Part 7 | Chicken Run

Aku tuh suka plot twist gitu manteman semua tau sendirilah scenario, uglykim&hello lee plot twist hmmm ✊

“Lelet kamu.”

“Ay—Aw!” teriaknya kesakitan akibat pukulan pantat oleh sang ayah secara bergantian.

Jisoo mengusap-usap pantat bekas pukulan ayahnya. Pagi-pagi dapat pukulan, emang kurang ajar sialan keempat ayahnya. Sekali dua kali tak masalah, ini berkali-kali selama putaran.

Jika dia baru selesai dua kali putaran, maka keempat ayah dan murid laki-lakinya itu sudah lebih dari sepuluh kali putaran.

IYA, JISOO LAMBAT LARI!

“Kenapa? Nggak kuat?” tanya Jaehyun melambatkan lariannya menyamai gadis itu.

Jisoo hanya tertawa hambar menanggapinya sebelum mempercepat larian, tetap saja Jaehyun dua kali lebih cepat dari dia, dan mudah baginya menyamai lari lambat Jisoo.

“Gak usah dipaksain kalau gak kuat,” kata Jaehyun menggulum senyum penuh bersahabat.

Tak ada kata bersahabat di kamus Jisoo untuk Jaehyun. Senyumnya itu sungguh super kurang ajar sialan. Dia tega membuat Jisoo spot jantung sepagi ini. Siapa yang akan tanggungjawab jika dia jatuh semakin dalam ke samudra ‘fallin in love with people we can’t havehuh?

Dasar pria tidak tahu diri. Kapan sih, pria Jung ini sadar diri kalau dia itu terlalu mempesona, sampai-sampai membuat akal kewarasan Jisoo disappear.

“Kamu lagi pura-pura bisu dan tuli?”

Jisoo hanya melirik singkat kemudian bersikap tak acuh. Sebisanya dia lari lebih cepat dari Jaehyun.

“Percuma kamu lari, Jis, tenagaku masih kuat buat ngejar kamu,” ujarnya sudah ada lagi di sampingnya dengan berlari pelan-pelan, menyamai kelambatan sepasang kaki Jisoo.

Kali ini Jisoo memberanikan dia menatap Jaehyun lalu menjawab, “Apa, hah? Mau ikut ngehina juga larianku payah, gitu?”

“Jangan ngobrol! Lari!” Belum juga Jaehyun merespon, Seungri dari belakang menepuk keras punggung Jaehyun memperingatinya. Tanpa berkomentar, ia segera berlari menyusul lainnya dan tertinggal Jisoo bersama sang ayah wali.

Seungri tersdnyum-senyum ceria. “Masih pagi, Nak, jangan baper with people we can’t have, hahaha.”

“AYAH KEMUSUHANKU! TITIK!” teriak Jisoo berhenti di pinggir lapangan menatap sebal punggung menjauh Seungri.

Ayahnya satu itu memang kurang ajar menyebalkan!

Terlanjur bete, ia pun memaksakan diri berhenti lari. Memilih kembali ke camp dan bersiap untuk mandi. Tak mandi juga sih, sebatas cuci muka, gosok gigi, basuh tangan dan kaki, dan seterusnya, barulah kemudian dia berganti pakaian.

Tiga hari ke depan nanti dia akan jarang mandi. Haha, mandi? Mana ada toilet umum di sini. Jadi laki-laki sih, enak tinggal loncat ke danau lalu berenang-renang, sedang Jisoo? Boro-boro nyemplung, renang saja tak bisa.

Sebenarnya ada toilet, tapi itu untuk buang air kecil dan besar, tak layak dipakai mandi. Jisoo ke sana sekadar menumpang ganti baju.

“Kak Jisoo, dipanggil Pak Ketua!” Mingyu, salah satu murid sang ayah mendatanginya. Jisoo mengiyakan lantas mengikuti Mingyu yang jalan memimpin menuju camp.

Seunghyun memanggil Jisoo hanya ingin mengajak putrinya sarapan. Setelahnya dia menyuruh Jisoo berganti pakaian seragam layaknya keempat ayahnya, diminta ikut ekspekdisi hutan.

“Kamu gak akan tersesat, Ayah sama kamu. Sana buruan ganti!” Ia menuruti perintah sang ayah berganti pakaian.

Tas gendong Jisoo sudah lengkap semua keperluan untuknya selama tiga hari. Jika yang mengurus tasnya Ayah Youngbae, maka 99% Jisoo percaya kepada sang ayah. Berbeda jika pengurus tasnya itu Ayah Daesung, Seungri, dan Seunghyun. Hmmm, mungkin untuk Jiyong 85% karena terkadang beliau jahilnya menyerupai Ayah Seungri.

“Jis! Jisoo!”

Jantung Jisoo meloncat kaget setelah namanya dipanggil-panggil oleh seseorang yang berdiri di luar tenda.

“Apa?” Nadanya terdengar ketus, Jaehyun tak memikirkan hal itu. Ada yang lebih penting dari itu. “Kamu ngapain masuk?!” Jisoo marah, karena Jaehyun dengan bebasnya masuk ke tendanya.

Pria Jung ini tidak takut mati di tengan keempat ayahnya kali.

“Kamu jangan pura-pura bodoh!” tegur Jaehyun meliriknya tajam.

Sebelum Jisoo protes, tarikan kuat tangan Jaehyun menurunkan kain yang sembunyi di dalam tenda seketika menjadi pembatas pandangan mereka. Alisnya terangkat satu. Jisoo seriusan tidak tahu apa-apa jika di tendanya ada kain penutup.

“Buat apa?” tanyanya berjongkok di depan kain tersebut.

“Lain kali ganti baju turunkan tirai,” ujar pria Jung sambil menata tirai serapi semula. “Bayanganmu membuka baju di luar terlalu mencuri perhatian,”

“HAAAAAH?!” Jisoo membelalakan mata bingung. Kapan-dia-buka-baju-ditenda? Kapaaaan?!!!!!!

“Semalam,” bisik Jaehyun bersamaan dengan dia selesai merapikan tirai. “Saya nggak sengaja,” ia berdehem keras, memutar mata menghindari tatapan penuh curiga gadis Choi.

“Maaf,” sambungnya beranjak keluar meninggalkan Jisoo dengan akal tidak warasan.

Semalam... Semalam... Semalam. Jisoo mau ingat-ingat dulu. Semalam dia memang ganti baju di tenda karena tak berani keluar dan semalam keadaan sepi, karena semuanya keluar tersisa, Jisoo di camp sendirian.

Semalam-dia-ganti baju-di tenda-dan-Jaehyun-ngelihat—NGELIHAT?!

“AKHHHHHHHHHHHHHHH!!!”

♨♨♨

Semenjak insiden tenda dan kejujuran Jaehyun, Jisoo semakin yakin pada dirinya sendiri untuk menjaga jarak dari si pria Jung.

Sumpah, rasa malunya tak sanggup di sombongkan lagi. Enyah semua, enyah!!!!!!

Lagian untuk apa dia jujur? Mau mempermalukan dia gitu?!

Ish!” desisnya menendang rating pohon secara asal. Lirikan tajamnya terarahkan pada Jaehyun di sebrang, dia tengah asyik ‘ha-ha-hi-hi’ dengan Ayah Daesung memimpin jalan.

Lama-lama memandangi, lama-lama hati Jisoo menghangat. Sialan! Niatan mau membenci malah tertarik melihat senyumnya.

“Jis!” Seunghyun segera menarik tangan Jisoo. Putrinya ini hampir saja menubruk pohon besar di depan, untung Seunghyun peka keadaan. “Kamu di hutan jangan ngelamun!” tegurnya mencuri perhatian lainnya.

“Maaf, Yah, maaf.”

“Kenapa?” tanya Jiyong mendekat. Baik Jisoo maupun Seunghyun hanya diam. Mereka memegang teguh, jaga sikap selama di hutan jangan menganggu ketenangan semesta. “Seunghyun, kamu pimpin aja biar aku sama Jisoo,” katanya sembari menepuk pundak rekannya ini.

“Jangan ngelamun lagi, ngerti?!” pesan Seunghyun sebelum memimpin barisan.

Kini Jisoo bersama Jiyong jalan beriringan. Jiyong senyum penuh perhatian, tangannya menggandeng Jisoo dan sepanjang jalan dia banyak bercerita menjaga-jaga supaya Jisoo tak banyak melamun.

Melamun di hutan itu sangat tidak di anjurkan.

♨♨♨

Mereka sekarang ada di tengah hutan. Jisoo duduk mengamati, sedang lainnya asyik dengan sesi latihan. Telinganya tersumpal earphone mencegah suara bising tembak. Melihat satu persatu orang memegang senjata api dan belajar menembak sudah jadi hal wajar baginya. sejak kecil Jisoo sering menonton sesi latihan menembak, jadi dia tak perlu khawatir.

“Kamu lagi gak marah, ‘kan?” tegur Jaehyun tahu-tahu sudah duduk di sebelahnya.

Karena tak mendengar, ia melepaskan earphone. “Apa?”

“Di tenda tadi.”

“Oh, menurutmu?” tanyanya balik berniat memakai earphone namun langsung ditahan oleh Jaehyun. “Berisik, Jae.”

“Semalam aku gak sengaja,” matanya segera memelotot tajam. Kenapa mesti dibahas lagi, sih. Malunya Jisoo, kan, belum disappear. “Pas aku balik ke camp kebetulan—”

“Gak usah dijelasin!” Andai membunuh orang itu halal, maka orang pertama yang akan Jisoo bunuh itu Jaehyun. Habisan jadi orang hobi bener bikin perempuan senam jantung. Enggak bosen hidup apa dia?

“Gak usah ketawa juga!!!!” geramannya makin panjang tatkala Jaehyun tertawa merespon marahnya. “Kamu sengaja malu-maluin aku?”

“Enggak.”

“Bohong!”

“Saya sedang berusaha jujur. Apa itu termasuk memalukanmu?”

“IYA!” balasnya tegas. Tetap, Jaehyun tertawa tanpa merasa bersalah.

“Kamu lucu, ya.”

“HA HA HA Hambar!” cibirnya membuang muka terlanjur jengkel. “Gak usah ketawa terus, ish!” Kepalanya tetap kembali memandanginya. “Bikin diabetes tau gak?”

“Itu jujur atau sekadar malu-maluin aku?”

“Jaehyun!!!!”

Kali ini tawanya meredam berganti senyuman hangat. “Saya hanya bercanda, Jisoo,” katanya.

“Pokoknya kamu jauh-jauh, gak usah deket-deket lagi.”

“Lho, memang salah dekat?”

“Iya!”

“Oh,” balasnya singkat kemudian ia menambahi, “kenapa?”

MEMANG KAMU MAU TANGGUNGJAWAB AKU MAKIN SUKA KAMU, HAH?

Jisoo cuma menyengir tak berani speak up. Biar dia dan pembaca saja yang tahu, Jaehyun tak perlu tahu.

“Jae!” sialannya mulut Jisoo tak bisa berhenti memanggil namanya, “kamu benar mau menikah?” Tuhkan.

Kepala Jaehyun semakin miring dengan kerutan dahinya, detik kemudian kerutan di dahinya menghilang.

“Iya.”

Yah, kan.

“Kenapa bertanya?”

“Tanya saja,” balasnya tak sanggup menatap pria Jung ini. Her kokoro goyang patah-patah sekarang.

“Menikah itu suatu keharusan. Kamu pun pasti akan menikah, ‘kan?”

Dia hanya mengangguk tanpa sepenuhnya mendengarkan omongan Jaehyun.

“Kamu diam, saya jadi curiga...,” gumamnya berhasil mencuri perhatian Jisoo kembali. “Just ask, Jisoo, jangan diam. Diam itu penyakit, penyakit hati.”

“Ngomong apa, sih?”

Tiba-tiba Jaehyun mengeser duduknya lebih mendekat, lalu berbisik di telinganya. “Kenapa gak langsung, tanya sudah atau belum pasangannya, kenapa diam?”

“HAAAH?”

Kepalanya menoleh membalas tatapan lurus Jaehyun dengan jarak yang begitu dekat.

Jaehyun bukannya menjawab kebingungan Jisoo, dia malah senyum tampan. Membuat hati Jisoo berteriak meronta-ronta.

latar cerita jisoo, jaehyun, bigbang ini terinspirasi dari film armageddon 1998.

Di film itu grace bapaknya banyak sama kayak jisoo gitu huehehe aku gemes sendiri sama grace dan bapak-bapaknya 😖✊ dan jadilah imagine mbak jisoo huehehe.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top