di tangannya.

Jam 5 pm.

Aku hanya mengangguk.

"Aku kira Kakak mau bawa aku ketemu Soonie, Doongie, Dori lho." ucapku.

"Nggak lah. Kan kamu alergi." balas Kak Minho.

Aku cengo. Kok Kak Minho tau?

"Itu dia." ucap Kak Minho tat kala melihat bis yang akan membawaku pergi, datang.

"Sana!"

"Aku pergi ya, Kak." ucapku pamit, berjalan sambil melambaikan tangan padanya.

"Lihat jalan!" ucapnya.

Spontan, aku langsung melihat jalanku.

Kulihat dia tertawa.

"Thanks ya, Dongji!" ucapnya sedikit berteriak.

Aku duduk di dekat jendela agar bisa melihatnya. Dia pergi setelah melambaikan tangan padaku.

Such a beautiful day, without Soonie, Doongie, and Dori. Kkk, Sorry!



Epilogue

Yohan Pov

minho

Yesterday 9.22 pm

Fyi, Dongji alergi kucing.



Syukur deh, dia dengerin gue.

021-499-200-415

2 minggu dong, huhu.



























Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top