Nasib


Tema ke 16 adalah Badluck.

Belakangan ini hidup Anubis selalu didatangi oleh orang terdekat. Hathor, Horus, Ra  dan siapa lagi ya?

Entah kenapa ketika laki-laki bertubuh atletis ingin menemui si matahari kecil selalu saja ada halangan dan rintangan. Berbagai upaya para dewa menahannya.

Bahkan, senjata cambuk yang selalu melilit di pinggangnya di sita oleh Dewa Pengetahuan, Thoth. Termasuk Ankh melingkar di lehernya.

Tanpa senjata andalan Anubis tidak bisa apa-apa. Satu-satunya yang dia andalkan adalah was sceptre tongkat andalan para dewa.

Yah, apa mau di kata. Hukuman bagi dewa yang sedikit membangkang seperti Anubis. Tidak bisa ditolak, adat petinggi tetap dipatuhi apapun itu.

Dewa Ra, dewa dari segala dewa pernah berkata, "Aku yang membuat peraturan itu. Jadi bagaimanapun hal tersebut tidak bisa diubah." Pria berbadan kekar membalikkan tubuh seraya menatap lekat-lekat. "Katakan padaku, apakah kau menyukai gadis itu?"

Dari atas kapal, Anubis berdiri menatap lurus ke bawah. Rumah mungil dulu sering dia kunjungi kini hanya kenangan. Hatinya semakin rindu ketika melihat wajah si gadis manis, senyum yang laki-laki itu suka.

Ingin rasanya melompat ke bawah, tapi dia khawatir akan membangunkan tetangganya. Jadi diputuskan memandang dari kejauhan saja.

Anubis mengangguk.

Ra mengusap dagunya. "Sudah kuduga, tapi kau tidak bisa mengambil nyawa gadis itu seenaknya."

"Apa ada konsekuensinya?"

"Ada. Kalau dia mati dengan sengaja, hukumannya adalah ...."

Satu alis Anubis terangkat. "Adalah?"

"Dipecut."

Netra amber Anubis membulat. Cambuk? Apakah itu--

"Ya. Cemeti milikmu, Anubis."

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top