Part 17 | I'm sorry
“Kalian ... Musuhan?”
Seungri curiga setelah memperhatikan kedekatan mereka yang tampak renggang. Habisan saling jauhan, diam-diaman, apalagi Jisoo, ketara banget mengibarkan bendera perang.
“Masa habis liburan berantem, sih?” ucapnya sambil merangkul masing-masing pundak mereka.
Jisoo langsung menyingkirkan rangkulan sang ayah, menghindari obrolan yang melibatkan dia dan Jaehyun. Tanpa berucap, dia langsung masuk rumah meninggalkan kedua pria itu.
“Kamu apain anakku?”
Mampus.
Jaehyun panas-dingin seketika. Tatapan Seungri tampak biasa, tapi cukup mengintimidasinya. Toh, dia merasa sendiri telah mengapa-apakan si anak asuh Seungri.
“Hmm, sa—saya ....”
“Haha bercanda, Jae, gak usah serius gitu,” potongnya kembali merangkul pundak Jaehyun. “Tapi kalau beneran iya, mending minta maaf sebelum si Bapak Choi tahu. Mau ditendang keluar?”
Jelas dia tidak mau. “Gak, Pak!” sahutnya cepat ketakutan sendiri.
“Bagus,” katanya. “Ya udah, baikan cepetan. Jangan sampai satu orang menghilang hanya karena kesalahpahaman,” paparnya.
Apa yang dikatakan Seungri ada benarnya juga. Jaehyun tidak serius bercanda soal kemarin, timingnya saja yang tidak pas. Dia tak boleh membiarkan permusuhan di antara mereka bertahan lama.
Jangan sampai satu orang menghilang hanya karena kesalahpahaman.
♨♨♨
“Posisi tangannya yang bener, Jisoo!” tegur Youngbae membenarkan letak pegangan sang putri pada busur panah. Tumbenan sekali Jisoo minta diajarin panahan sore-sore, biasanya ogah latihan beginian.
“Fokus ke depan, lihat baik-baik papannya—Ya ampun, Jisoooo ...!” geramnya gemas kala anak panah melesat melewati papan. Jisoo asal melesatkan satu anak panah tanpa mendengarkan instruksi sang ayah.
“Udahan latihan. Ayah gak suka kamu main panah buat lampiaskan emosi.”
“Gak, Yah, seriusan aku pengen belajar.”
“Gak!” tegasnya mengambil busur, mengamankan di tempat.
Youngbae berkacak pinggang menatap Jisoo penuh tatapan introgasi seorang ayah kepada putrinya.
“Kamu kenapa?”
“Apa? Aku gak papa, Yah.”
Youngbae tak segampang itu dibohongi. “Apa perlu Ayah mengadu ke Ayah Choi?”
“Seriusan aku gak papa. Ayah gak perlu ngadu.”
“Jisoo?”
Jisoo tak menjawab. Dia tersenyum tipis menyikapi kecemasan Ayah Youngbae. Dia tak mau kelima ayahnya tahu mengapa dia penuh emosi akhir-akhir ini. Kalau mereka sampai tahu, tak bisa dibayangkan akan jadi apa Jaehyun menghadapi kelima ayahnya.
“Jaehyun.”
Tubuhnya meremang hebat ketika sang ayah menyebutkan nama pria Jung. Jisoo tak mau menoleh, dia masih marah sama Jaehyun.
“Mau panahan juga?”
“Gak, Pak.”
Bulu romanya bergidik ngeri, tergelitik oleh suara bariton Jaehyun di belakang. Jisoo menggeram kesal. Mati-matian membenci, tetap saja hatinya selalu menghangat didekatnya, apalagi mendengarkan suaranya.
Perempuan seperti dia ternyata selemah itu.
“Lalu?”
“Saya mau berbicara sama, Jisoo.”
“Oh, silahkan,” dan dengan kalemnya Youngbae mempersilahkan Jaehyun berbicara dengan Jisoo, “Jaehyun mau ngomong sama kamu, mau ke mana?”
“Pergi,” jawab Jisoo tanpa melirik Jaehyun.
“Jaehyun mau ngomong, Jisoo,” ujar sang ayah dengan lembut.
Dia menghela napas kemudian, “Ya udah, ayo, tapi gak di sini!” Sambil melangkah tanpa pamit Jisoo keluar, dan diikuti Jaehyun mengekori belakangnya.
Langkahnya berhenti di gang samping tempat panahanan. Jisoo sengaja memilih tempat ini guna menghindari jangkauan pendengaran Ayah Youngbae dan kamera CCTV, juga beberapa orang yang lalu lalang.
“Gak usah lama-lama, waktu kamu cuma lima menit,” katanya tanpa basa-basi.
“Kamu masih marah?”
Jisoo memutar bola mata dan tersenyum sinis. Untuk apa bertanya? Jelas dia masih marah, tak perlu dipertanyakan lagi. Memang ekspresinya kurang jelas mengatakan kalau dia masih marah? Atau memang dia lagi pura-pura bodoh dan basa-basi bertanya?
Hah, sialan.
“Saya minta maaf,” gampang banget minta maafnya, “saya sadar candaan kemarin itu menyinggung perasaan kamu, Jis. Saya benar-benar minta maaf sama kamu.”
“Udah?” Sambil menghitung waktu yang telah dia katakan sebelumnya “lima menit berbicara”. Karena Jaehyun tak berkata lagi, Jisoo memutuskan sudah, tak ada yang perlu dibicarakan lagi. Cukup sekian permintaan maafnya.
Jaehyun sendiri sengaja tak berkata apa pun setelah ucapan permintaan maafnya, dia diam karena menunggu balasan Jisoo yang tak kunjung terbalaskan.
“Jis?”
“Apalagi? Ini udah lima menit lewat.”
“Kamu belum jawab,” ucapnya penuh harapan.
“Ya!” Sudah begitu saja balasannya, tanpa penjelasan lain membenarkan ataupun menyalahkan permintaan maafnya. Hal ini membuat Jaehyun mengerang frustasi.
Astaga, mereka marahan seakan-akan mereka telah memiliki hubungan.
“Sebenarnya, kamu suka atau sekadar suka biasa?” Suara Jaehyun naik satu oktaf, sengaja bertanya dengan jelas untuk menghentikan langkah Jisoo yang hendak pergi.
“Kamu suka atau sekadar suka biasa?” Suaranya sedikit agak tenang dari sebelumnya. Jaehyun berbalik dengan harapan Jisoo mau membalas dan tak mengabaikannya. Kali ini dia serius tak ada niat untuk bercanda.
Napasnya terhempas pelan. Jisoo tak juga berbicara padanya. Sungguh, perempuan itu rumit untuk di pahami. Di saat laki-laki mengalah, dia malah menghindar dengan segudang persepsi “perempuan selalu benar”.
“Jis?”
“Udah dong, jangan ngomong lagi!” ujarnya, akhirnya berbalik menghadap Jaehyun. Sebelum Jaehyun protes, Jisoo menyela dengan pelan, “Kamu gak lihat di belakang ada Ayah Youngbae sama Ayah Seungri?” Melirik sinis ke bayangan dua ayahnya yang sejak tadi terpergoki olehnya.
Jaehyun mencoba ingin melihat tapi Jisoo melarangnya.
“Gak usah dilihatin juga,” omelnya. “Ntar mereka makin kepo. Kamu juga, gak usah sok-sokan minta izin ke Ayah kalau mau ngajakin ngomong. Mereka itu lima Ayah super kepo!”
Jisoo yakin seyakin-yakinnya, setelah ini, kedua ayahnya itu akan bergossip ala bapak-bapak sama ketiga ayah lainnya. Makanya Jisoo banyakan diam tak mau menjawabi Jaehyun.
Tawa Jaehyun tiba-tiba. Entahlah, dia malah berterima kasih kepada kedua ayah Jisoo. Seenggaknya karena mereka Jaehyun jadi tahu Jisoo tak bisa marah lama-lama padanya.
“Gak usah ketawa juga!” protesnya meliriknya sinis. “Jangan pikir aku udah maafin kamu, ya, aku masih marah!”
Jaehyun tetap tertawa.
“Jae!!!” panggilnya jengkel melihat tawanya. “Tahu ah, males ngomong sama kamu lagi!”
“Jis!”
“Apa?”
“Maaf.” Penyataan itu terdengar tulus dan merdu bersamaan Jaehyun dengan lancang mencium pipi Jisoo. Di saat kedua ayahnya sedang asyik menguping mereka.
CARI MATI DIA??????
Hehehe udah part 17 dong 😌👌
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top