18.
"Aku mau kerang itu." Pinta pria tua itu sebagai bayaran atas tumpangannya.
Ann melirik ke arah Ray yang memegang benda titipan Zhelby itu dengan ekspresi seperti menimbang apakah akan tetap mempertahankan kerang itu atau memberikannya saja. Tapi Violin jelas tidak akan membiarkan pria tua itu memiliki kerang yang diamanahkan Zhelby padanya, buktinya sekarang ia memandang pria itu tajam seraya menyilngkan tangannya di depan dada.
"Ah, tuan, tidakkah kau ingin sesuatu yang lebih berharga dibanding kerang tak bernilai itu?"tanya Ann mencoba bernegosiasi.
"Seperti, untaian kalung mutiara contohnya"
"Mutiara?"gumamnya seraya menimbang nimbang penawaranku.
Sedang disisi lain aku mendekat ke arah Violin dan berbisik.
"Manangislah Vio, bukankah air matamu akan menjadi mutiara?"perintahku yang langsung dijawab gadis itu dengan muka masam.
"Aku tidak bisa menangis jika tidak sedang benar benar sedih"
"Aku tetap menginginkan kerang itu"jawab Pria itu setelah sekian lama.
"Oh ayolah tuan, untuk apa anda menginginkan kerang tak berguna itu"kata Violin ambil suara.
"Itu kerang langka, tak berharga apanya!"sahut Pria itu makin meninggikan nada bicaranya.
"Sudahlah teman teman, kita serahkan saja kerang ini,"Ray maju dengan ringannya dan menyerahkan kerang itu ke tangan pria yang tadi membantu kami sampai ke seberang.
"kita harus bayar karena telah menumpang."
Ray berpaling dan menarik lengan Ann serta Violin yang tak habis pikir dengan isi kepala pemuda itu. Pria tua pemilik perahu itu segera menambatkan perahunya dan bergegas pergi menyusuri tepian pantai dibawah naungan dedaunan kelapa yang melambai lambai tertiup angin.
"Apa yang kau lakukan!"bentak Violin marah.
"Melakukan yang seharusnya,"jawab Ray dengan santai seraya mengeluarkan kerang Zhelby dari saku pakaiannya. Violin mengerjapkan matanya tak percaya atas apa yang ia lihat, sesuatu dalam genggaman Ray itu benar benar nyata.
"ini yang asli, saat kalian sibuk berdebat tadi aku mengubah batuan biasa yang ada di pantai menjadi kerang itu."
"Pantas kau menyerahkannya dengan senang hati."kata Ann mengingat kembali ketika Ray menyerahkan benda itu tanpa berdiskusi dengan mereka terlebih dahulu.
"Cepat atau lambat sihirnya akan menghilang, jadi kita harus bergegas pergi sebelum pria tua itu menyadarinya."ucap Ray.
Violin menengok dengan wajah panik.
"Kenapa tak bilang dari tadi?!"
Mereka bertiga mulai memasuki kota kecil yang terletak dekat pantai itu. Rumah rumah yang ada disini terlihat lebih modern dibading desa tempat mereka singgah sebelumnya. Ann tiba tiba berseru senang ketika melihat sebuah tempat dengan pintu kaca yang didekat gagangnya bertuliskan kata 'buka' sedang di atas atapnya terukir kata 'pemandian air panas'.
"Ayo kita ke sana!"serunya kegirangan
"Ah, aku sendiri lupa kapan terakhir kali berendam dalam air."
"Kau yang benar saja! Orang orang akan berteriak takut kalau melihatku berubah menjadi mermid di dalam sana."tolak Violin.
"Tidak perlu meloncat loncat kepermukaan, cukup berendam saja dengan tenang."kata Ann memberi solusi.
Violin berpikir sejenak sebelum akhirnya mengangguk pelan. Kedua gadis itu melangkah anggun seperti biasa diikuti Ray yang semenjak tadi merasa tak dianggap.
"Kenapa kau ikut masuk?"tanya Violin pada pemuda itu.
"Aku tidak boleh ikut?"tanyanya bingung.
"Laki laki sebelah sana."tunjuk Ann pada pintu lain.
Ray menyengir malu dan bergegas pergi menuju pintu satunya.
"Nona, anda harus bayar terlebih dahulu sebelum masuk"cegah penjaga itu pada Violin dan Ann yang juga membuat Ray diujung sana menghentikan kakinya.
Ann menggaruk tengkuknya yang tidak gatal sekedar menghikangkan rasa canggung.
"Ah, tentu saja tidak ada yang gratis."
"Jadi harus bagaimana?"bisik Violin.
"Kau menangis saja"jawab Ann ikut berbisik pula.
"Sudah kubilang tidak bisa"
Ann mencoba berpikir sejenak lalu tersenyum cerah ketika sebuah ide melintas dipikirannya, dengan sigap gadis itu memberi tanda pada Ray untuk kembali mendekati mereka.
"Ada apa?"tanya Ray tak mengerti.
Ann tersenyum sekilas pada penjaga pemandian air panas sebelum akhirnya berbisik pelan pada Ray.
"Coba sihir kerikil itu menjadi uang"
"Itu curang namanya."tolak Ray.
"Bukankah kau tadi juga curang pada pria tua itu?!"kata Violin ikut membela Ann.
"Ini bukan kondisi mendesak, aku tidak mau"
Menyerah, Ann menghembuskan nafas berat lalu saling berpandangan dengan Violin yang langsung mengangguk saat mendengar suara hati gadis itu. Mereka memutuskan untuk kembali melanjutkan perjalanan dan membatalkan niat untuk masuk ke sauna itu.
"Ini, gantian kau yang bawa"kata Ray seraya menyerahkan kerang itu pada Ann yang menerimanya tanpa protes.
Gadis itu memperhatikan kerang yang sekarang berada di genggamannya.
Memutar mutar benda itu dan menggoncangnya keras keras. Violin dan Ray yang melihat hal itu segera menahan lengan Ann agar tak berbuat lebih lanjut terhadap kerang itu yang mungkin saja membuat kurangnya menjadi rusak. Ann yang menyadari kesalahannya hanya bisa menyengir kecil melihat kedua wajah rekannya yang dipenuhi ekspresi khawatir.
"Aku cuma penasaran, kenapa Zhelby menitipkan benda ini?"
"Itu alat komunikasi mermaid."celetuk Violin dengan tetap memandang lurus ke depan.
"Benarkah? Bagaimana menggunakannya?"tanya Ray juga ikut penasaran.
"Tinggal kau dekatkan saja ke telinga, maka akan terdengar sesuatu"jawab Violin.
Ann mencoba mendekatkan kerang yang berbentuk seperti terompet itu ketelinganya dan mencoba mendengarkan pesan apa yang disampaikan Zhelby disana.
"Aku tidak mendengar apapun"komentar Ann setelah sekian lama menunggu.
Ray dengan tidak sabar merebut kerang itu dari tangan Ann dan ikut menirukan gaya Ann barusan.
"Hanya ada dengungan."tambah Ray.
"Yang kau maksud dengungan itu seperti suara riuh air kan?"tanya Violin.
"Ah iya, itu terdengar seperti deburan ombak."jawab Ray.
"Berarti itu pesan khusus, hanya bisa di dengar oleh orang yang dituju."
"Hei Kalian!"teriak seorang pria dari ujung jalan yang membuat ketiganya menengok seketika.
Pria pemilik kapal yang rupanya telah menyadari kalau kerang itu palsu karena efek sihir Ray yang sudah menghilang itu sedang berlari ke arah mereka saat ketiganya masih sangat terkejut. Bagaimana mungkin pria itu dapat mengendus jelas mereka padahal ketiganya sudah sangat jauh dari tepi pantai.
"Kalian mencoba menipuku ya!"geramnya.
"Err, begini tuan, kerang ini sebenarnya juga bukan milik kami"
Ekspresi wajah pria itu berubah.
"Mungkinkah kalau orang yang memberikan ini pada kalian adalah, Zhelby?"
"Dari mana anda tau kalau itu Zhelby?"tanya Ray penasaran
Ann membulatkan mata dan bergumam kecil.
"Jangan jangan..."
"Aku Guava, temannya."
....
Setelah melewati perjalanan yang cukup panjang menuju rumah pria tua yang mengaku bernama Guava itu, mereka bertiga akhirnya dapat duduk dengan santai sambil menikmati secangkir teh hangat. Hujan tengah turun diluar sana, tepat saat mereka tiba di beranda rumah yang dipenuhi tanaman obat yang membuat Ann menebak kalau Guava adalah seorang tabib.
"Bagaimana kalian mengenal Zhelby?" Tanya Guava mulai menyelidik.
"Seharusnya tuan yang lebih dulu bercerita, siapa tau sebenarnya kau bukan Guava yang sebenarnya,"kata Violin tak kalah mengintimidasi. Ray ikut mengangguk membenarkan sedangkan Ann masih tetap sibuk memperhatikan tanaman obat didepan rumah Guava lewat pintu yang tidak tertutup.
"Di mana kau bertemu Zhelby?"lanjut gadis mermaid itu.
Pria tua yang mengaku bernama Guava itu menghembuskan nafas sejenak dan mengangguk, memilih mengikuti aturan yang ditetapkan Violin sebelum mereka menceritakan kepentingannya.
"Aku sebenarnya bukan berasal dari sini, aku harus menempuh perjalanan jauh sedari umurku masih belasan seperti kalian hingga akhirnya bertemu Zhelby di tengah perjalanan,"pria itu kembali mengambil nafas sebelum akhirnya kembali melanjutkan bicaranya. Ann yang sedari tadi sibuk sendiri sekarang ikut fokus mendengarkan.
"Mermeid dari jenis Elf itu tengah terdampar karena badai yang terjadi beberapa malam sebelumnya, selain itu ia juga terluka parah di bagian ekor, meski aku hanya mengerti sedikit ilmu tentang pengobatan, aku mencoba mengobati mermaid itu dan akhirnya ia berhasil sembuh."jelas Guava panjang lebar.
"Mungkinkah perjalanan yang anda lakukan itu untuk mencari Speculum?"tanya Ray.
Semua orang dalam ruangan itu menampilkan ekspresi beragam. Guava mengerutkan kening terkejut.
Violin yang menunggu jawaban penuh harap dan Ann yang bergidik saat membayangkan kalau mereka juga akan menua seperti Tuan Guava yang telah mencari Speculum namun tak kunjung menemukannya.
....
TBC
Terima kasih sudah membaca^_^
Silahkan tunggu bagian selanjutnya di bagian Caraameell
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top