ROOM 9
Suasana sore di rumah keluarga Prayuda sudah ramai, di tambah dengan keriuhan si kembar dan Kavin yang sedang bermain bola di halaman belakang dengan Bian dan Bhima sementara si kembar sedang mengerjakan PR mereka.
Mama tentu bahagia melihat keluarganya berkumpul lagi seperti sebelumnya apalagi nanti jika ada dua anggota keluarga baru lainnya, pasti rumah ini akan terasa lebih ceria.
Ya, anggota keluarga baru yang tak lain adalah Jihan dan Jasmine, calon istri dari Bian dan Bhima, uh, Mama sudah bisa membayangkan akan memiliki banyak cucu kelak.
Ah, Mama baru teringat satu hal, tadi Bhima janji akan menelepon Jasmine untuk di kenalkan. "Bhima" panggilnya, Bhima lantas menghampiri Mama yang sedang duduk di gazebo.
"Ya mam?"
"Tadi katanya mau kenalkan Jasmine ke mama, sok atuh sekarang" paksanya.
"Oh iya, sebentar Bhima telepon Jasminenya dulu ya"
Bhima langsung mencari kontak Jasmine di line dan langsung menghubunginya. Nada tunggu khas aplikasi Line terdengar dari ponsel Bhima hinga di beberapa detik berikutnya Jasmine menjawab.
"Hallo Jasmine?"
"Assalamualaikum, mas?"
"Eh, Wa'alaikumsalam. Jasmine, kamu di cari Mamaku"
"Mama?" Jasmine membeo.
"Yap, she want's to talk to you"
"Mas, aku malu"
Mama yang sudah tidak sabar ingin berkenalan dengan calon menantunya lantas mengambil alih ponsel dari telinga Bhima.
"Assalamualaikum , Aruna?"
"Eh. Wa'alaikumsalam tante Lanny"
"Malu kenapa sayang?"
"Hehehe tante..."
"Gimana sayang, udah baikkan? Apa kata dokter nak?"
"Nggak apa-apa kok tante, cuma kecapean aja"
"Hmm, nggak apa-apa kok sampai di opname?"
"Yaa, tadi sempat diare te, dehidrasi, sampai tadi nggak tahu tiba-tiba udah sampai di ER"
"Ya Allah..., terus kata mas, sebelum dia berangkat kamu sempat drop juga, iya?" Mama memulai interogasinya.
"Hehehe iya gitu tante, efek long shift dan makan yang nggak teratur juga, sebelumnnya sempat lembur untuk presentasi kasus"
"Duh nak, kamu kan dokter harus jaga kesehatan dong. Kasihan lho masmu pucat dengar kamu sakit"
"Maaf Jasmine bikin mas khawatir ya tante? Ya mungkin ini biar Jasmine bedrest, tapi tolong sampaikan ke mas tante, saya nggak apa-apa, maaf juga buat mas jadi nggak fokus sama keluarga di sana karena mikirin saya. Maaf ya tante" ujarnya terus meminta maaf.
"Aruna sayang, wajar kalau mas khwatir. Itu tandanya dia sayang kamu, baru kali ini tante lihat mas sampai sekhawatir dan sepucat itu, di luar itu ya dia cuek. Itu tandanya Bhima beneran sayang dan cinta sama kamu"
Tanpa Mama tahu, Jasmine sedang tersipu malu dan tersenyum di seberang sana. "Saya malu tante, saya calon dokter tapi nggak bisa jaga kondisi tubuh sendiri. Apalagi sampai ketahuan tante seperti ini"
"Itu wajar terjadi sayang, dulu tante pun begitu, mbaknya Bhima juga gitu kok"
Lagi, Aruna tersenyum mendengar penuturan calon ibu mertuanya.
"Mas Bhima banyak cerita soal tante dan keluarga juga kasih lihat foto tante, tante cantik sekali"
"Oh ya? Cerita apa? Terimakasih nak, kamu juga cantik"
"Yaa cerita tentang Om juga, mbak Aliya sama adiknya mas Bhima itu yang perempuan, Kanika ya, terus sama ponakannya yang kembar itu, Jasmine ingin ketemu hehehe"
"Nanti kalau tante ke Belanda yaa, si kembar pasti senang ketemu tante barunya. Sekalian tante liburan sama keluarga juga"
"Hehehe iya te, harusnya saya yang nemuin"
"Ya nggak apa-apa kan sekalian mas Bhima mau lanjut di sana. Dulu kan Suaminya Mbak Aliya juga kuliah di Leiden, mereka dan si kembar tinggal di sana selama 5 tahun"
"Suaminya mbak Aliya dokter juga ya tante?" tanya Jasmine semakin penasaran dan di sadarinya nyalinya makin menciut.
"Iya dia Obgyn, sempat kerja di sana juga"
"Aduh tante, saya merasa kecil. Keluarganya mas semua dokter, sementara saya masih anak bawang" sahut Jasmine merendah.
"Eeh, nggak boleh begitu. Papa bukan dokter kok, Bian juga. Tante tidak pernah memaksa anak-anak tante untuk jadi dokter atau tenaga medis lainnya, itu murni panggilan hati mereka apalagi Aliya dan Kanika"
"Jasmine bangga sama tante, tante hebat"
Mama jadi ikut tersenyum mendengar penuturan Jasmine barusan. "Anak-anak yang membuat tante jadi seperti ini. Banyak sekali cerita sebelum adanya mereka di sini. Anak sulung tante, Aliya, punya ibu asuh, ibu asuhnya meninggal beberapa bulan setelah Aliya masuk kulia dan sejak saat itu Aliya makin yakin untuk terjun lebih dalam ke dunia medis" jelasnya, nada suara Mama sudah mulai sendu bila mengungkit soal Anneke.
"Mas Bhima pernah cerita tentang itu tante, mbak Aliya motivasinya keren"
"Yaa begitulah adanya sayang"
Lama mereka mengobrol hingga akhirnya Mama yang sudah sreg dengan Jasmine dari awal melihat fotonya saja langsung menanyakan perihal hubungan Jasmine dan Bhima selama mereka di Belanda.
"Jadi hubunganmu dengan masmu bagaimana, Una? Kalau masmu sih mau langsung temui Ayah-Ibumu, bisa?"
Jasmine terdiam sebentar, mungkin agak sedikit terperangah. "Tante, mas belum bicarakan soal ini lagi. Tapi memang saya pernah meminta mas untuk datang ke rumah dan meminta Jasmine pada Ayah dan Ibu, itu salah satu tantangan dari saya dan bila mas bisa membuktikan, insha Allah kedepannya saya akan lanjut dengan mas"
"Tante harap kamu bersedia, Una. Karena tante dan om sudah kepengin cucu lagi dan tante harap kamu bersedia"
"Tante, saya nggak tahu harus menanggapinya bagaimana, insha Allah saya bersedia tante, saya juga nggak menyangka mas akan secepat ini" suara Jasmine terdengar bergetar saat menjawab pertanyaan itu, jujur, ini yang ia tunggu, ternyata apa yang ia hampir dapatkan ini jauh di luar ekspektasinya.
"Alhamdulillah. Sejak SMA, kedua anak laki-laki tante itu memang tidak pernah berpcaran, mereka pernah bilang kalau ada perempuan yang cocok ya mereka akan datang langsung temui orang tua dan meminangnya" tambahnya, membuat hati Jasmine semakin berbunga, itu artinya ia adalah perempuan pertama yang bukan hanya sekedar mampir tapi akan terus selamanya di hati Bhima.
"Tante terimakasih, saya nggak tahu harus mengatakannya bagaimana tapi saya bahagia tante. Tante terimakasih..."
Obrolan mereka berlnjut sampai Mama menanyakan orang tua Jasmine yang ternyata keduanya adalah kepala sekolah di salahsatu SMP dan dosen di UI. Mama dan Jasmine mudah sekali akrab, Bhima yang melihat Mama masih di posisinya duduk di gazebo dan berbicara juga sesekali tertawa jadi semakin yakin untuk menikahi Jasmine karena sepertinya wanita itu sudah berhasil memenangkan hati calon mertuanya.
"Oh ya, Una jangan panggil tante
Panggil 'Mama' aja ya"
"Hehehe iya mama" sahutnya canggung. "Terima kasih ya ma, udah ditemenin juga jadi saya gak merasa kesepian"
"Sama-sama sayang, nanti kalau udah menikah jangan nunda punya anak ya, Una. Mama sama Papa udah pengin cucu lagi" pesannya.
"Iya ma, insha Allah kami nggak menunda"
"Ya udah, Una, nanti di lanjut lagi ya jangan lupa makan siang. Mama kasih teleponnya ke mas lagi ya Assalamualaikum"
"Iya ma, wa'alaikumsalam"
Ponsel kembali berpindah tangan ke Bhima. Mama dengan senyum puasnya, menatap Bhima seolah tatapan itu bicara 'bawa dia ke KUA segera!' Lalu mengangguk tanda setuju.
"Heii..., Calon istri ngomong apa aja sama calon mertua?" tanya Bhima sambil bercanda membuat pipi Jasmine di sana semakin memerah.
"Massss, aduh Aku malu"
"Kayaknya mas langsung bawa kamu ke KUA deh..., Mama emang gitu. Tapi asik kan?" Godanya.
"Iiih maaas. Jangan bercanda, aku semakin ciut nyali, Mama keren banget" ujarnya kembali mengagumi sang calon mertua.
"Kita bisa kayak mama papa nanti, bahkan lebih dari itu"
"Mesti lhooo, bikin senyum2 sendiri" Jasmine semakin tersipu malu.
"Bilang ayah sama ibu ya kalau mas mau ke rumah minggu depan"
"Iya, jangan sekarang-sekarang ya mas. Nanti mereka tahu kalau aku opname. Aku nggak bilang nanti ibu khawatir"
"Yaa nggak kok yang, nanti aja kalau udah keluar dari rs. You're very welcome my future, see ya soon"
"Nggeh mas, ya udah. Aku istirahat lagi ya, Assalamualaikum"
"Ya, mas mau mandiin Kavin dulu sekalian, lengket badannya. Wa'alaikumsalam"
Klik.
Mama yang masih duduk di samping Bhima mendengarkan pembicaraan anaknya dengan calon istrinya pun jadi ikut tersenyum karena keberanian Bhima menerima tantangan dari Jasmine untuk langsung menemui keluarga Jasmine disini.
"Udah, sana mandiin ponakannya"
"Ya maa..., jagoan! Kuy mandi" teriaknya, Kavin langsung berlari dan lompat ke gendongan Bhima. "Hap! Yuk kita mandii, lengkettt"
Kavin tertawa kerasa saat Bhima menggelitiki perut Kavin saat membuka bajunya lalu masuk ke kamar mandi.
Cocok kan Mas Bhima? 😂😂
"Kav, lihat Om"
"Hahahaha Om kumisan"
Dan akhirnya Bhima ikut mandi karena Kavin mencipratkan air ke bajunya hingga basah kuyup.
🐟🐠🐋🐠🐋🐠🐋🐟🐠🐡🐬
"Just keep swimming, just keep swimming"
Kavin menirukan suara Dory dalam film Finding Dory. Wajahnya tampak serius namun matanya agak sedikit sayu, mungkin karena kelelahan bermain. Si kembar pun juga asyik menonton dengan serius di kelilingi Oma-Opa juga Om nya.
"Kav, maem yuk?"
"Heum?" Kavin mulai uring-uringan.
Mama mengusap kening Kavin yang terasa sedikit amget. "Kav, anget? Ya Allah"
Kavin kembali uring-uringan saat mulai di pindahkan ke kamar namun tak mu jauh dari Bhima. "Ruam..." Gumam mama.
"Bian, telepon Mbakmu"
.
.
.
Tbc------
💊💊💊
Kira-kira Kavin kenapa ya? 😲😱
Halloooowww, maafkeun momsye baru update jam segini 😂😂😂😂 semalam terlalu lelah, gak sanggup ngetik sampai selesai 😂
Hope you enjoy this chapter 😍 leave comments and vote please 🙏
Danke,
Ifa💕
Mulmed: Raisa- Jatuh Hati 💕
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top