Send Me An Angel
Tema hari ini adalaaaaahhh ...
Jeng jeng! 3 digit number + meaning angel
Er ... Agak susah emang, but aku coba deh ya.
Anubis: Jangan bikin gue merana napa?
Suka2 gue lah ah. Jangan banyak protes, Bis.
Anubis: Cih!
*****
Anubis masih duduk merenung sambil menatap rembulan. Malam hari suhu udara mulai menurun. Namun, dibalik topeng anjing itu wajah nan rupawan terlihat jelas akibat pantulan cahaya sang chandra.
Dia seorang diri di pulau terpencil. Tak seorangpun tahu kecuali Beren si pengawal setianya. Pria itu melepas topengnya. Netra ambernya berkilat. Rahang tegas, ditunjang tubuh tegap, kulit eksotis selaras dengan warna matanya.
Anubis menatap bulan. Pikirannya melayang pada seorang gadis yang telah mencuri separuh jiwanya. Baginya, Kephri bagaikan matahari, menemani hari-harinya. Keceriaan anak itu menular pada orang-orang terdekat.
Senyum manis sang 'matahari' menusuk hati sang Dewa Kematian. Dinginnya hati Anubis tapi melindungi orang yang dia sayangi.
Oh, Dewa, tolong dengarkan. Sampaikan kepada 'matahari'ku, diri ini merindukan pemilik senyum manis nun jauh di mata namun dekat di hati.
Anubis menghela napas, berharap ada yang mendengarkan permintaannya. Kalau boleh jujur ingin rasanya merengkuh harum wangi sang gadis dan kini beranjak remaja. Hanya melihatnya saja itu sudah cukup. Pri Itu sudah puas.
Telinganya bergerak. Indera pendengarannya tajam. Dia bangkit berdiri dengan siaga. Apakah seorang malaikat berbaik hati datang menemuinya?
Dia datang, oh bukan malaikat ....
Sayup-sayup terdengar senandung riang. Anubis hapal nyanyian itu. Bibirnya mendecih. Kepalanya mendongak ke atas. Siapa lagi kalau bukan ....
Dewa Ra!
"La la la na na naaaa ... Hallo Anubis. Lama kita tidak bersua," sapa Ra ceria. Dewa Matahari itu berdiri di atas Burqouet dengan dayung di tangan kanannya, sedangkan tangan kiri melambai heboh.
Bagaimana dia bisa tahu aku di sini?
Belum habis rasa keheranannya, Ra sudah berkata, "Kau pasti berpikir bagaimana aku bisa di sini. Jangan lupa, aku ini Dewa, kakekmu. Dewa dari segala dewa."
Anubis tidak bergerak dan masih diam di tempat. Tatapannya makin tajam. Dia tidak suka kakeknya masuk dalam teritori nya.
Aku memohon pada malaikat, bukan sama kakek tua ini, ujarnya dalam hati.
"Mau ikut jalan-jalan, Anubis?" tawar Ra.
"Aku bukan anak kecil!"
Ra tertawa keras. Tubuh dipenuhi otot itu berguncang. "Yang bilang anak kecil itu siapa?"
Anubis memalingkan wajahnya.
"Ayo naik ke perahu."
"Kemana?"
"Jalan-jalan."
"Dengan syarat ...."
Dewa dengan cakram matahari itu menoleh. Topeng elang dia lepas. Kedua alis si pemilik wajah tegas dan tampan bertemu di tengah. "Katakan."
"Tolong jangan nyanyi itu lagi. Suaramu jelek. Sakit telingaku," ejek Anubis.
"Baiklah. Aku setuju."
Anubis melompat ke perahu. Baru saja dia mau duduk, sang kakek mengatakan tujuan mereka berkendara. Anubis sedikit terkejut dan tertegun. Dadanya berdegup kencang. Jangan-jangan ....
"Kita ke Paris!"
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top