6

Riak air terdengar lembut saat Ann berbaring telungkup seraya mengulurkan tangannya ke anak sungai yang begitu menyejukkan. Dari atas sebuah gazebo di pinggiran sungai itu, beberapa ikan koi menari nari riang menikmati jernihnya air, mendengarkan lirih senandung Ann. Entah mengapa, hari ini suasana hatinya sedang baik.

Byurrr

Ann terkejut mendengar suara air yang tak jauh darinya. Menengok ke belakang, ia mendapati seorang pemuda yang tengah membasuh wajahnya. Pemuda itu menghembuskan nafas berat beberapa kali. Tetes tetesan air nampak berjatuhan dari surai rambutnya yang basah.

Gadis itu masih terpaku di tempatnya. Terkejut dan bingung, karena selama ia berada di sini, belum pernah sekalipun ada seseorang yang berhasil mencapai puncak gunung tempatnya tinggal. Tiba tiba insting bertahan Ann diaktifkan. Dengan siaga ia berniat menjentikan jarinya jika saja pemuda tak dikenal itu melakukan pergerakan yang membahayakan.

Ia menghitung dalam hati dan tepat pada hitungan ke lima, pemuda itu menengok. Hanya dalam hitungan detik pula burung burung merpati berdatangan dan dengan membabi buta mematuki kepala pria itu.

"Hei, tunggu! tunggu! Aku datang dengan damai"

Ann menarik kembali merpati merpati itu yang kini berterbangan mengitarinya.
"Siapa kau? Mau apa kau kesini?

Dia berdeham dua kali.
"Aku Rayden flint" pemuda yang mengaku bernama Rayden flint itu menata rambutnya yang masih berantakan karena terkena air.
"Sulit untuk menjelaskan maksud kedatanganganku, tapi intinya kau harus ikut aku pergi dari sini"

"Untuk apa? "Ann menarik alisnya skeptis, heran dengan sikap Ray yang tiba tiba mengajaknya pergi tanpa mengenal siapa dirinya.

"Sebuah misi"jawab anak muda itu penuh percaya diri.

"Percalah, aku sama sekali tak berguna."

"Kau mungkin tidak, tapi kekuatanmu iya."

"Aku tidak punya kekuatan."

"Kau pengendali bukan? "

"Itu bukan kekuatan, itu kutukan. karenanya aku diusir, pertunanganku dibatalkan, kemudian diasingkan dan harus hidup menderita disini. sendirian."

"Aku turut menyesal"kata Ray mengangguk anggukan kepalanya beberapa kali.
"Tapi kau benar-benar harus ikut denganku"

"Apa hakmu memerintahkan aku seperti itu!"

"Baiklah aku tidak memerintah, aku memohon padamu yang mulia Ratu."jawabnya menunduk dan mengayunkan tangan seperti memberi hormat.

Gadis itu tersenyum sinis melihat perlakuan Ray padanya.
"Sayangnya aku bukan Ratu."

"Mana mungkin kau bukan ratu sedangkan kau memakai mahkota dan tinggal di istana?"

"Aku ini orang terasing, mahkotanya hanya alibi dan ini bukan istana, ini penjara. Penjara termegah yang pernah ada. " Ann menatap sekitarnya nanar. Semua gemerlapnya kilauan permata yang menghiasi setiap sudut kastil itu hanya fatamorgana. Tidak ada kebahagian yang dapat mereka pancarkan. Hanya silau cahaya keangkuhan yang fana.
"Mana mungkin ada seorang ratu tanpa rakyat, tanpa pelayan dan tanpa kuasa. Bahkan keluar dari puncak gunung inipun aku tak berdaya"

"Dari mana kau berasal? "

Ann tak ingin mengenang masa lalunya lagi, tapi ia benar benar tak kuasa terus memendamnya seorang diri. Menceritakan perihal hidupnya pada orang yang baru ia temui memang bukan pilihan yang tepat. Tapi, disaat yang seperti ini memangnya Ann punya pilihan? Setidaknya ia mungkin bisa berbagi beban di dadanya beserta semua kecamuk yang ada. Perlahan ia Melihat ke atas.
"Dari sana."lirihnya.

"Langit? "

"Bukan."

"Mars, Venus, Yupiter atau jangan jangan pluto? "

"Tidak, itu adalah tempat terjauh. Tak terdeteksi. Tidak masuk dalam susunan antariksa" kata Ann seraya menutup kedua matanya dan menghirup oksigen dalam dalam seakan akan tengah dikelilingi hawa tempat asalnya.
"Nayanika."

"Jadi, intinya kau adalah alien yang terusir, aku paham"kata Ray seraya mengamati Ann dari atas sampai ujung kaki.

"Apa itu Alien?"

"Ah sudahlah, aku punya penawaran bagus untukmu" Ray berjalan mengelilingi Ann tanpa melepaskan senyumannya sedikitpun.
"Ikut denganku, dan kita temukan 'Speculum' Dengannya kau bisa memohon agar kekuatan, maksudku kutukanmu itu dihilangkan lalu kembali ke Nayanika Yang tercinta" pemuda itu menjentikkan jarinya tepat di depan wajah Ann diiringi seringaian, begitu percaya diri kalau penawarannya itu akan berhasil.
"Bagaimana? Mau ikut denganku?"

Ann mencoba menimbang nimbang tawaran yang diajukan Ray padanya. Mungkin ada benarnya juga, dari pada ia hanya berpangku tangan disini menunggu keajaiban, kenapa ia tak menciptakan keajaiban itu sendiri? Tapi ia tentu tak boleh terlihat terlalu bersemangat, bisa bisa penyihir itu besar kepala. Ann berdeham dan memalingkan wajahnya.
"Aku tidak bisa langsung percaya pada orang yang baru kukenal "

"Mengapa?"

"Siapa tau, Speculum itu hanya omong kosong? Bagaimana?"

Ray menghembuskan nafas pelan.
"Aku percaya pada ibuku lebih dari apapun, dia tidak akan menyuruhku melakukan hal yang sia sia"

"Dari mana kau yakin?"

"Kau, buktinya"

"Aku?"

"Benar benar ada seorang Ratu dipuncak utara dan itu bukan omong kosong"

Ann tersenyum sekilas, mungkin energi positif dari pemuda di depannya itu berpengaruh dengan suasana hatinya.
"Baiklah"

"Yes!"kata Ray dengan mata berbinar.
"Kupastikan kau tidak akan menyesal"

"Ayo kita pergi"

"Hei, tunggu" Ray menarik tangan Ann serta melihat gaun yang gadis itu kenakan.
"kau tidak bisa melanjutkan perjalanan dengan penampilan seperti itu, kita mungkin akan melewati banyak sekali rintangan dan yang paling nyata, kita harus menuruni puncak gunung ini terlebih dahulu"

Gadis itu tampak berpikir sejenak sampai akhirnya tersenyum saat sekelebat ide melintas dipikirannya dan mulai beranjak menjauhi Ray.
"Aku mengerti"

"Tunggu, Siapa namamu?"

"Ann, Annaphalis Javanica"

Langkah kaki Ann berhenti saat ia tiba di pekarangan kastil yang cukup jauh dari tempat Ray berada. Menarik nafas penjang dan memejamkan matanya. Beberapa kepiting muncul dari dalam kolam dan menghampiri Ann. Memotong gaunnya lima senti diatas lutut. Kain sisa itu terhempas langsung disambut segerombolan lebah yang melubangi kain dengan sengatnya dan menyerahkannnya pada para semut. Mereka bahu membahu memasuki celah yang dibuat para lebah dengan tak lupa menarik benang langsung dari ulat sutera di pohon itu. Hanya perlu waktu yang sebentar hingga para hewan itu berhasil menyulapnya menjadi sebuah celana.

Ann mengenakan celana itu dengan risih. Selama eksistensinya dijagat raya ini, tak sekalipun ia memakai pakaian seperti itu. Merasa atasannya masih terlalu panjang. Ann kembali mengendalikan kepiting itu memotongnya sampai dipinggul. Entah mengapa gadis itu masih merasa ada yang kurang. Ia melirik ke arah gaunnya yang masih tersisa sampai dua ekor merpati meraih kain putih gading itu dan menyampirkannya di bahu Ann, menjadi sebuah jubah yang kemudian dibentuk sedemikian rupa hingga menjadi cardigan sepanjang mata kaki.

"Ini baru cocok. "Katanya puas.

Baru selangkah ia berniat keluar dan menemui pemuda bernama Ray Itu segerombolan kupu kupu menghalangi jalannya. Ann tersadar ia masih mengenakan mahkota. Ditanggalkannya mahkota itu lalu mengurai anyaman rambutnya. Mendadak rumput ilalang disekitarnya memanjang dan menyayat rambut panjang itu sampai hanya sepinggang.

Gadis itu melangkah keluar dan langsung disambut tatapan bosan Rayden flint yang tiba tiba berubah menjadi pandangan kagum.

"Fantastis"

"Aku memang menawan"jawab Ann dengan bangga.

"Tapi tunggu dulu, Yang mulia"katanya dengan nada mengejek.
"Kemarikan hells mu itu" Ray mengeluarkan tongkat sihirnya dan mengucapkan mantra yang terasa asing ditelinga Ann, muncul cahaya berwarna keperakan yang langsung menyulap hell itu menjadi sebuah sepatu boot putih yang anggun.

Ann menatapnya sebentar lalu menjentikan tangannya, membuat tumbuhan sulur merambat mengelilingi sepatu itu dan kemudian mengenakannya.
"Ini baru keren"

"Ya ya ya, terserahmu" Ray kembali menarik tangan Ann.
"Cepatlah, dia sudah menunggu lama"

"Dia?"

"Patner kita yang satunya lagi"

"Kupikir kita hanya berdua?"

Ray terkekeh geli.
"Kau terlalu berharap bisa berduaan denganku, Ratu"

Ann melengos. Dengan dibantu Ray, ia menapaki tiap jalur terjal menuruni pegunungan yang selama ini tak pernah ia tinggalkan. Jantung gadis itu berlomba kencang. Antara rasa takut dan bahagia karena terbebas dari tempat yang ia anggap penjara.
Sesampainya di kaki gunung, seorang gadis menyambut keduanya dengan ekspresi kesal.

"Kalian lama sekali, aku tidak suka dibuat menunggu"katanya jutek.

"Selama itu pulalah saat aku membujukmu pergi"jawab Ray spontan.

"Ini yang kau bilang akan jadi patner kita?"Violin menelisik penampilan Ann dari ujung kepala sampai ujung kaki.
"Dia tampak seperti, gadis lemah"

Mendengar hal itu, Ann menggerakkan tangannya. Daun daun berterbangan menuju Violin. Dengan sigap gadis bermata emerald itu mengendalikan air di air terjun untuk membentuk benteng pertahanan melindungi dirinya.

"Jika itu yang kau bilang gadis lemah, aku setuju"kata Ann menyeringai.

"Ck, sombong sekali"

"Berhentilah membangunkan macan betina yang tertidur"bisik Ray.

"Kenapa kau memilih orang yang begitu menyebalkan?"

"Aku? Gadis cantik sepertiku kau bilang menyebalkan? Kau sendiri memuakan"

"Dasar kau ya!"

"Hei, para gadis berhentilah bertengkar"Ray mencoba menjadi penengah.
"Kita ini tim, oke?"

"Ngomong-ngomong, dimana Aaragog?" Kata Ray lagi seraya mengedarkan pandangannya ke penjuru arah.

"Maksudmu naga jelek itu?"tunjuk Violin ke arah air terjun dimana naga kecil itu terkurung dalam sebuah bola air.

"Hei, bebaskan dia!"perintah Ray panik.

"Dia terus terusan menyemburkan api padaku" Violin mengungkapkan alasannya melakukan itu seraya melepaskan kekuatannya untuk membebaskan Aaragog.

Naga kecil itu berputar putar tiga kali sebelum akhirnya terbang menuju Violin.
"Menjauhlah dariku"

"Kemarilah Naga kecil"Ann mengulurkan tangannya ke arah Aaragog membuat naga kecil itu mendarat mulus di lengannya.
"Lihatlah, aku penuh pesona bukan?"

Violin berdecak kesal.
"Dia bukannya suka padamu, kau mengendalikannya."

Ann mengendikkan bahu.Keduanya melengos. Sedangkan Ray hanya bisa menghembuskan nafas berat. Ini akan menjadi perjalanan yang sangat melelahkan. Hari ini, Sebuah perjalanan panjang dimulai dengan satu langkah pertama.

....

To Be Continue

A/N

Ini part gaje banget yah😅😅

Silahkan menunggu kelanjutan cerita di lapak-nya Caraameell

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top