[TsNT11 - Posisi Komandan]
Dhimas
Sebelum lapor, Ruben pengin mengorek informasi dari Niko sebagai mata-mata kami, sekaligus ngejelasin peran dia dalam strategi ini. Waktu ditemuin, cowok itu lagi nongkrong di deket markas KVLR, berbicara dengan satu cewek entah siapa.
"Hei, Nik." Aku memanggilnya.
Niko mengangguk, lalu berjalan menghampiriku dan Ruben bersama cewek itu. Dia memperkenalkan cewek itu sebagai pacarnya, Rhea, yang ternyata adalah anak Pak Har. Wow. Jadi anak Pak Har ikutan KVLR?
"Bukan kok Kak," kata Rhea saat Ruben nggak sengaja menyuarakan pertanyaan yang sama. "Bokap mana ngebolehin. Gue cuma sering ke sini gara-gara Niko."
"Dan gue nggak berniat bawa Rhea ke KVLR setelah ngeliat lo dan Anggit," kata Niko. "Gue bisa dibunuh Pak Har. Anyway, ada apa?"
"Soal KVLR, lo bisa ngasih info nggak? Kami mau lapor ke si Har," ujarku.
"Mau lapor?" Si Rhea mendului Niko. "Bokap gue pengin ngebubarin KVLR juga gara-gara ada ibu-ibu cerita anaknya sering dipalakin. Dan, yah, doi kan emang nggak mau reputasinya sebagai kepala sekolah tercoreng. Kalau lo semua denger janji-janjinya ke ibu itu, lo bakal muntah kali."
Hmm, bahkan anaknya nggak suka sama Pak Har.
"Bokap gue nggak pengin nama Mayapada jelek. Bakal bikin penerimaan siswa baru sulit, katanya. Makanya dia ngelepasin KVLR waktu ketahuan ada ganja. Dan, yah, berhasil sih, karena kemarin pendaftaran baru banyak yang daftar. Kalau cuma soal tawuran, banyak sekolah ada kasus itu jadi nggak akan banyak pengaruhnya."
"Yah, apa pun." Ruben melipat tangan di depan dada. "Tapi kalau ada apa-apa di KVLR, gue minta lo kasih tau gue atau Dhimas."
"Siap," jawab Niko.
"Dan lo berdua, hati-hati sama Herman." Aku menatap mereka lekat. "Dia lebih berbahaya dari yang keliatan. Jangan sampai keliatan kalau lo mata-mata."
"Kita ngobrol gini aja udah keliatan kali sama mereka. Entah kesimpulan apa yang mereka tarik sekarang."
Aku melirik ke arah markas. Cuma ada dua orang di depan. Ngerokok, tapi nggak ada yang tahu seberapa banyak yang mereka tahu dari percakapan kami. Berapa banyak kesimpulan yang mereka tarik dari ngeliat kami berempat ngobrol. Pasti mencurigakan melihat dua pembangkang ini ngobrol sama salah satu anggota KVLR.
"Sial, bener juga." Ruben ikut ngelihat ke arah markas. "Gini aja, kalau mereka tanya—"
"Bilang kalau gue nanya soal komandan ke elo," potongku.
Mereka bertiga menatapku bingung.
Aku membalas mereka tanpa ragu, "Kalau mereka nanya, bilang aja gue pengin jadi komandan KVLR."
yuhuu~ sebenernya update biar nunjukin kalau cover Kavaleri berubah! yippie! cakep ya :")
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top