22nd: I want to say, I'm not allow


"I want to say, I'm not allow"

Dongji Pov

Jam di ponselku telah menunjukkan angka 02.30 AM, namun aku masih berada di sini. Sepi. Sendiri. Di rooftop gedung A kampusku. Berharap angin malam dapat membuatku berpikir jernih.
Takut? Aku tidak akan ada di sini kalau begitu.

Ponselku terus bergetar baik tanda chat masuk atau pun panggilan masuk. Kulihat itu dari Yohan. Tak kupedulikan. Aku tidak ingin mendengar apa pun saat ini terkecuali lagu-lagu yang sedang aku dengarkan.

종현 - Let me out

종현 - End of a day

Mian, Yohan-ah. Aku kalah lagi.

Menyendiri mungkin memang tidak menyelesaikan masalahku atau membuatku merasa lebih baik, tapi setidaknya aku tidak mau memperlihatkan diriku yang sedang tidak baik pada orang yang peduli padaku.

Kutuliskan apa yang kurasakan saat ini karena biasanya saat setelah aku dapat berpikir normal, aku akan merasa apa yang kulakukan sebelumnya itu konyol.

. . . .

Jam 4 sore nanti, Yohan ngajak aku ketemu. Ngajak makan katanya. Sebenarnya dia ngajak tadi sih pas kita pulang. Tapi, aku bilang mau tidur dulu. Yohan juga ada kelas sampai jam 3. Aku bolos hari ini.

Jam menunjukkan angka 2.16 PM, masih 2 jam.

. . . .

Skip : Bangku taman Asrama

"Ini, makan!" Yohan tersenyum menyodorkan semangkuk bubur yang tadi ia tuang dari termos.

"Sejak kapan lo bisa bikin bubur?" tanyaku.

"Dibantuin Hangyul."

"Ohh, pantesan." ucapku mengambil satu sendok bubur lagi.

"Kenapa?" tanya Yohan.

"Enak." balasku antusias.

"Gue yang ngasih bumbunya itu, Hangyul cuma ngasih tau bahannya."

"B aja kalau gitu."

"Mmm jangan gitu lo, Ji! Gini-gini gue usaha lho."

"Hehee, iya bercanda kok. Makasih ya, Han."

"My pleasure." balas Yohan tersenyum menampilkan gigi kelincinya.

Author Pov

Yohan senang bisa melihat Dongji lebih baik dari tadi pagi.

"Han." ucap Dongji yang sejak tadi sibuk makan bubur.

"Kenapa?" balas Yohan.

"Gimana caranya biar gue mau ngerhargain, ngehormatin 'dia', orang yang pernah nyiksa Mama gue pas umur gue 2 tahun?" tanya Dongji menunduk, netranya fokus pada bubur, namun entah dengan pikirannya.

Yohan diam. Dia baru mendengarnya.

"Apa?" Yohan speechless.

Yohan tak menyangka. Ternyata masalahnya sejauh itu.

"Hehee." Dongji tertawa.

"Jadi, selama ini lo nyembunyiin ini dari gue? Kita kenal dari orok lho, Ji. Kenapa gue nggak tau?" Yohan terdengar kecewa dan menyesal.

"Sebenarnya gue ngerasa baik-baik aja sih selama ini, toh gue juga punya bokap baru yang baik dan bisa menuhin semua keperluan gue. Gue bahagia. Lo lihat itu, kan?"

"He ehm." Yohan mengangguk.

"Dan kata Mama kayaknya gue kehilangan memori gue tentang 'dia', soalnya gue emang kayak nggak pernah tau 'dia', Han."

"Sampai suatu hari, tahun lalu, dia ada chat gue, bilang 'dia' bokap gue, dan dia bilang semua hal jelek tentang Mama. Saat itu juga memori terakhir yang gue inget tentang dia balik." Dongji bercerita dengan menahan air matanya.

"Gue inget waktu itu rumah berantakan. Dia mukul Mama, terus nyeret Mama ke kamar mandi. Gue bayi umur 2 tahun yang cuma bisa diem di balik tembok, karena Mama nyuruh gue diem. Dan gue berusaha nggak bersuara karena takut 'dia' bakal bawa gue. Meski gue sebenarnya nangis sesenggukan, gue berusaha nutup mulut gue pake tangan."

"Berat banget pasti Dongji cerita ini sekarang. Dia pasti mau nggak mau harus mengingat kembali kejadian itu." batin Yohan.

Yohan tertegun. Matanya berkaca-kaca.

"Dan itu tahun lalu gue inget lagi setelah 16 tahun gue lupa."

"Gue sesak napas, Han. Padahal dia cuma nanya alamat kosan gue, tapi gue bener-bener pengen mati aja waktu itu." ucap Dongji berusaha terlihat santai.

"Gue nggak bisa bilang ke Mama karena takut dia khawatir."

"Dan itu juga terjadi lagi kemarin, dan beberapa hari yang lalu itu."

"Kadang kayaknya konyol kalau gue pikir lagi." Dongji tertawa miris.

Yohan menyeka air mata di pipinya.

"Ji!" Yohan memegang kedua bahu Dongji.

"Gue, Kim Yohan, temen lo yang kenal lo dari orok, gue akan selalu ada buat lo kapan pun lo butuh gue."

"Gue percaya lo, Ji. Lo berarti bagi gue. Jadi, lo jangan pernah ngerasa sendiri. Lo boleh nyembunyiin ini dari nyokap lo, tapi nggak dari gue."

"Nggak perlu segitunya, Han." Dongji tersenyum, melepaskan kedua tangan Yohan dari bahunya.

" I want to say I'm so grateful that I have you, but I think I'm not allow." batin Dongji.

"Pokoknya gue bakal lindungin lo dari siapa pun yang bikin lo nggak nyaman. Gue sahabat lo." Kukuh Yohan.

"Thanks, ya, Han. Lo emang dabest!"

"Iya dong, Kim Yohan!" ucap Yohan bangga.

"Oh, iya! Gue ada janji sama Sihoon jam 7, gue duluan ya, Han. Nggak apa-apa, kan?" Dongji sedikit panik.

"Oh, iya." balas Yohan dengan gesture mempersilakan Dongji pergi.

"Gue pergi, ya. Dah!" Dongji pergi.

"Thanks juga buburnya!" teriak Dongji.

"Widih! Si Dongji abis semangkok dong."

"Seenak apa sih? penasaran gue." Yohan menuangkan sedikit bubur ke mangkuk bekas Dongji, lalu mengambil sesendok penuh, dan melahapnya.

"Anj*r, asin banget!" Yohan memuntahkannya.

021-499-200-328

Kalau ada prompt yang pas, mungkin Dongji Yohan akan muncul lagi, kk.




















Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top