Virus Jadi Abu

Tema hari ke 2: Asal Usul Corona versi aku.

Aku menyibak gorden berwarna hitam dengan gambar tengkorak manusia. Hadiah dari si Tuan Kuburan. Aneh memang, sampai kedu orang tuaku mempertanyakan kewarasanku. Itu enggak masalah, aku senang.

Kubuka jendela, udara pagi hari menyejukkan hati. Ah, sungguh segar. Kalau diingat-ingat aku sangat bersyukur diberi kesempatan kedua hidup kembali. Tuan Baik Hati bertubuh kehijauan itu sangat bijaksana.

Tapi aku sedih karena Anubis tidak bisa datang menemuiku. Pria yang telah menawan separuh hatiku akan menelponku. Entah jam berapa. Dia memang begitu suka mendadak.

Lebih baik buka buku harianku saja, deh. Aku membaca hari-hariku bersamanya. Dia memang tidak banyak bicara. Dingin namun hangat. Suatu hari dia bertanya kepadaku:

"Apa kamu tahu corona?"

Salah satu alisku terangkat. "Tentu, dong.

Tangannya bersedekap di dada. Dengan angkuhnya berkata, "Di alam bawah apabila ada roh terkena corona, akan aku kutuk  jadi abu."

Mulutku menganga. Ini dewa sombongnya selangit. Sok kepedean. "Terus, kalau aku kena virus, apa kamu akan mengutukku?"

Dia menyunggingkan senyum terbaiknya walau sedikit. "Kamu pengecualian." Dia terdiam sejenak lalu berkata lagi. "Ya kalau enggak jadi abu, aku mumikan saja roh-roh penyebar virus. Alam bawah sana bersih bebas polusi. Lagipula aku senang mendengar jeritan mereka terjun ke neraka. He he he."

Aku menulis tentangnya sambil geleng-geleng kepala. Anubis, sosok menyeramkan dan menakutkan, tapi sebenarnya baik. Ah, aku ingin lebih lama bersamanya.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top