Part 4 | A twins?


Senyum dong, jangan cemberut mukanya nanti kelihatan jelek dua kali lipat lho,” tegur sang ayah.

Jisoo tetap dengan ekspresi cemberut. Dia marah! Marah sama kelima ayahnya. Bagaimana tidak? Jika sang ayah masih memperlakukan Jisoo layaknya remaja umur belasan tahun.
Umurnya sudah 24 tahun. Sudah seharusnya Jisoo hidup bebas dengan kedewasaan layaknya ratusan gadis dewasa awal di luaran sana. Tak seperti sekarang, dipaksa ikut menghadiri pernikahan salah satu anak kolega kelima ayahnya. Sebab ini, dia sepanjang jalan di mobil memasang ekspresi marah.

“Ayah masuk aja, aku mau di sini!” katanya menolak diajak keluar oleh Youngbae.

“Daripada kamu di sini seperti orang bodoh.”

“Jaehyun di sini juga, biar aku gak kayak orang bodoh!” balasnya, melirik Jaehyun sekilas.

Youngbae melihat Jaehyun. Mereka saling berkomunikasi lewat tatapan sebelum Youngbae pamit menyusul saudaranya yang lain.

Tertinggallah Jisoo di Van bersama Jaehyun. Di luar banyak orang-orang dengan seragam sama rata—alias para lelaki memakai jas sementara perempuan memakai gaun cantik saling keluar masuk bergantian. Di gedung pun tak kalah meriahnya.

Dikarenakan hening, Jisoo memutuskan keluar sebentar, disusul Jaehyun setia mengekorinya. Berjaga-jaga siapa tahu dia ada niatan pulang.

“Kamu nyusulin mereka aja, aku di sinim” Jaehyun menolak. “Sumpah, aku gak bakalan pulang,” ucapnya berusaha menyakinkan si pria jangkung ini.

Tetap saja Jaehyun masih bergeming. Membuat Jisoo menghela napas kemudian menyerahkan ponsel dan tas kecilnya ke Jaehyun.

“Bawain bentar aku mau ke toilet—gak usah ikut!” Delikan matanya menghentikan ekoran Jaehyun. Ia menurut begitu saja.

“Jangan pulang sendiri.”

“Ya!” sahutnya.

Ini hanya akalan Jisoo supaya jauh-jauh dari Jaehyun. Salahkan dia mengapa bisa terlihat begitu sempurna hanya dengan mengenakan setelan jas dan kemeja saja.

Jisoo itu lemah melihatnya.

Yakin kalau dia berada di tempat terjauh dari radar Jaehyun, Jisoo bernapas lega sembari mengedarkan pandangan ke sekeliling, melihat-lihat tamu yang saling bergantian datang.

“Heh!” Sebuah teguran datang tiba-tiba dari samping mengagetkannya.

Jisoo menatap horor pria asing yang tiba-tiba menegurnya itu. “Lo ngapa di sini? Ya ampun, pakaiannya—LO MAU KABUR?!”

Hah?

Sebelum tangan pria asing itu menyentuh tangannya, Jisoo dengan gerakan cepat langsung menyembunyikan tangan dan mengambil langkah ke belakang.

Pria itu menautkan dahi heran. “Jis, buruan! Lo gila atau gimana sih? Mendadak aneh gini.”

“Lo tuh yang gila!” Tahu dari mana dia namanya? Oh, Jisoo lupa, nama dia kan, pasaran—eh, tapi, kan— “Lo siapa?”

Tampak jelas ekspresi kaget yang langsung tergantikan ekspresi ejekan di wajah tampannya itu. Jisoo menatapnya horor. Aneh! Apalagi caranya tertawa. Jisoo semakin yakin kalau pria ini aneh.

“Lo masa lupa sama gue? Si ganteng ini ....”

Jisoo meledek kepedeannya. Memang sih, secara visual dia tampan tapi cukup aneh. Datang-datang main tegur, sok-sokan kenal lagi.

“Gue Hendery,”

“Gak nanya!”

“... anaknya Om Han.”

“Gak nanya juga!”

Baik Jisoo maupun Hendery mereka saling melihat kemudian, “Lo Jisoo, ‘kan?”

“Menurut lo?!”

Hendery ikut bingung sendiri. “Masa lupa gue? Jahat banget.”

“Dih!” cibirnya semakin men-judge Hendery si pria aneh. “Gue tuh gak kenal sama lo, lo salah orang kali. Dan iya, gue Jisoo.”

“Kim Jisoo?”

“Bukan!”

Hendery menggaruk-garuk kepalanya frustasi. “Lee Jisoo begitu? Haha, lo aja belum resmi nikah.”

“Enteng banget itu mulut ganti-ganti nama orang,” geramnya. “Jisoo-jisoo siapalah itu, gue bukan Jisoo yang lo maksud!” ucapnya mempertegas kesalah pahaman di antara mereka.

“Lo Jisoo, muka lo Jisoo, suara lo Jisoo, kalau bukan Jisoo siapa coba? Annabelle?!”

Sekian dari banyaknya nama mengapa harus Annabelle yang di sebutkan? Jisoo kesal. Si Hendery-Hendery ini belum pernah ditampol sama Jisoo kali, ya?

“Jisoo!”

Jaehyun datang di waktu tidak tepat. Tadinya Jisoo mau menampol Hendery tapi Jaehyun keburu datang, huhuhu, sayang sekali. Mimik Jaehyun terlihat seperti habis mencari-cari Jisoo—mungkin karena dia lama tak balik-balik.

“Saya kira kamu kabur.”

“Itu tuh, gara-gara dia aku lama!” adunya menunjuk si Hendery berdiri bingung melihat mereka bergantian. Jaehyun sempat melirik Hendery sekilas, dia tak bicara apa-apa hanya meliriknya galak setelah mengajak si anak Bapak Choi ini untuk kembali ke Van.

Baru berbalik mereka sudah tak melihat Hendery, tahu-tahu dia hilang begitu saja.

“Masa dia ngira aku Jisoo, eh, emang sih, aku Jisoo,“ ujarnya tiba-tiba bingung bercerita. “Jae,” suara husky-nya memaksa si pria Jung untuk berhenti jalan. Dia berbalik sekedar menyahuti panggilan Jisoo.

“Menurut kamu, muka sepertiku pasaran gak?”

“Hm?” Jaehyun menatap matanya dalam.

“Maksudku,” jari telunjuknya membuat gerakan berputar-putar di wajah, “wajah sepertiku banyak yang samain gak? Ada tuh yang bilang setiap manusia memiliki tujuh kembaran. Kamu percaya?” tanyanya kemudian.

Jaehyun belum mau menjawab. Ia bergeming mengamati baik-baik si pemilik wajah cantik dengan garis tegas yang menonjol di beberapa titik bagian wajahnya. Di mulai dari lekungan indah mata, garis lurus menonjol mempercantik hidung mancungnya, tulang pipi bersemu merah terpolesi blush on, dan lekungan memarik yang menciptakan bibir hati saat tersenyum maka akan terlihat betapa menawannya senyuman gadis ini, garis rahangnya memperlihatkan struktur wajah yang sempurna.

“Jae!” tegurnya sambil cemberut.

“Apa?”

“Tau ah, gak jadi nanya!” Jisoo terlanjur bete. “Kamu samperin mereka aja, aku di mobil.” Tangannya yang hendak membuka pintu mobil ditahan oleh Jaehyun.

“Kamu gak mau nyusul?”

“Gak.”

“Gunanya kamu dandan cantik untuk apa kalau menunggu di mobil?”

Bibirnya membentuk lengkungan indah tertarik sedikit ke atas. “Untuk malaikat Raqib dan Atit,” jawabnya asal.

Ekspresi Jaehyun merespons jawaban asal Jisoo.


kerangkanya udah jadi huehehe sampai dua puluhan sajo ini 🙊

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top