2
Aku terbangun dari tidur. Ah, mimpi? Treasure tadi cuma mimpi, ya? Tapi terlalu nyata rasanya. Enggak tahu lah! Mau nangis aja rasanya kalo cuma mimpi.
Aku turun dari ranjang tingkat dua. Kebetulan aku dapat ranjang yang di atas. Susah jadinya.
Oh iya, setiap kamar isinya cuma dua orang. Aku satu kamar dengan Jenna, makanya kami akrab.
Kamarku cukup luas. Ada satu ranjang tingkat dan dua lemari. Terasa kosong banget sih memang, tapi kami enggak boleh nambah barang-barang besar kayak meja atau rak di sini.
Di sini ada tiga gedung asrama perempuan dan tiga gedung asrama laki-laki. Setiap gedung terdiri dari dua lantai. Dan setiap lantai ada dua puluh lima kamar juga empat kamar mandi. Setiap kamar mandi ada enam bilik yang masing-masing terdapat satu shower. Tiap kamar mandi juga terdapat masing-masing lima bilik toilet.
Fasilitas di sini sudah lengkap dan bagus menurutku. Makanya aku lumayan betah, sih.
Beberapa helai pakaian aku ambil, lalu berjalan keluar kamar, mengambil handuk di gantungan, lalu melangkah ke kamar mandi. Wah, udah lumayan rame rupanya.
Aku memasuki salah satu bilik. Melepas pakaian lalu berdiri di bawah guyuran shower. Segar rasanya. Aku terus teringat mimpi barusan. Boleh enggak sih aku mimpi terus aja kalo begitu?
Selesai mandi dan berpakaian, aku berjalan kembali ke dalam kamar. Jenna sedang memainkan ponsel dengan santai sambil tertawa terbahak-bahak terhadap sesuatu, yang aku enggak tahu apa itu.
Aku mengambil ponsel yang tergeletak di lantai, lalu membuka aplikasi percakapan berwarna hijau.
Kusentuh ruang grup percakapan kelasku. Ramai banget, notifikasinya sampai seribu lebih.
Aku men- scroll percakapan ke bawah dan menemukan mereka membahas tentang Treasure.
Lah?
Jadi bukan mimpi, nih?
Beneran?
"Jen," panggilku.
"Hm?"
"Treasure beneran dateng ke sekolah kita, ya?"
Jenna melotot dan menampol kepalaku.
"Pengen gue sedot ubun-ubun lo tuh! Dari tadi ngiranya mimpi terusss! Kesel gue tuh. Beneran loh iniii Mars sayang!"
"Beneran Jen?" tanyaku girang.
Maaf, ya, kalo mengesalkan. Cuma ini tuh terlalu indah buat jadi kenyataan. Dan ternyata memang kenyataan itu indah. Baru sekarang aja datangnya, sebelumnya burik terus.
"Ck iyaaa. Nih kuncir aja bibir gue kalo gue boong."
Beneran dong? Beneran dong? Beneran dong? Aaaaaaaaaaaaaa!
Yes yes yes yes yes akhirnya!
Eh eh eh tau enggak sih!
Katanya kalo umur udah enam belas tahun, besar kemungkinan kita udah ketemu sama jodoh.
Hoax berarti itu.
Buktinya aku baru umur lima belas tahun udah ketemu sama jodoh.
Cuma enggak tahu dari selusin itu yang mana jodohku.
H3h3.
Enggak usah iri, enggak usah misuhin aku.
Habis main ponsel, belajar sebentar, dengar musik, bel tanda makan malam berbunyi.
Aku segera mengambil kardigan dan memakai celana panjang karena sebelumnya aku hanya memakai baju lengan pendek dan celana lima belas senti di atas lutut.
"Jenna! Bangun woi makaaan!"
"Ngggh, nanti," lenguh Jenna yang masih terbaring di atas ranjang. Karena terlalu lelah bermain ponsel, jadi dia ketiduran.
"Ck aku duluan deh. Nanti antriannya tambah panjang!" ucapku sebal.
"Heeh duluan ajaaa."
Dan Jenna kembali terlelap.
Dasar.
Aku berjalan keluar asrama untuk pergi ke kantin. Kantin ini bukan tempat jajan, tapi tempat sarapan, makan siang, dan makan malam. Ruangannya cukup besar. Berisi meja-meja panjang yang berderet lengkap dengan kursinya.
Di balik konter ada dapur tempat para koki memasak. Dan kami harus mengantri untuk mengambil makanan di depan konter.
Untunglah antriannya belum terlalu panjang. Aku malas banget kalo harus menunggu lama. Soalnya perutku sudah keroncongan dari tadi.
Aku tersenyum dan mengucapkan terima kasih pada ibu koki saat ia memberikan omprengannya padaku.
Bagus. Menu malam ini ayam goreng, sambal tempe, perkedel, kangkung, dan enggak lupa kerupuk!
Menu seperti ini yang membuat berat badanku naik saat kuperiksa di klinik sekolah.
Aku mengambil tempat yang kosong di barisan tengah. Sebenarnya aku enggak punya banyak teman di sini. Paling-paling aku hanya bergaul dengan Jenna dan beberapa teman sekelas kalau enggak ada Jenna. Makanya aku lebih suka sendiri daripada bergabung dengan yang lain.
Aku mengambil segelas air putih dan kembali duduk di kursi.
"Eum boleh duduk di sini?"
Aku menoleh dan seketika jantungku mau salto, jungkir balik, lalu lepas dari tempatnya.
Gimana enggak? Bias nomor satuku berada tepat di depanku dan berbicara padaku dengan tampannya.
Ekhem! Attitude, Mars. Harus sopan dan terkesan anggun. Enggak boleh bar-bar apalagi histeris. Nanti Jaehyuk lari.
"Eh, iya boleh, Kak Jaehyuk."
"Baik, terima kasih, Marseu." Kakak Jaehyuk duduk di kursi yang berhadapan denganku.
Eh? Tunggu. Bentar.
Marseu? Mars? Maksudnya namaku, kan?
Jaehyuk tahu namaku?
Tahan, Mars, tahan. Enggak boleh pingsan.
Ya Tuhan jodohku udah tahu namaku!
Rasanya dunia sekitar berhenti dan lenyap. Seolah cuma ada dia sekarang.
Ea.
Aku mengunyah makanan dengan pelan. Nafsu makanku jadi bertambah melihat Kak Jaehyuk makan dengan lahap.
Lihat kamu makan aja aku udah kenyang, To.
Aku tersenyum di tengah mengunyah makanan.
"Eh? Kok senyum-senyum?" tanya Jaehyuk.
Kaged.
Sadar doi ternyata.
Ini nyawa udah hampir terbang tau enggak!
Bayangkan Jaehyuk menatapmu dengan mata lembut itu!
Enggak perlu kubayangin, emang begitu dia sekarang!
Ini darah masih ngalir, kan? Jantung masih berdetak, kan?
"Ah, hehe enggak. Cuma nafsu makanku jadi bertambah melihatmu makan dengan lahap."
Jujur aja, ya, kan. Siapa tahu Jaehyuk jadi naksir.
Ini boleh enggak ya kutanya tipe istri idamanmu seperti apa.
Jaehyuk tertawa.
Adem banget sumpah.
"Eh, kami boleh gabung di sini, kan?" Aku menoleh dan melihat Hyunsuk membawa rombongan pangeran.
Aku meneguk ludah susah.
Kewarasan gue hilang sudah. Tolong bantu cari.
Boleh banget, Mas!
Huhu tahan, ya, Mars. Tahan jiwa Teume-mu.
"B-boleh, kok, Kak." Hyunsuk agak terperanjat mendengar kata Kakak. Soalnya Teume banyak yang sudah nuna-nuna.
"Terima kasih, Marseu."
Lucu banget, Ya Tuhan!
Junkyu duduk di sebelah kiriku, sedangkan Jihoon di sebelah kananku. Asahi dan Haruto berderet di sebelah Junkyu. Hyunsuk, Mashiho, Yedam di sebelah Jihoon. Sedangkan Jeongwoo, Yoshi, Junghwan, Doyoung berada di dekat Jaehyuk.
Ini beneran aku satu meja makan dengan Treasure? Mana aku sendirian!
Berasa di drama-drama Korea. Aku jadi perempuan yang diperebutkan satu lusin laki-laki. Seru kayaknya.
Duh alamat jadi bahan gosip satu sekolah ini.
Asik dong hehe.
Makananku sudah habis, jadi aku hanya melihat mereka makan dengan lahap. Sesekali mereka menggumamkan kata enak. Syukurlah kalau mereka suka. Aku jadi ikut bahagia.
Teman Hyunsuk ini sangat bahagia :")
"Mars-ah kamu enggak perlu nunggu kami, masa kamu cuma lihat kami makan," ucap Mashiho dengan lucu.
Mashiho memang selalu lucu!
Cioook!
Rasanya pengen kijoring sekarang.
"Haha enggak papa, kok, Kak." Aku enggak enak jika harus pergi duluan.
Enggak enak lah, masa kesempatan bareng cogan disia-siakan.
"Mars, kamu ada di kelas mana?" Junkyu memulai percakapan. Boleh enggak sih aku karungin koala satu ini?
Kepingin pingsan aja aku, Ya Tuhan imut banget.
"Aku di Eleven Science One."
"Wah, berarti besok aku bakalan ada di kelasmu sama Yoshi dan Asahi."
Mataku berbinar.
Asik.
"Benaran?"
"Haha iyaaa. Kayaknya kamu seneng banget, ya."
"Haha iya dong. Kan bakal ada bias di kelas."
Ups. Hehe keceplosan.
Semua member Treasure tertawa. Huhu senang lihat mereka tertawa karena aku.
Aku rela jadi badut kalo begitu.
Gantian, kan biasanya YG yang ngebadut.
"Eh eh, berarti kamu seumuran denganku sama Haruto, dong?" tanya Jeongwoo.
Aih ganteng niannn!
Jeongwoo
"Iya, aku seumuran dengan kalian."
"Wah asik nih, To." Jeongwoo menyenggol lengan Haruto sambil ketawa-ketawa.
Wah apa nih apa nih.
Boleh baper enggak?
Boleh, ya? Dikit aja.
"Apa sih, Woo! Udah, Mars, enggak usah dengerin kata Jeongwoo. Sesat anaknya."
Kau bawaku melambung tinggi lalu kau hempaskan.
:(
Tapi kocak juga sih bisa lihat love-hate relationship- nya HaJeongwoo secara langsung.
Tanpa sadar aku tertawa. Lucu sih.
"Oh, iya, Mars Nuna ini namanya apa, ya?" tanya Junghwan yang menunjuk sambal tempenya tinggal satu biji.
"Itu namanya sambal tempe." Aku menjawab sambil menahan kegemoyan dari maknae satu ini.
Gemoooy!
"Sambal tem ... pe?" Haha lucu banget pas dia mengulang kata-kataku dengan aksen Korea-nya itu.
"Haha iya."
"Enak banget ini, Nuna."
Aku tertawa mendengarnya. Duh emang bisa banget buat hati nuna bergetar adek satu ini.
"Mars udah sejak kapan jadi Teume?" tanya Doyoung dengan senyuman menggemaskannya itu.
"Sejak era YGTB."
"Wahhh keren!"
Mata mereka berbinar dan terlihat senang. Aku kan jadi ikut senang.
"Saat YGTB siapa bias- mu?" tanya Jihoon dengan semangat.
"Pastinya Park Jihoon ini, kan?"
Aku tertawa. Entah udah berapa kali aku tertawa karena mereka.
"Haha jujur kalian semua adalah biasku saat di YGTB. Aku sangat senang saat semua biasku ternyata masuk line up debut."
Ya, termasuk Ben. Ben adalah bias pertamaku di YGTB. Saat melihat dan mendengar rapp-nya aku langsung jatuh cinta. Aku senang banget saat dia terpilih untuk debut bersama Treasure.
Dan aku menangis saat ia memutuskan untuk berpisah dengan Treasure. Jujur, hatiku sakit banget. Terdengar lebay, tapi Ben cinta pertamaku di Treasure.
Aku menghargai keputusannya walau aku masih sering menangis ketika melihat kembali penampilannya saat di YGTB. Aku paling suka duetnya dengan Yongue yang menyanyikan lagu 'Woo Ah' .
Ah, kan jadi sedih.
Aku kembali tersenyum melihat wajah semringah mereka. Ah, anak-anak ini memang Treasure. Harta karunnya Teume.
Setelah semuanya selesai makan, kami berdiri dan meletakkan omprengan di troli yang telah disediakan pihak kantin.
Kami berjalan beriringan dan aku berada di tengah tengah mereka.
"Woah princess Mars haha."
Dek Junghwan kurang ajar. Nuna jadi malu huhu!
Kami berhenti di pertigaan koridor. Karena asrama putri ada di sebelah kanan dan asrama putra harus berjalan lagi beberapa meter melalui koridor kanan.
"Silakan Putri Mars untuk segera memasuki kastel."
Huhu Pangeran Yoshiii jangan ikut-ikutan dong! Hatiku enggak karuan ini!
Aku tertawa dan melambaikan tangan pada mereka.
Kayaknya malam ini bakal mimpi indah, deh.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top