Part 18 | What is this?


Tahu nggak? Sehabis Jaehyun asal nyium pipi Jisoo, dia langsung menampat pipi Jaehyun.

Sakit, tapi terpaksa (ಥ ͜ʖಥ)👍

Harus banget gitu Jaehyun nyium-nyium tanpa kejelasan. Dikira Jisoo boneka asal dempet-dempet seenak pantatnya. Bukanya apa-apa  cuma dia tuh kesel bawaannya jadi maunya menampar wajah Jaehyun biar tahu diri.

“Anaknya Choi Seunghyun segalak itu, astagaaa ...!” decak Seungri terheran-heran.

Youngbae di samping langsung menyikut pinggangnya. “Gitu-gitu yang ngajarin berani senggol bacok  siapa?”

“Kang Daesung,” delikan mata Youngbae segera membungkam mulut Seungri, dia pun meringis polos, “hehehe aku juga.”

Iya, ajaran “berani senggol bacok” itu Kang Daesung dan Lee Seungri. Mereka berdua suka kompakan mengajarkan Jisoo tidak-tidak, apalagi di luar pengawasan Seunghyun.

Jisoo sendiri langsung meninggalkan Jaehyun dengan sumpah serapah untuk Pria Jung. Bukannya bikin mereka baikan, Jaehyun malah semakin menambah kemarahannya.

Dasar titisan setan!

“Jis!”

Kaki Jisoo melangkah cepat, susah payah dia menghindar Jaehyun masih saja bisa menjangkau langkahnya.

“Jisoo!”

“Gak usah panggil-panggil!” balasnya masih dengan kaki melangkah cepat. Jaehyun mengusahakan kakinya bergerak dua kali lebih cepat dari Jisoo.

“Hei, kamu berhenti dulu. Saya belum selesai.”

“Gak mau!”

“Jis!” panggilnya frustasi.

Keras kepala banget perempuan satu ini. Apa-apa marah duluan, padahal dia belum selesai ngomong. Kalau begini terus sampai lebaran monyet pun mereka tetap musuhan.

“Jisoo, please, berhenti!”

“Kalau kamu gak mau berhenti kita musuhan selamanya!” ancamna demikian.

“Ya!” sahutnya tanpa menoleh belakang.

Mereka kok sama-sama goblok sih, sadar nggak sih, mereka sudah jadi tontonan banyak orang di luaran sana? Niat lari-lari olahraga malah melihat pertengkaran dua orang.

“Jisoo!”

“Gak usah panggil-panggil lagi. Lo tuh, brengsek!”

“Aku bahkan belum ngomong apa-apa.”

“Gak usah aku-akuan!” bentak Jisoo berhenti dan berbalik melototi tajam Jaehyun. “Pertama, aku pinta gak usah cium-cium, kamu bukan siapa-siapa. Kedua, senyum kamu kurang ajar. Ketiga, aku gak suka kamu bercandain. Keempat, kalau kamu sudah punya pasangan gak usah sok jual harapan!”

“Siapa yang punya pasangan?!”

“Kamulah!” balasnya menahan emosi agar tak makin meledak. “Gak usah pura-pura single. Kamu mau menikah, kan?”

“Kamu lupa?”

“Gak, gak lupa cuma gak ingat. Emang gak ingat. Apanya dilupain?!” ujarnya bingung sendiri sama apa yang dia tanyakan barusan.

Jaehyun mendesah. “Saya bilang, semua orang pasti akan menikah. Kamu lupa itu?”

Oh ... itu.

Jisoo mengangkat kepala berlagak tak ingat. Lagian bukan itu yang dia maksud. “Gak, gak ingat. Emang kita pernah ngobrolin itu? Gak pernah!” ujarnya menghentakkan kaki, tubuhnya berbalik, dan kakinya siap untuk menginjak tanah berikutnya.

Satu langkah ... dua langkah ... tiga langkah ... empat langkah.... baru akan langkah kelima tubuh Jisoo sudah terangkat di udara. Kontan ia menjerit histeris, memukul-mukul punggung Jaehyun. Dengan beraninya mengendong Jisoo dengan sorakan heboh puluhan laki-laki di sebrang jalan.

“Brengsek lo, Jae. Turunin, gak?!!” protesnya terabaikan oleh Jaehyun. “Jaehyun, turunin!!!!!!” Tetap diabaikan oleh laki-laki ini.

Jisoo menggertakan giginya marah. Dia pun dengan brutal langsung menjambak rambut Jaehyun, sengaja menyiksanya supaya mau menurunkannya.

Jisoo malu. Jaehyun nyebelin.

“JAEHYUN, TURUUNIN!!!” amuknya tetap menjambak rambut Jaehyun.

Setelah adegan penyiksaan itu, akhirnya Jisoo diturunkan. Bukannya lari menjauh, ia malah balik menyerang Jaehyun dengan menginjak kaki dan menendang perutnya.

Brutal.

Begitulah ajarannya Ayah Daesung dan Seungri.

“Jisoo, Ayah gak pernah ngajarin kamu jadi perempuan barbar!” Pemilik suara bariton di belakang, menginstrupsi aksi brutalnya.

Jisoo tergelak kaget, kemudian membalikkan badan, dan mendapati sosok Ayah Seunghyun bersama Jiyong sedang memandangnya penuh selidik. Karena takut diomeli, dia segera bersembunyi di balik punggung Jaehyun dan berkata, “Usir mereka gih, usir.” Tahu sendirikan, betapa galaknya Bapak Choi dan Kwon, apalagi disatuin.

“Murid-murid Ayah bilang kalian ribut di luar. Benar?” Muncullah satu ayah lain. Jisoo menelan saliva menatap ciut sang Ayah Daesung yang barusan bertanya.

Ini kenapa ayah-Aaahnya pada kumpul jadi satu, sih.

“Kalian berdua marahan?” tanya Jiyong lebih tepatnya bertanya pada Jaehyun.

“Enggak, Yah!” sahut Jisoo keras tanpa menatap sang ayah.

“Bohong, mereka marahan,” timpal Seungri datang bersama Youngbae.

Woi elaaah, ini kenapa jadi Jisoo tersudutkan? Lagian Jaehyun kenapa diam saja tanpa mau pergi dari sini, minimal kabur gitu.

“Kenapa?” tanya Jiyong lagi. “Jisoo?”

“Mama kamu udah cerita Ayah, kamu gak usah bohong,” kata Seunghyun.

Jisoo semakin dalam-dalam menelan salivanya. Dia tuh memang paling payah soal bohong-berbohong sama kelima ayahnya. Pasti ada-ada saja kebohongannya terkuak.

“Sumpah Ayah, aku gak bohong.”

“Kalau kamu gak bohong, kamu gak akan sembunyi di belakang Jaehyun,” kata Youngbae.

Jisoo lemas seketika. Untung ada punggung Jaehyun bisa dijadikan temeng sementara.

“Ya udah, kalau kamu gak mau ngaku biar Ayah tanya sama Jaehyun,” kata Jiyong beralih menatap Jaehyun yang berdiri tegak memunggungi Jisoo.

“Kenapa, Jae?” sambung Daesung.

Sebelum menyahut, Jaehyun mengambil sebanyak-banyaknya oksigen sekitar lalu membuangnya dalam satu tarikan napas.

“Saya Jung Jaehyun, hari ini mulai detik ini juga, meminta izin kepada kelima ayah Jisoo—”

“Izin? Izin apa?” tanya Seungri memotong sambil terkekeh geli.

“Seungri!” protes Youngbae lantas mencubit pinggang rekannya itu. Menganggu saja Bapak Lee satu ini.

“Lanjutkan, Jae,” perintah Seunghyun.

“Pak Choi, saya jatuh cinta sama putri bapak. Tolong beri izin saya mengencaninya.”

“Kencan saja? Gak, gak bisa!” tolak Daesung melipatkan tangan di dada. “Jisoo udah gede, gak butuh kencan lagi!” titahnya dibalas anggukan setuju oleh empat kepala tersebut.

“Jisoo kita udah gede, Jae. Kencan bukan kebutuhannya lagi,” lanjut Jiyong dan diaminin empat rekannya.

“Kalau saya minta orangtuamu ke sini, kamu siap?” tanya Seunghyun yang langsung dijawabi Jaehyun dengan cepat. “Siap, Pak!”

“Kamu yakin?” kali ini Youngbae bertanya.

“Yakin, Pak!” jawab Jaehyun lagi tanpa perlu berpikir dua kali.

“Ya udah, tunggu apalagi? Kita tunggu orangtua kamu dengan terbuka,” sambung Daesung tersenyum sumringah.

Meanwhile, Jisoo di balik punggung Jaehyun yang mendengar semua obrolan mereka hanya bisa terngangga.

MAKSUDNYA APA, YAAA?!

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top