Twenty One Days
✨✨✨
Halo, selamat pagi. You're a great girl, Anara. Baik di duniaku maupun di sini, aku selalu mengucapkan kalimat penyemangat itu setiap pagi. Kurentangkan kedua lenganku, menikmati cahaya yang masuk dari celah jendela.
Aku melompat dari tempat tidur, membuka jendela kamarku. Langit hari ini cerah sekali, suasananya juga sejuk. Kembali kurentangkan tangan, menarik napas dalam dan mengembuskannya.
Tunggu dulu, lenganku seperti ada yang berbeda, tapi apa? Hari pertama aku berada di sini, Paman Gandalf memberiku misi dan tato. Di lengan kanan ada tiga tato bergambar kupu-kupu, di lengan kiri ada tiga puluh tato berbentuk bintang kecil-kecil yang akan hilang satu per satu setiap harinya.
Masih ada dua puluh bintang yang tersisa, itu berarti sudah sepuluh hari aku di sini, aku senang setiap kali tato bintang menghilang, artinya aku akan segera kembali. Sesuai perhitungan waktu di sini, entah sudah berapa lama di duniaku. Kata Riooze, tidak ada yang tahu seberapa banyak perbedaan waktu di sini dan duniaku. Semoga saja di sana baru beberapa menit terlewati, aku tidak bisa membayangkan jika di sana juga sudah lebih dari sepuluh hari atau bahkan malah justru lebih cepat.
"Astagfirullāh al-azim."
Aku terpekik saat ada sesuatu yang meledak dari kaca jendela sebelah, hampir saja serpihan kacanya mengenaiku.
"Siapa kau?"
Aku berbalik ke arah pintu, ada Chaiden berdiri di sana. Lengannya mengacung lurus ke arahku. Ada apa dengan makhluk bertelinga panjang dan lancip ini, kenapa tiba-tiba dia begini?
"Berasal dari bangsa mana kau? Mantra apa yang kau gunakan tadi," ulangnya dua langkah maju ke arahku. "Siapa kau?!"
Mantra apa? Aku tidak menyebutkan mantra apa-apa. Atau ... astagfirullah yang refleks kuucapkan tadi? Ya, bisa jadi itu dianggap sebagai mantra bagi peri di sini. Maafkan aku Chaiden, aku pun tidak tahu apa artinya itu. Aku hanya sering mendengar dari teman muslimku.
"Katakan, bangsa mana yang mengutusmu?"
Dia kenapa, sih? Kehabisan obat atau gimana? Kemarin-kemarin dia biasa saja, bahkan di tepi sungai saat dia bertanya tentang nama Fubao, dia masih terlihat normal. Kenapa sekarang malah jadi bocah tantrum tidak jelas. Dia tidak amnesia, kan?
"Kamu benturkan di mana kepalamu, Chaiden? Bisa-bisanya lupa siapa aku."
Aku melenggang melewatinya, keluar saja aku dari kamar ini. Lebih baik aku ke kandang Fubao, memberi makhluk jelek itu makanan. Setidaknya aku punya kegiatan melewati hari demi hari di sini, sampai akhirnya aku pulang ke rumahku.
"Berhenti di sana!"
Aku kembali terpekik dan menutup telinga, ledakan di depan mata itu sangat membuatku terkejut. Siapa lagi pelakunya kalau bukan makhluk pucat seperti penderita anemia akut itu.
"Itulah konsekuensinya jika kau tidak melakukan misimu. Chaiden perlahan akan kehilangan ingatan tentangmu."
Entah dari mana kalimat itu berasal, secara ajaib ditangkap oleh telingaku. Aku celingukan, barangkali ada makhluk lain yang di sekitar sini. Atau ... itu adalah suara Paman Gandalf? Tato bintang di lenganku sudah hilang sepuluh, tapi hingga sekarang aku belum tahu seperti apa misi yang Paman Gandalf berikan. Katanya, aku harus meyakinkan Chaiden bahwa aku istrinya seiring hilangnya tato di kupu-kupu.
Aku memeriksa lengan sebelah kanan, benar saja seperti ada yang berbeda dari tato kupu-kupu ini. Jumlahnya tinggal empat, sejak kapan? Kenapa aku tidak menyadarinya. Itu berarti ... ingatan Chaiden tentangku juga ikutan hilang.
"Chaiden ... kamu benar-benar tidak mengingatku?" Aku suara pelan, seperti ketakutan.
Tatapannya nyalang menatapku yang gemetaran, tanganku dingin sekali rasanya. Selama aku hidup, aku tidak pernah merasakan rasa ketakutan seperti ini. Aku berdoa dalam hati, semoga ada seseorang yang menolongku sebelum aku mati di tangan Chaiden.
"Katakan cepat!"
"Chaiden, aku Anara istrimu."
Sial! Aku salah menyebutkan nama. Chaiden pasti bingung, setahunya Anara adalah nama yang akan diberikan pada kelinci peliharaan Canowly.
Kulit pucat Chaiden berubah kemerahan, mungkin peredaran darahnya sudah berjalan normal. Rahangnya mengetat semakin terlihat tegas. Lengannya terentang ke samping, lagi-lagi Chaiden menggunakan kekuatan. Akar pohon yang biasa digunakan Canowly bermain, sudah putus dan tercerai-berai.
Aku sudah bukan lagi takut, tapi sangat takut. Membayangkan tubuhku seperti akar pohon itu. Semakin melemas lututuku, aku terduduk pasrah di tanah.
"Ayah, Mama ... kenapa ayunanku terputus."
"Canowly ...." Aku merangkak ke tempat Canowly berdiri.
Aku tidak tahu apa yang merasuki Chaiden, belum tentu dia tidak mengingatku karena efek dari hilangnya tato kupu-kupu di tanganku. Bisa saja dia begini karena terserang sihir jahat di luar sana. Buktinya, Canowly masih memanggilku mama. Bukankah kata Paman Gandalf yang hilang ingatan tidak hanya Chaiden, tapi juga Canowly.
"Canowly, kenapa kamu ke sini. Harusnya kamu sembunyi saja," ucapku gemetar.
Aku memeluk tubuh Canowly kemudian berbalik menyembunyikan Canowly di balik tubuhku, aku melindunginya agar Chaiden tidak menyerang atau melukai Canowly.
"Siapa kau sebenernya, apa yang akan kau lakukan pada putriku."
Putrinya? Chaiden mengenali Canowly, itu berarti dia hanya tidak mengingat aku.
"Ch-haiden, aku adalah Anelyce istrimu. Aku peri air yang mengandung mutiara suci Canowly, anak kita," cicitku mencoba menyadarkan Chaiden.
Aku tidak tahu ini akan berhasil atau tidak, tapi setidaknya aku sudah berusaha.
Pandangan yang semula tajam menatapku, sekarang berubah teduh. Pun dengan warna kulit Chaiden yang berubah menjadi seperti sebelumnya. Apakah Chaiden sudah sadar dan kembali normal?
Aku pasrah saja jika hari ke sepuluh ini aku mati di sini tanpa menyelesaikan misi sama sekali. Chaiden berjalan lebih mendekat, bukan merasa menantang, tapi aku rasa aku harus melakukan ini.
"Kau tidak apa-apa?" tanyanya melembut.
Aku kembali terduduk, lemas sekaligus merasa lega. Chaiden kembali normal. Entah apa yang membuatku begini, aku tiba-tiba merasa cengeng. Aku menangis, takut Chaiden melupakan aku.
"Hei, kenapa? Apa aku berbuat salah tadi?" tanyanya menarik tubuhku.
Aku tidak menolak, bahkan menikmati dekapan hangat Chaiden. Aku benar-benar bingung, kenapa bisa dibuat ketakutan dan nyaman oleh sosok yang sama.
"Sepertinya benar, ada yang salah denganku tadi."
Tidak ada yang salah, Chaiden. Kamu, tempat ini, Canowly, tidak ada yang salah. Aku yang salah kenapa bisa berada di sini.
Tanjung Enim, 29 Januari 2024
RinBee 🐝
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top