Part 1 | A family

Karena hari ini Choi Seunghyun resmi keluar wamil, huhu, aku test drive dulu 👍

“Nggak gitu juga, Zu.”

Suzu tersenyum tipis sembari melirik Jisoo yang kini mengerutu sebal padanya. “Gitu juga enggak apa-apa, gak ada yang marah,” godanya menyenggol lengan Jisoo.

Jisoo menatap horor Suzu sembari menjaga jarak supaya temannya ini berhenti menggodainya. Salah dia juga keceplosan di depan Suzu. Tahu sendirikan, temannya ini walaupun cantik dan cuek tapi hobi ngeledekin orang. Cih, giliran depan cowok cueknya minta ampun!

“Zu! Kayaknya gue nggak jadi pulang bareng lo deh,” katanya.

Jisoo berbalik cepat, bahkan sebelum Suzu mengiyakan. Kakinya berjalan tergesa-gesa kembali lagi memasuki gedung kantor, mengambil belokan arah barat melewati lorong panjang sampai bertemu pintu keluar belakang. Dengan tergesa-gesa, ia melewati setapak jalanan sepi untuk pejalan kaki para pekerja kantor sambil menengok belakang memastikan pria itu tidak memergokinya.

Baru beberapa blok ia lewati, kakinya mendadak terhenti, matanya terbeliak kaget, namun tak heran saat pria itu berhasil menemukannya.

Dia mendesah panjang sambil mengomel, “Apalagi, huh?” baru selangkah akan mendekati Jisoo segera protes, “Iya, ya! Enggak usah dipaksa!” Dia mendengus lalu cepat-cepat melewati tubuh jangkung pria tersebut.

Pria itu tersenyum singkat, mengekor di belakang si gadis surai panjang menuju parkiran mobil. Segera ia membukakan pintu mobil, dan mempersilahkan Jisoo masuk duluan. Setelahnya ia berlari kecil memutari mobil, giliran dia masuk lewat pintu sebelah bagian pengemudi.

Jisoo masih menggerutu pendek sambil menatap seraut tenang si pria lewat kaca kecil di dalam mobil.

Hal seperti ini bukan pertama kalinya dia alami. Sebelumnya dia sudah pernah melewati penjemputan layaknya begini. Hal ini akan terus terulang apabila Jisoo menolak pulang ke rumah.

But,

... seriously?

Dia sudah dewasa, umurnya sekarang 24 tahun. Jisoo ingin mencoba hidup di luar layaknya perempuan dewasa lainnya. Minimal seperti Hong Soojoo begitu? Suzu dapat hidup mandiri di ibukota tanpa embel-embel keluarga. Diumurnya sekarang, Suzu sanggup membiayai hidupnya sendiri, bahkan dia mampu membeli sebuah rumah minimalis hasil kerja kerasnya. Sementara dia? Untuk keluar rumah saja rasanya sulit.

Yah, meski Suzu selalu saja mengeluh bahwa dia iri dengan kehidupan Jisoo, terbalik dengan Jisoo yang ingin sekali memiliki kehidupan layaknya Suzu.

Dasarnya manusia gampang iri dengan kehidupan satu sama lain. Tak pernah merasa puas dengan apa yang dimiliki sekarang.

♨♨♨

Dengan ekspresi marahnya, Jisoo menghentak-hentakkan kaki ke lantai sepanjang kakinya berjalan memasuki rumah sementara di belakang ada Jaehyun setia mengekorinya. Namanya Jaehyun, usianya dua tahun lebih mudah dari Jisoo.

“Akhirnya putri Ayah pulang,” sapa pria berwajah maskulin dengan senyum manis menghiasi wajah rupawannya. Meski sudah berusia bapak-bapak, seenggaknya wajah tampan dari lahir yang beliau miliki tidak terkikis oleh usia.

Welcome home, Honey!” Lalu dilanjutkan sapaan lainnya dari orang berbeda. Jisoo memutar bola mata ke atas segera berdiri di depan mereka berlima, dan memandangi secara bergantian kelima pria yang memasuki usia lansia awal ini dengan marah. “Lain kali nggak usah nyuruh Jaehyun buat jemput Jisoo pulang!” protesnya.

Sedang kelima pria itu saling bertukar pandang sebelum tersenyum berterimakasih kepada Jaehyun.

“Ayah!” Jisoo protes untuk kelima pria yang dia panggil ayah, “Jaehyun bukan budak suruhan. Dia murid Ayah.”

Bukan pertama kalinya mereka menyuruh murid-muridnya untuk menjemput paksa Jisoo pulang. Kelima ayahnya ini memang suka sewenang-wenangnya memberi perintah keanak didiknya.

“Mereka disuruh, itu pun sekalian belajar, Jisoo,” kata Jiyong dengan ekspresi impresif-nya.

“Belajar apanya?!” Gadis kesayangan kelima pria ini mengomel sambil menatap marah kelima ayahnya, “Lagian kamu juga ...,” Kali ini atensinya beralih ke Jaehyun yang masih setia menunggui di belakang, “kamu bukan budak! Jangan mau disuruh-suruh oleh mereka. Emang orangtua kamu nyerahin kamu kemari untuk disuruh-suruh, hm?”

Bukannya diresapi omelannya, Jaehyun malah tersenyum tipis begitupun dengan kelima ayahnya. Membuat Jisoo mendengus sebal. Intinya percuma dia ngomel-ngomel kalau terabaikan.

Akhirnya ia memilih meninggalkan mereka walau masih dibikin sebal, dan berusaha untuk bersikap tak acuh.

“Jelas didikannya Kang Daesung,” sindir Seungri mengintip Daesung melewati punggung Taeyang.

Daesung menoleh hanya tertawa saja menanggapi sindiran Seungri.

“Kamu boleh balik ke asrama,” ujar Jiyong mempersilahkan Jaehyun untuk balik ke tempat asrama. Jaehyun menurut dengan memberi hormat kelima pria yang dipanggilnya ketua.

“Biar aku yang ngurus Jisoo.” Taeyang pun bangkit dari tempatnya menyusul putri mereka di kamar.

“Anaknya siapa, yang ribet siapa.” Seungri bergumam kecil, tapi langsung meringis ketika Seunghyun menatapnya galak. “Hehehe canda Pak boss!”

Jisoo anak dari Choi Seunghyun. Jangan ditanya ke mana istrinya, karena memang dia tidak pernah menikah—Seunghyun dengan Ibu Jisoo—mereka tidak pernah menikah. Biasalah, cerita super klise, sepasang kekasih bercinta lalu dibumbui sebuah drama hingga menyebabkan mereka berpisah. Sebuah kisah lampau yang tidak perlu dikenang. Toh, sekarang putri dari hasil hubungannya bersama mantan telah ia rawat penuh sayang bersama keempat rekannya yang dengan senang hati mau menjadi wali Jisoo.

Sejak dari kecil Jisoo telah terbiasa hidup dengan kelima ayahnya, dengan didikan dari mereka yang berbeda-beda.

♨♨♨

Suzu tak bisa berhenti mentertawakan Jisoo. Temannya satu ini sedang berkeluh padanya via facetime. Menceritakan alasan mengapa siang tadi, dia tiba-tiba tak jadi ikut pulang, dan mengeluhkan posisinya terjebak di rumah yang dipenuhi laki-laki.

Tengok saja kanan kiri rumah penuh dengan laki-laki berseragam berkeliaran. Meski Jisoo tinggal di rumah utama, tetap saja hampir tiap harinya yang dia lihat sekumpulan laki-laki. Perempuan pun jarang ia temui. Atau malah tidak pernah ia lihat, kecuali istri Ayah Taeyang yang kadang bertamu. Lalu rumah-rumah besar lainnya yang berdiri di belakang rumah utama, dihuni oleh puluhan lelaki anak didik ayahnya. Lebih tepatnya anak didik Seunghyun dan Daesung. Ayah lainnya hanya ikut membantu, lebih suka mengurusi bisnis perkantoran daripada kerja lapangan memberi komando.

Hidupnya telah dikelilingi banyak lelaki. Untung Jisoo tidak menjelma menjadi laki-laki gadungan.

“Siapa suruh kamu berdiri di luar dengan pakaian terbuka, Choi Jisoo!!!” teriakan berasal dari bawah dengan megaphone loud speaker mengagetkan Jisoo yang malam ini sedang facetime sama Suzu.

Jisoo menengok ke bawah, mendapati Daesung bersama puluhan anak didiknya.

“Dengan kamu berdiri di situ, kamu sudah mengalihkan perhatian murid Ayah!” Beliau mengomel, seperti biasa, “cepat masuk ke dalam!”

Jisoo tidak langsung masuk sesuai perintah ayahnya. Matanya sempat mencari-cari di antara murid Ayah Daesung. Saat menemukan Jaehyun di luar barisan ikut membantu sang ayah melatih, tapi sepertinya, dia satu-satunya laki-laki yang tidak melihat ke arahnya.

“Jisoo tahu, Ayah enggak perlu teriak-teriak!” balasnya berteriak.

Daesung berkacak pinggang sambil melotot tajam. “Tunggu apalagi? Masuk ke dalam!” perintahnya mutlak.

“Iya, ya.” Karena tak mau jadi perhatian murid ayahnya, terpaksa dia masuk sesuai perintah Ayah Daesung.

Lagi-lagi, Suzu mengejek Jisoo yang habis kena teguran ayah walinya. “Emang lo di luar pakai apaan?” tanya Suzu penasaran.

“Nih!” Melihatkan pakaian apa yang sedang ia kenakan malam ini. Sebuah tanktop rajut dan hotpans ... hmm, pantes sih, jadi pusat perhatian.

kemungkinan update setiap hari (kalau gak sibuk) hehe akhirnya aku bisa menyatukan bigbang dan jisoo 😖😖👍

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top