12.


Ann terbangun ketika merasa semut semut menggelitik lehernya, ia melihat sekeliling yang dikurung gelap. Matanya masih meremang menyesuaikan dengan keadaan tempat itu. Tangannya terasa perih dan sulit digerakkan, hal itu karena tangan serta kakinya terikat dengan kuat. Menengok kesamping gadis itu melihat keberadaan sosok lain yang baru saja terbangun dengan nafas tersengal tak jauh darinya. Itu Ray.

"Kenapa kita berada disini?"tanya gadis itu saat Ray balik menatap ke arahnya.

Ray tak menjawab, lebih memilih berfikir. Menatap sekeliling walau tak mendapati apapun kecuali remang. Membuatnya dapat melihat sekilas ia dapat bayangan wajah Ann dipenuhi kepanikan. Gadis itu dengan segera melepaskan ikatan tangannya dengan cukup mudah karena ikatan itu terbuat dari tumbuhan yang entah apa namanya. Ia juga membantu Ray yang masih bergeming.

"Apakah Violin juga disini? Dimana dia?"tanya Ann lagi.

"Terakhir kali yang kuingat hanya kita yang sedang makan malam bersama keluarga Veen"jawab Ray masih mencoba menggali ingatannya.

"tapi kenapa kita..."Ann tak tau bagaimana melanjutkan kata katanya.

"Mungkinkah kalau, makanan itu mengandung sesuatu yang membuat kita pingsan?"

"Untuk apa mereka melakukan itu?"Ann masih tidak percaya kalau suami isteri yang nampak baik itulah yang menyebabkan mereka terkurung ditempat asing ini sampai sekelebat opini melesat dipikirannya.
"Mereka vampir?"

"Tidak, kurasa bukan," Ray menggeleng cepat.
"jika iya, mereka tidak mungkin mempunyai rumah ditengah desa dan lagi, mereka tidak terpengaruh dengan api yang ada di sekitar mereka" kata Ray menganalisis fakta fakta yang telah ia ketahui.

Brak

Pintu dibuka paksa entah oleh siapa, seorang gadis di dorong masuk dengan kasar hingga membuat tubuh mungilnya terjungkal ke lantai. Mata Ann dan Ray otomatis menyipit. Mencoba melihat sosok gadis yang kini ketakutan, ia meringkuk seakan kedinginan.

"Violin?"panggil Ann.

Namun saat gadis kecil itu mengangkat wajahnya, Ray menggeleng pelan. Ann menghembuskan nafas seraya melangkah mendekati gadis kecil dengan rambut sebahu itu dan melepaskan ikatannya juga.
"Siapa kau?"tanya Ann.

Gadis itu menengok dengan masih gemetaran. Ia lebih memilih diam dari pada menjawab rasa penasaran Ann atau mungkin masih terkejut dengan kejadian yang baru saja menimpanya.

"Apa kau tau tempat apa ini?"tanya Ray dengan nada yang lebih bersahabat.

Gadis itu menggeleng.
"Mungkin, tempat para vampir itu menyimpan persediaan makanan mereka"

Ann seketika menegang.

*

Sementara itu dikediaman keluarga Venn. Violin dan Mrs.Venn masih diliputi ketegangan. Untuk yang kesekian kalinya gadis mermaid itu memukulkan tangan  ke meja Mendengar penuturan sang empunya rumah yang kemarin telah berniat baik menolong mereka. Secepat itukah manusia berubah? Giginya bergemelatukan menahan amarah.

"Kenapa kalian menyerahkan mereka sebagai makanan para vampir ?"tanya Violin dengan geram. Meski tanpa bertanya pun ia sebenarnya telah tau alasan dibalik tindakan itu.

"Mereka lebih bisa bertahan dari pada anak ini," jawab Mrs Venn sambil mengusap perutnya. Wajahnya tidak menunjukan ekspresi apapun. Hanya ketenangan yang dapat ditangkap Violin dari nada suaranya. Tanpa rasa bersalah sedikitpun, wanita itu beranjak.
"Mau bagaimana lagi."

"Katakan padaku dimana tempatnya!"

Mrs.Veen menengok ke arahnya spontan.
"Kau mau menemui kematian?"

"Tidak, aku mau menemui teman temanku" jawab Violin pasti.

Ada kesungguhan yang terpancar di kedua bola mata emerald nya yang indah. Violin menatap gelangnya yang sedari tadi digenggam dengan erat. Jika Ann bersedia melompati lubang penuh kelelawar, maka Violin akan dengan senang hati menceburkan dirinya ke dalam sarang para Vampir itu, demi teman-temannya.

*

"Ayo cepat gunakan sihirmu untuk menghancurkan pintu ini"desak Ann berulang ulang.

Ray mengeluarkan tongkatnya dan membaca mantra. Seperti biasanya cahaya menyilaukan langsung menyebar dari tongkat sihirnya membuat beberapa bagian tempat itu retak hingga membiarkan sedikit celah yang sebesar jendela. Membuat sedikit pencahayaan dari luar merembes masuk.

Ann dan gadis kecil yang memperkenalkan diri sebagai Jolla itu tersenyum senang. Mereka bertiga berlarian sampai suatu pemandangan yang janggal menghentikan langkah Ray. Pemuda itu melihat sekeliling dengan membelalakan mata. Terkejut karena keberadaan berpuluh puluh atau bahkan ratusan manusia yang terkurung. Berbeda dari tempat terkurungnya mereka tadi, manusia manusia itu ditahan ditempat yang dilengkapi jeruji seperti penjara. Tiba tiba Ann teringat puncak tempat tinggalnya yang sering ia sebut penjara. Hal ini jelas lebih buruk dari pada penjara indahnya dulu.

Beberapa orang yang melihat keberadaan Ann dan Ray dibalik sel itu mulai menggedor gedor jeruji ruangan mereka. Meminta pertolongan. Hal itu tentu saja membuat keributan merayap kian pasti keseluruh ruangan remang yang hanya diberikan sedikit pencahayaan entah dari apa. Orang orang itu terus saja berteriak teriak panik meminta pertolongan sedangkan Ray lebih panik lagi memaksa mereka untuk tetap tenang dan sedikit bersabar.
Namun suaranya jelas kalah jika harus melawan riuh jeritan para tahanan.

Suara guntur mengelegar beberapa kali. Membuat orang orang itu serentak menghentikan kebisingan dan melongok kesana kemari. Penasaran. mencari tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.

Dari atas sana Ann melihat ribuan kelelawar berparuh aneh yang mereka lihat di dalam hutan berterbangan. Meliuk liuk hingga akhirnya berhenti ketika siluet bayangan sesosok makhluk dengan wujud manusia menghampiri mereka. Ray meneguk ludah saat melihat pria dengan jubah yang berkibar kibar itu menatap tajam ke arahnya. Namun tentu saja bukan hal itu yang membuatnya gusar, seringaian pria itu yang dengan bangga memamerkan dua buah taring tajam yang seperti harimau. Tak salah lagi, itu pasti Vampir.

Para penghuni sel yang tadinya seribut ayam betina yang hendak bertelur mendadak senyap. Mereka berlarian menuju tempat terujung kurungan itu dari pada melongok keluar untuk menyaksikan apa kiranya yang akan Vampir itu lakukan  pada ketiga remaja yang tadinya mereka pikir adalah malaikat yang dikirimkan Tuhan.

"Sudah kuduga kalian bukan manusia biasa," kata pria Vampir itu dengan suara serak.
"tapi rupanya, mengikuti saran Deenan untuk mengurung kalian di tempat khusus juga bukan ide yang bagus"

Ann merasa ada hal yang janggal dengan ucapan pria Vampir itu. Ini bukan masalah siapa Deenan yang tadi Vampir itu sebutkan. Ann sama sekali tidak penasaran dengannya yang mungkin saja juga seorang Vampir. Melainkan kata kata 'bukan manusia biasa' itu. Jika Ia dan Ray dikurung sebab alasan itu bukan kah berarti gadis kecil yang mengaku bernama Jolla itu juga bukan manusia? Ann melirik ke arah gadis itu tajam.

"Untuk apa kalian mengumpulkan manusia  sebanyak ini?" Ray Akhirnya berani mengeluarkan suara setelah beberapa waktu terjebak dalam kesunyian.

"Untuk putri mahkota vampir"

"Ada apa dengannya?"tanya Ann didorong rasa penasaran.

"Haruskan aku memberi tahu hal ini padamu?" pria Vampir itu berdecak beberapa kali dan mencebikkan bibir sarkas.
"kurasa tidak"

Ann berdecak kesal. Ia menggerakkan tangannya dibelakang tubuh. Membuat ratusan burung gagak berdatangan dan mengerubungi pria Vampir. Sedangkan Ray memainkan tongkatnya dan membacakan mantra agar para burung itu menjadi lebih kuat. Sayangnya pria Vampir itu malah memanggil pasukan Vampir lain beserta kelelawar peliharaan mereka yang membuat Ann dan Ray kewalahan bukan main. Melawan kelelawar nya di hutan waktu itu saja sudah membuat mereka hampir mati, apalagi para makhluk bertaring tajam itu.

Sampai dua sosok yang begitu ia kenali mengalihkan perhatian Ray. Itu adalah Violin beserta Aaragog. Di saat yang seperti ini entah mengapa, Ray malah hampir tertawa melihat keakraban keduanya. Violin tidak bisa memakai kekuatannya karena tidak ada air disekitar sana. Tetapi dengan sepenuh hati ia membantu Aaragog yang tanpa lelah menyemburkan apinya untuk menakut nakuti para Vampir itu.

Cara ini mungkin berhasil, hanya saja mereka ada berpuluh puluh Vampir sedangkan Aaragog hanya naga kecil dengan api yang tentu juga kecil. Meski dapat membuat para Kelelawar berparuh aneh itu terbang menghilang, api kecil itu masih tak dapat mengalahkan para Vampir yang jauh lebih kuat.

Seorang Vampir menyerang dengan sangat agresif hingga taringnya hampir menggores wajah Ann.

"Lepaskan aku"pinta Ann saat merasa Vampir itu mencengkram tangannya terlalu kuat.

Vampir itu menyeringai dan memamerkan wajah kejamnya.
"Atas dasar apa nona manis?"

"Aku adalah seorang tabib" kata Ann dengan memaksakan senyuman. Ia mencoba menetralkan detak jantungnya yang menderu didalam sana. Jika diperhitungkan mereka tentu akan kalah jika melawan dengan kekuatan, disaat seperti inilah akal cerdik diperlukan. Pria Vampir itu menyipitkan matanya menatap Ann. Sedang gadis itu dengan sigap memberi kode pada Ray serta Violin untuk membenarkan perkataannya.

"Ya, dia adalah tabib yang hebat"kata Ray dengan cepat.

"Tidak ada satupun penyakit yang tidak dapat ia sembuhkan"tambah Violin. Diiringi matanya yang terputar jengah

Pria Vampir itu langsung memerintahkan pasukannya berhenti memberikan serangan dan mulai mendengarkan Ann, merasa siasatnya berhasil Ann mengerling pada dua rekannya itu.

"Apa yang dapat menyembuhkannya?"

"itu..." Ann tersenyum rikuh, rencananya untuk meyakinkan para Vampir itu belum sepenuhnya berhasil, ia belum bisa mengendalikan keadaan. Ia mencoba berfikir keras, para Vampir ini pasti akan mencurigainya jika tak kunjung memberikan jawaban. Ann mundur beberapa langkah sembari mencuri curi kesempatan untuk memberikan aba aba pada Violin dan Ray untuk mengikutinya. Jika ia tak bisa meyakinkan Vampir itu, setidaknya ia bisa lari dari sini mengingat penjagaan yang tak terlalu ketat lagi. Naas atau malah beruntung, kakinya gadis itu tersandung batu. Ia hampir saja terjengkang ke belakang jika pria Vampir itu tidak buru buru menahan tangannya. Ann mengerjap sekali. Spontan ia tersenyum sumringah. Ia dapat ide.

"Yang dapat menyembuhkannya adalah  red light the savior"

Pria Vampir itu menyeringai tepat didepan wajahnya.
"Itu adalah darah"

"Bukan, tapi ini" Ann memungut batu yang tadi membuatnya tersandung lalu menggesekkan dua buah batu itu hingga memercikan cahaya berwarna merah.

"Tapi dikitab kuno disebutkan bahwa kami harus mengumpulkan 100 orang manusia dan----"

"Ya, memang harus seratus manusia" sela Ann, ia tersenyum menatap pria Vampir yang tengah diliputi kecurigaan itu. Ia tentu tak boleh gegabah dalam bersandiwara kalau tidak ingin taring tajam pria itu menancap dileher jenjangnya.
"Mereka memang harus melakukan ritual"

"Kalau begitu, ayo cepat sembuhkan putri kami"

"Tunggu dulu, apa kau yakin keselamatanku akan terjamin?"tanya Ann seraya memasang ekspresi takut.

"Tentu saja, lagi pula keberadaan gadis itu," sang Pria Vampir menunjuk ke arah Violin.
"menggantikan posisimu"

"Bagus," Ann bertepuk tangan girang.
"sekarang kerahkan seluruh prajurit vampir ke penjuru hutan ini untuk menemukan dedaunan, jerami serta batuan ajaib yang mampu bercahaya"

"Untuk apa jerami itu nona tabib? "

Ann tersenyum manis madu mendengar pertanyaan itu.
"Putri kalian tengan berada di alam mimpi yang begitu tenang dan damai,  sebab itulah ia tak ingin kembali kesini," gadis itu mengambil jeda untuk menarik nafas.
"aroma dedaunan serta jerami kuharap mampu memebrikan efek ketenangan padanya"

"Kau sungguh sangat pintar"puji Vampir itu membuat Ann semakin memperlebar senyumannya.

"Lihatlah, apa yang dia lakukan sebenarnya"kata Violin jemu memandang sikap Ann yang bermanis manis muka dihadapan para Vampir yang sebenarnya adalah musuh mereka.

"Entah, kenapa tak kau coba membaca pikirannya?"tanya Ray

Violin hanya menanggapinya dengan mengendikkan bahu.

*

Hanya perlu waktu sebentar bagi pasukan vampir untuk mengumpulkan semua bahan yang Ann minta dan mengumpulkannya di sekeliling gazebo. Ann meminta para vampir untuk berkumpul di dalam gazebo seraya mmusatkan pikiran mereka pada gadis vampir yang katanya putri mahkota itu. Sang putri terbaring lemah tepat di pusat gazebo.  Sementara para tahanan berdiri mengelilingi bagian luar gazebo itu dengan tangang yang terjalin satu sama lain dengan borgol yang dirantai seraya memegangi dua buah batu.

Ann memerintahkan mereka semua bersamaan menggesekan batu itu hingga percikan percikannnya menyapa jerami beserta dedaunan disekitar gazebo hingga melahirkan gejolak api yang kian lama kian membesar disertai asap yang mengepul. Salah satu vampir yang merasakan adanya kejanggalan dengan suhu tempat itu yang mulai memanas memutuskan membuka mata dan terkejut bukan main kala melihat api besar tengah mengelilingi mereka. Para tahanan melongo bingung.  Smentara Ann tersenyum penuh arti ke arah Violin dan Ray.

*

To Be Continue

A/N

Abaikan ke-gaje-annya.

Wahhh ini benar benar perjuangan, karena aku sama sekali tidak tertarik pada Vampir sebenarnya, tapi harus menuliskannya. Keseluruhan, ini cukup menyenangkan. Tapi kuharap, para manusia kelelawar itu segera lenyap pada part selanjutnya.

Kutitipkan gadis misterius bernama Jolla itu pada Caraameell ya, silahkan ajak dia bermain sesukamu.

See you.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top