Part 8 | Swim
tiati ( ͡°з ͡°)
“Jadinya ikut atau di camp?”
“Camp aja, ehehe,” ringisnya bergantian menatapi keempat ayahnya.
“Kamu di sini sendirian, lho.”
“Gak papa kok, Yah.” Seunghyun tetap tak setuju. Meninggalkan anak gadisnya sendirian di tempat seperti ini? Kalau terjadi apa-apa sama Jisoo siapa tanggungjawab? Yang ada Seunghyun gantung diri, tak pantas menjadi seorang ayah karena tega meninggalkan putrinya.
“Kita pulangnya malam. Ekspekdisi kali ini jauh—”
“Maka dari itu aku tungguin Ayah sekalian di camp. Daripada Jisoo ngeluh sepanjang jalan. Betul gak?”
“Kita semua nggak tega ninggalin kamu sendirian, Jisoo,” balas Daesung.
“Jisoo udah gede Ayah.”
“Kamu perempuan—”
“Sejak kapan aku laki-laki, Yah?” selanya.
“Ya sudah, kamu sama Jaehyun saja,” kata Seungri sambil menggulum senyum jahil. “Bukannya dia gak ikut?” tanyanya kepada ketiga rekannya.
Ekspresi Jiyong seketika cerah. “Kamu sama Jaehyun gih, Jaehyun mana?” tanyanya kepada siapapun yang mendengarkan suaranya.
“Danau!” jawab Daesung. “Susulin, gih,” serunya asal membalik badan Jisoo dan menepuk-nepuk punggungnya.
Bentar, bentar, ini kenapa ayahnya asal menyodorkan Jisoo kepada Jaehyun?
“Aku di sini aja—”
“Jisoo!” Suara dalam Seunghyun menginstrupsi. Dengan sentuhan tangan kokohnya yang dingin, namun terasa nyaman, Seunghyun memandu putrinya berjalan menuju danau. “Sendirian di sini gak baik. Mumpung Jaehyun gak ikut, kamu sama dia.”
“Malah lebih baik Jisoo sendirian.”
“Kamu mau digondol wewe sendirian?”
“Siang bolong gini?” tanya Jiyong mengernyitkan dahi memandangi Seungri minta penjelasan, “berlaku memangnya?”
“Mau siang, sore, malam... selagi jam kerja setan, mah, always everywhere.”
“Mulutnya, ya!” geram Daesung meraung-raung siap membukam mulut “suka benar” Seungri.
“Susulin Jaehyun, gih, sebelum dia hilang ditelan—”
“Seungriiiiii!” bentak ketiganya kompak mendiamkan si kecil di kelompok mereka.
Seunghyun segera mengusir Jisoo dan mewanti-wanti supaya Jisoo tidak tersesat. Niatan membiarkan putrinya sendirian menyusul, jadinya Seunghyun menemani, tak tega juga membiarkan Jisoo sendirian ke danau.
Sampai danau, Seunghyun langsung pamit pergi sebelumnya berteriak memberitahu Jaehyun supaya menjaga Jisoo. Jaehyun kebetulan berenang di tengah danau langsung menyembulkan kepala dari air dan menyahut, “Siap!” bersamaan senyum super kurang ajar manisnya itu.
Jisoo berasa bayi dititipkan.
Suatu kesalahan dia ada di sini. Tolong auratnya dijaga, jangan bikin anak gadis orang terpana sampai mimisan!
Jaehyun pun dengan santai berenang-renang di tengah, mengabaikan Jisoo yang mati-matian menelan air ludah, menahan diri supaya tidak pingsan.
Selemah itu dia melihat Jaehyun.
Air danau bisa dibilang jernih, warnanya indah menarik atensinya. Jisoo lumayan tertarik bermain air danau. Dia pun berjongkok di atas batu besar yang jaraknya ke bibir danau sangat berdekatan. Sama seperti Jaehyun yang mengabaikannya, demikian Jisoo mengabaikan Jaehyun.
Terbesit sebuah ide di kepala, Jisoo mengambil daun kering, lalu ia jatuhkan di atas air. Dia bermain seperti masa kecil, main kapal-kapalan tapi kali ini kapal versi daun kering.
“Gak mau renang, Jis?” tanya Jaehyun sambil berenang mendekat. Jisoo tanpa mengangkat wajah terlalu sibuk dengan mainannya hanya menyahut, “Nggak.”
“Kamu ngapain?” dia bertanya lagi. Penasaran dengan dunia mini Jisoo dan daun kering.
“Menurut kamu, aku ngapain?”
“Hm, kapal-kapalan?” jawabnya sedikit ragu.
“Nah, itu tau. Ngapain tanya segala?” cibirnya kembali asyik dengan dunia mininya. Jaehyun mengangkat bahu singkat lalu berlanjut renang. Jisoo sempat mengangkat wajah sekadar melihat punggung kokoh Jaehyun menggarungi air danau, setelahnya ia balik fokus dengan dunia mininya.
Saking fokusnya dia tanpa sadar merebahkan tubuh di atas bebatuan, hingga kepala menyembul ke bawah dan beberapa helai rambut panjangnya jatuh ke air.
Tawa Jisoo tanpa henti menggiringi keseruannya bermain. Dia teramat asyik menggerakan daun kering lalu, “Eh, eh, eh!”
DEG!
Napasnya tercekat ketika Jaehyun muncul dari dalam air, tepat di bawah mukanya, sehingga atensi mereka saling bertemu.
Mata bertemu mata sebelum Jaehyun memangkas jarak di antara wajah mereka.
Sentuhan kokoh dan dingin terasa menggelitiki kulit wajahnya. Jisoo bergeming, terfokuskan oleh sepasang mata coklat bening milik Jaehyun. Hembusan napasnya terasa dingin menyapu wajahnya, Jisoo tersadar akan jarak mereka. Dia baru akan menarik diri, begitu Jaehyun dengan sekali tarikan wajah langsung membasahi bibir Jisoo.
Bersentuhan, dingin... Jisoo membelalakan mata. Kedua tangannya segera berpegangan batu kuat-kuat, menjaga tubuh supaya tak jatuh ke air.
Pelan-pelan terasa kenyal dan dingin, tautan bibir mereka mulai bergerak dengan hati-hati. Jisoo tak berniat membalas, toh, tubuhnya sudah seperti jeli, biarkan Jaehyun memimpin ciuman singkat dan dingin mereka.
Singkat, namun penuh tipu daya.
Tak lama Jaehyun memisahkan bibir mereka dan tersenyum penuh mempesona, tepat di depan mata Jisoo, hingga membuat gadis itu kaget sampai lepas kendali pegangan.
“Jisoo!” seru Jaehyun panik, ia segeea menyahut tubuh Jisoo yang jatuh ke danau. Dia dengan cekatan menarik pinggang dan menahan supaya gadis yang tak pandai berenang ini tak panik.
“Kamu sengaja jatuhin aku, ya!” amuknya sambil mengusap-usap wajah basah.
“Kamu jatuh sendiri,” kata Jaehyun sambil menyingkirkan rambut basah Jisoo. “Pegangan biar gak takut.” Jisoo langsung menuruti memegang pundak Jaehyun.
“Suka bener kamu ngagetin aku!”
“Memang aku bilang ‘door’ ngagetin kamu, hm?”
“Maksudku—” Jisoo menggeleng kepala tak berniat membicarakan ciuman kejutan Jaehyun. Emang setan pria Jung ini. “Udahlah lupain. Sekarang bantu aku nai—” Jaehyun asal mengecup bibir basahnya, Jisoo membelalakan mata kemudian memukul keras dada bidang Jaehyun.
“Gak usah cium-cium! Memang kamu siapa?”
“Jaehyun,” jawabnya tersenyum geli.
“Tau, tapi—” lagi, Jaehyun mengecup bibirnya. “Jaehyun!” pekiknya kali ini memukul kasar dada Jaehyun.
“Gak usah cium-cium. Bukan milik kamu!”
“Memang milik siapa?”
“Akulah!” dengusnya.
Jaehyun tertawa, dan dia tak berhenti mengecup bibir Jisoo. Kali ini ia menyela cepat sebelum gadis itu memprotes, “Selagi masih milik kamu sendiri tak ada masalah.”
"Kurang ajar!” Mentang-mentang sekadar ciuman singkat, tetap saja alam bawah sadar Jisoo menggila, meronta-ronta, memaki, dan ingin minta lebih tapi dia sadar diri. “Minggir kamu!” bentaknya mendorong dada Jaehyun mencoba pergi, namun segera ditahan olehnya. Dia takut Jisoo panik karena tak pandai berenang.
“Jae!” suaranya terdengar lemah dan pasrah, Jisoo pasrah terjebak danau dengan Jaehyun melingkari pinggangnya.
“Hm?” sahut Jaehyun menatap lurus Jisoo, “kamu gak akan pingsan hanya karena aku cium, ‘kan?”
“Gak usah pede kamu.”
“Saya bertanya, Jisoo.”
"Huh, alasan!” balasnya sambil membuang muka sedikit kesal.
“Mau sampai kapan di sini?”
“Kalau kamu mau naik, silahkan, aku lepas,” belum juga tangannya terlepas Jisoo segera mengalungkan kedua tangannya di leher Jaehyun. Dia takut tenggelam.
“Takut?”
“Gak perlu ditanyain segala!” balasnya merenggut jengkel dan ditertawakan oleh Jaehyun. “Gak lucu, Jae.”
“Ekspresi kamu lucu, Jis, kamu gak sadar?”
“Gak!”
“Ayo naik. Dingin.”
“Masih belum hangat?” tanya Jaehyun bersama sepasang tangan kokohnya merengkuh tubuh Jisoo dan merapatkan ke tubuhnya.
Ini mah, bukan hangat lagi, tapi hangat menjelma dingin!!!!
“Aku lebih tua dari kamu, gak usah macem-macem!” ancamnya memelototkan mata.
“Perlu saya panggil kakak, hm?” ujarnya. “Kamu sendiri yang minta,” sambungnya kemudian.
“Kapan?”
“Barusan.”
“Tau ah, males ngomong sama kamu.”
“Males? Ini kamu ngomong.”
“Jaehyun!”
Jaehyun tertawa Memang sebuah kesalahan Jisoo dititipkan sama Jaehyun, bukannya aman malah senam jantung terus menerus.
Dasar setan ganteng!!!!
huehehehe
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top