Part 3 | Smile

Sesuai janji jam tiga mereka pulang kantor langsung pergi menonton. Harusnya bukan nonton, Hongseok awalnya menawarkan sebuah tempat—yeah begitulah—tempat yang terkenal sekali sebagai tempat kencan. Untungnya Jisoo tahu tempat itu dan segera menolak halus dengan mengajak Hongseok pergi menonton.

Lagian ini sudah sore, Jisoo tak mau lama-lama berada di luar. Padahal menonton bisa lebih memakan waktu berjam-jam.

Dasar perempuan!

“Ha, ha, ha.” Jisoo tak malu tertawa lepas di samping Hongseok. Bukan disengaja, reaksinya ini murni tanpa dibuat-buat supaya pria di sampingnya ilfeel. Jisoo seriusan tertawa karena tingkah kocak Woody dan kawan-kawan.

Iya, mereka sedang menonton Toy Story 4.

Apalagi Forky terlalu polos dan bodoh—dasar mainan dari sendok dan garpu. Lalu Bonny dan Ducky si boneka kelinci biru dan bebek kuning dengan khayalan lucu mereka mampu mengocok isi perut Jisoo. Saking asyiknya tertawa sampai tak sadar bahwa Hongseok lebih menikmati Jisoo tertawa daripada layar bioskop.

Setelah dua jam terlewatkan, Jisoo masih belum mau berhenti tertawa meski film telah keluar dari studio. Ia dengan semangat kembali menceritakan bagian-bagian terlucu di film sama Hongseok. Dan pria ini dengan sabar mendengarkan. Sekali-kali dia tersenyum—bukan karena cerita lucu Jisoo, melainkan ekspresi senang Jisoo yang telah menarik perhatiannya.

“Gue banyak cerita, ya? Maaf,” ucapjya tiba-tiba merasa malu sendiri sudah banyak bercerita pada Hongseok.

Hongseok tetap tersenyum menanggapi ekspresi malu Jisoo. “Mau mampir dulu?” tanyanya mengajaknya berhenti di depan rumah makan cepat saji.

Jisoo tanpa berpikir langsung mengiyakan. Dia lapar juga setelah tertawa dua jam di bioskop.

Penuh perhatian, Hongseok mempersilahkan Jisoo untuk duduk menunggu sementara dia mengantri. Jisoo tersenyum tipis merasa hangat dengan sikap Hongseok.

Ah, pantes saja pria ini selalu dielu-elukan perempuan di kantor. Selain memiliki paras menawan, ia juga perhatian dan baik. Buktinya dia tidak protes saat Jisoo lebih memilih film Toy Story ketimbang Annabelle. Hongseok juga tidak mengeluh bosan ataupun berekspresi masam sekeluarnya mereka dari bioskop. Malah dia lebih sering tersenyum padanya.

Senyum Jisoo tak berhenti kala dia menatap punggung Hongseok berdiri tegap ikut mengantri. Dia cukup menikmati pemandangan Hongseok berdiri, meski hanya punggungnya yang dia lihat, Jisoo sudah cukup puas dan senang.

“Ishh, Ya Tuhan!” Jantungnya mencelos kaget saat tiba-tiba sosok Jaehyun muncul dan asal duduk di bangku kosong depannya.

“Ponsel kamu mati?”

“HAH?” Alisnya terangkat satu, wajahnya sedikit miring menatapnya bingung. “Oh,” Lalu kepalanya mengangguk dan tanpa sadar ia mengeluarkan ponselnya yang mati.

Bentar-bentar, kok Jaehyun bisa tahu dia di sini?! Jisoo perhatikan pakaian pria ini masih sama seperti pagi tadi.

“Tahu darimana aku di sini?”

“Ayah kamu,” Jaehyun mengimbuhi sebelum Jisoo bertanya Ayah mana, “Kwon Jiyong”

Sudah dia tebak, ayah walinya Kwon Jiyong selalu tahu dia ada di mana. Semisal Jisoo menghilang tanyakan saja pada Jiyong, beliau pasti tahu. Karena dari kecil atas didikannya, Jiyong selalu menyuruh Jisoo membawa alat pelacak. Untuk berjaga-jaga, siapa tahu Jisoo beneran hilang.

“Ayo, pulang.”

“Eh, nanti dulu,” serunya menahan pegangan Jaehyun mengajaknya pulang. Kalau dia pulang terus Hongseok mau dikemanain?!

“Duduk aja dulu,” katanya mempersilahkan Jaehyun duduk kembali sedang dia berdiri siap menyusul Hongseok. “Aku mau nyusul teman,” sambungnya segera menyusul Hongseok yang masih mengantri.

Jaehyun mengamati mereka dari tempatnya sambil bertanya-tanya— teman? Setahunya teman Jisoo hanyalah Hong Soojoo. Belum pernah ia melihat perempuan itu jalan bersama teman laki-lakinya.

Kerutan di dahinya semakin terlihat saking seriusnya Jaehyun berpikir. Terlebih saat mereka berdua asyik mengantri dan mengobrol.

“Hongseok, dia Jaehyun. Jaehyun, dia Hongseok,” ujarnya mengenalkan dua pria itu.

Baik Jaehyun maupun Hongseok mereka saling berjabat tangan dan berkenalan. Jisoo di bangku ikut tersenyum melihat mereka saling berkenalan.

Sedikit mengobrol dan saling bertanya satu sama lain, Jisoo sibuk mengunyah hamburger sambil mendengarkan obrolan dua pria ini. Ia juga tak lupa mengingatkan Jaehyun untuk memakan makanannya.

Hongseok diam-diam memperhatikan, dia berusaha mengenyahkan pikiran buruknya. Tetap saja, dia dengan pikiran tidak menyenangkannya itu memenuhi isi kepalanya apalagi ketika Jaehyun mengingatkan Jisoo untuk cepat pulang dan meminta supaya dia menghabiskan makanannya di mobil saja.

“Gak papa, kalian pulang aja dulu,” Jisoo mendadak tak senang dengan ucapan Hongseok. “Kabari saja kalau sudah sampai rumah,” ucapnya tersenyum menyakinkan Jisoo bahwa dia tak masalah ditinggal.

“Lain kali gue traktir,” janji Jisoo sebelum pergi meninggalkan Hongseok sendirian lalu di susul Jaehyun membawakan minuman sekaligus sisa makanan Jisoo yang belum dihabiskan.

“Nih.”

“Oh, ya lupa ehehe.” Cengiran di wajahnya membuat Jaehyun berdecak singkat dan ikut tersenyum.

“Hongseok pacar kamu?” tanyanya tiba-tiba.

“Hah?” balasnya mendongakkan kepala menatap pria jangkung di sampingnya. “Oh, bukan, teman doang.”

“Teman kencan?”

“Mungkin,” sahutnya mengangkat bahu lalu tersenyum tipis terbayangkan ekspresi Hongseok. “Kok kamu nyusulin ke sini?”

“Tugas,” jawabnya ikut-ikutan mengangkat bahu.

Jisoo mendengus lalu berhenti dan berbalik memelototkan mata ke Jaehyun. “Lain kali kalau disuruh mereka jangan mau. Kamu bukan budak.”

“Saya memang bukan budak, Jisoo.”

“Terus ngapain kamu mau-mau aja di suruh mereka berlima?”

“Tugas.”

“Tugas sama budak itu beda—”

“Sssst,” bisik Jaehyun menahan mulut Jisoo dengan jari telunjuknya. Mata pria ini melirik sekitar menyiratkan pada Jisoo kalau tidak baik mereka berdebat di tempat umum, akan banyak orang membicarakan.

“Gak peduli!” kata Jisoo setelah menyingkirkan jari telunjuk Jaehyun, berjalan cepat sengaja meninggalkannya.

aku tuh gimana ya, wkwkwk, nulis ini tuh bayangannya bapak lee taeyong 😂😂😂😂😂🔫

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top