ROOM 53
Kesibukan pagi hari di kediaman Prayuda sudah nampak sejak setelah Shubuh tadi. Bik Minah juga sudah memulai acara masak-masaknya pagi ini, Mama sudah sibuk dengan tanaman-tanamannya dan Papa sibuk memberi makan Chiki dan Chiko, yang punya baru bangun hihihi.
Sementara Jasmine masih di kamar bersama Bhima yang sedang bersiap untuk berangkat praktik hari ini. "Mas," panggil Jasmine saat Bhima tengah merapikan isi tasnya.
"Iya sayang?"
"Aku nanti habis jemput kakak ke rs ya? Nggak apa-apa, kan?" izinnya.
Bhima mengernyit. "Ke rs mana nih?"
"Ke kmc nengok Jihan. Aku males ke rs mu, yang ada dikacangin mulu. Aku sama Chika kapok!" gerutunya saat mengingat ketika ia datang ke rs tempat Bhima menjalankan residensinya tapi Jasmine dan Chika malah dicuekin karena Bhima lebih sibuk dari saat di KMC dulu.
"Hahahaha maaf ya sayang," Bhima mengusap pipi Jasmine yang tiba-tiba menggelembung. "Yaudah boleh, hati-hati ya. Besok malam kita check up dedek, ingetin ya?" ujarnya sambil mengelus perut Jasmine yang sudah membesar.
"Iya ayah,"
Bhima merunduk dan berbicara di depan perut Jasmine. "Ayah penasaran. Kamu cewek apa cowok sih?"
"Apapun ayah. Yang penting sehat,"
"Aamiin," Bhima mengamini.
Jasmine juga bilang kalau Mama baru saja sampai, beliau tidaj jadi cuty karena klinik tidak bisa di tinggal. Bunda Ellea masih menjalani ibadah umrohnya, jadi otomatis Mama yang harus memantau klinik sendiri hari ini.
"Mama itu butuh rehat sebenernya. Yaudah nanti siang kamu ke sana deh, nanti mas jemput."
"Yakin jemput?"
Bhima terdiam seketika.
"Emm.., Hmmm." Bhima bahkan ragu-ragu dengan ucapannya sendiri.
"Nggak usah php."
Skak!
Yaelah. Diperjelas 😌
"Lihat sikon ya, nanti mas kabarin," putus Bhima akhirnta tak menjanjikan akan menjemput Jasmine dan Chika nanti sore di KMC.
Jasmine mengangguk. "Aku lihat si kakak dulu. Udah siap apa belum,"
"Iya,"
Jasmine menuju kamar Chika, di sana Chika tengah memakai kerudungnya. Ia sudah siap berangkat ke sekolah pagi ini setelah seminggu lebih liburan panjang karena kelas 6 ujian nasional.
"Kak? Udah siap?"
"Iya bunda, udah siap kok. Yuk turun," Chika membawa serta tasnya ke ruang tengah dan siap-siap sarapan bersama Oma dan Opa.
"Kakak mau lihat dedek twins bunda. Ayoo, kapan ke rumah sakit?" Chika antusias. Ia memang belum mengunjungi si kembar, rencananya memang hari ini. Termasuk Abang dan Double B.
"Nanti habis pulang sekolah ya. Bunda jemput terus kita lihat dedek kembar."
"Yeaayyy,"
Jasmine tersenyum melihat ekspresi Chika, semoga saja ketika nanti adiknya lahir, Chika bisa se-excited ini menyambutnya seperti ia menyambut kehadiran twins.
"Mama jadi praktik?" tanya Jasmine saat Mama sudah mendaratkan diri di kursi makan.
"Jadi. Padahal udah cuti," Mama membuang napasnya berat. Ia tak bisa menyalahkan siapa-siapa di sini, toh ini semua juga bagian dari tanggung jawab Mama sebagai seorang dokter, jadi harus rela berbagi waktu seperti ini.
"Setengah hari aja mam. Istirahat," rayu Jasmine agar Mama mertuanya ini mau bekerja setengah hari saja.
"Lihat nanti ya, kalau bisa mama setengah hari aja. Mama juga pegel-pegel." keluhnya.
"Tidur mam, mas yakin mama nggak bisa enak tidur semalem. Mas nggak mau ya mama jadi drop," Bhima ikut nimbrung saat sudah duduk di samping Jasmine. Anak mana yang mau lihat Ibunya sakit karena bekerja terlalu keras? Apalagi di usia seperti Mama ini, yang seharusnya sudah istirahat menikmati masa tua namun tidak ada dalam kamus beliau yang seperti itu.
Yang ada hanya melayani masyarakat dengan sepenuh hati juga keluarganya sendiri tak terlantar akibat pekerjaannya.
"Nggak mas, mama ya nggak apa-apa. Santai aja,"
Bhima hanya bisa geleng-geleng kepala saja mendengar ucapan Mama, sang baginda ratu Prayuda yang paling cantik.
"Kamu sendiri gimana, Una? Kapan cek up?" tanya Mama di sela-sela sarapannya.
"Besok InshaAllah. Doain mas nggak sibuk dan menepati janjinya mam. Kesel Una," gregetnya sendiri karena seringkali Bhima ingkar karena pekerjaan membelitnya.
"Hahaha, iya sayang. Masmu kalau soal anak ya nggak mungkin ingkar, kalau ingkar ya jitak aja. Tapi sejauh ini nggak ada apa-apa kan?" ujarnya lalu ikut terkekeh.
"Nggak apa-apa kok mam. Cuma mulai kenceng nih, dari pinggang ke bawah."
"Sok sibuk emang nih dokter rspp," dengkus Mama sebal. "Iya, emang udah deket-deket duedate ya gitu.. tahan-tahan yaa." ujar Mama lagi.
Makan pagi mereka terasa tenang dan damai, di selingi canda tawa dari Chika yang berceloteh saat makannya sudah selesai.
Lalu setelahnya Bhima pamit bersama Chika untuk diantar ke sekolah seperti biasa, Papa pun juga sudah berangkat. Kani belum pulang, dia ada shift semalam. Kini tinggal Jasmine dan Mama saja yang belum berangkat di rumah.
"Boleh lahiran normal kan?"
"Tergantung dokternya mam, ya luka di perut kemarin itu, tapi tetap aja."
Mama mengusap lengan Jasmine pelan. "Kalau bisa sih normal aja, Una. Karena sc itu lama recoverynya. Kemarin luka operasi pertama nggak besar kan? Dokternya nanya ya?" repet Mama.
"Nggak sih mam, laparoskopi. Kan pakai alat, tapi tetep aja tergantung dokternya."
Mama menatap menantunya itu sebelum kembali menjawab. "Kemarin cuma dilubangi aja, sepertinya bisa. Lagian kalian kenapa nggak di Kmc aja sih? Kan biayanya jadi kepotong lumayan."
"Una pengin tenang dari bisikan kanan kiri," jawab Jasmine to the point.
"Mama paham," jawabnya sambil mengelus perut besar Jasmine lalu mendapat respon dari dalam sana. "Eh! Denger yaa Oma ngomongin dedek, ya?"
"Seneng ya di ajak ngobrol?"
Mereka lalu tertawa bersama. Pagi yang indah memang harus selalu diawali dengan senyum manis nan hangat. Pelengkap pagi selain sarapan, tentunya sarapan batin seperti ini sangat dibutuhkan hingga bertahan sampai hari berganti dan matahari menyingsing kembali ke peradauannya.
Sementara sepanjang perjalanan ke sekolah, Bhima terus mengingatkan Chika agar nanti ketika bertemu twins harus bersih dan ganti baju sebelum masuk ke ruang rawat tantenya.
Chika memang sudah tak sabar bertemu dengan twins. Ia senang akhirnya punya adik perempuan, ia juga berharap bahwa adik yang ada di dalam perut Bundanya adalah adik perempuan. Bukan laki-laki seperti yang dikatakan Kavin kemarin-kemarin itu.
Sesampainya di sekolah, Bhima ikut turun mengantar Chika sampai ke depan kelas. Di sana ramai orang tua murid yang juga mengantar anaknya. Bhima yang datang dengan setelan kaos polo tangan panjang putih juga celana abu-abu, sneakers serta kacamatanya nampak maskulin sambil menenteng tas Chika dan tangan kirinya menggandeng sang putri.
Ayah keren zaman now , nggak malu buat nenteng tas sekolah anaknya 😎
"Ini kak, tasnya." Bhima menyerahkan tas Chika begitu sampai di depan kelas
"Iya ayah. Kakak masuk dulu ya," pamitnya lalu mengecup punggung tangan Ayahnya itu.
"Pinter, ayah berangkat dulu ya nak." Bhima lantas mengecup kening Chika sebelum berlalu meninggalkan kelas Chika dengan tatapan banyak orang.
Rasanya Bhima tak melakukan sesuatu yang aneh. Tapi mengapa tatapan orang-orang itu begitu ingin tahu apa yang Bhima bicarakan dengan putrinya.
"Pak Bhima!" panggil seseorang.
"Eh, pagi bu." sapa Bhima.
"Pagi, pak. Bisa bicara sebentar? Nggak buru-buru kan?" tanya Bu Rindam, kepala sekolah di sini.
Bhima melirik jam tangannya sekilas, ya cukuplah lima menit. "Ada apa ya, bu?" tanya Bhima akhirnya.
"Begini pak, sekolah kami akan mengadakan acara bakti sosial yang rutin di adakan tiap tahun. Rencananya hari senin depan di kampung belakang sini sepulang anak-anak dari sekolah. Nah, Pak Bhima dan Ibu Jasmine ini kan dokter, kalau boleh bapak dan ibu bisa kan berpartisipasi?"
Hmmm.. Bu Rindam modus 😰
Bhima mendengarkan dengan seksama lalu menjawab. "Dengan senang hati bu, sebenarnya. Tapi maaf, kalau hari senin saya nggak bisa, bu. Saya ada jadwal praktik dan istri saya juga nggak boleh aktivitas yang berat-berat. Tapi kalau ibu berkenan, saya akan bicara dengan Ibu saya untuk beberapa dokter dan suster yang akan berpartisipasi nanti." jelas Bhima, sebenarnya ia ingin, namun jadwal praktik yang padat menghalanginya.
"Oh? Begitu pak? Boleh-boleh, saya akan sangat senang kalau banyak yang membantu acara ini nantinya."
"Baik bu, nanti akan saya infokan lagi ya. Kalau begitu, saya permisi dulu, mari."
"Iya silakan, pak."
Bhima beranjak dari sana menuju mobilnya yang terparkir di halaman sekolah. Ia kembali bersapaan dengan aspal dan macetnya Jakarta di pagi hari seperti biasa menuju rumah sakit tempatnya menjalankan residensi.
❤️❤️❤️❤️❤️
Sepanjang hari ini Chika nampak lebih ceria dari biasanya karena sepulang sekolah ini ia akan di ajak bertemy dengan twins. Sekarang Chika tengah menggambar di kelasnya, sebentar lagi pulang, tugasnya sudah di kumpulkan dan kini ia sedang menggambar di buku gambarnya.
Bel sekolah berbunyi nyaring menandakan sekolah usai untuk hari ini, Chika segera membereskan barang-barang miliknya yang berserakan di atas meja kembali ke dalam tas. Setelah doa bersama ia serta teman-temannya keluar dari kelas.
Di kejauhan, Jasmine sudah menunggu di depan mobilnya, sengaja ia menunggu agak jauh, malas di tanya-tanya karena banyak ibu-ibu rempong berkumpul di tamab sekolah. Hari ini ia di antar Pak Amir untuk ke rumah sakit, Jasmine sudah melihat Chika dari jauh yang berlari ke arahnya.
"Jangan lari-lari kak," ujar Jasmine begitu Chika sampai di hadapannya dan mencium tangan Jasmine.
"Hehehe. Jadi nengok dedek twins ke rs kan bunda?" tanyanya antusias.
"Yuk langsung ke sana sekarang." Jasmine membawa Chika masuk ke dalam mobil.
"Bunda bawa baju ganti kakak nggak?"
"Bawa nanti ganti d rs aja ya,"
Chika mengangguk, ia lalu menunjukkan buku gambarnya yang tadi. Ia memperlihatkan hasil karyanya pada Bunda yang lalu dihadiahi kecupan-kecupan sayang hingga Chika tertawa geli.
Mereka sampai di KMC setengah jam kemudian. Jasmine di sapa beberapa staff dan Suster yang dekat dengannya lalu membawa Chika berganti baju di toilet.
Setelah bersih, barulah mereka naik ke lantai 8, tempat di mana kamar rawat Jihan berada. Chika tak henti bersenandung sepanjang menelusuri koridor sampai di depan ruangan tantenya yang sedang ramai kedatangan tamu teman-teman kerja Bian.
"Assalamualaikum," ucap Jasmine begitu membuka pintu.
"Wa'alaikumsalam," sahut semuanya serentak.
"Mbak Jas, Chika. Sini sayang,"
Jasmine dan Chika lantas mendekat ke bed Jihan. "Ji, selamat ya. Akhirnya," Jasmine memeluk Jihan hangat.
"Iya mbak, tinggal mbak nih. Nggak sabar,"
Jasmine mengangguk senang, ia juga tak sabar menanti kelahiran buah hatinya. "Jadi namanya siapa, Ji?"
"Riana Paradista Abiandra dan Rinjani Parmadita Abiandra."
"Ehh, kok unik namanya. Eh tapi ada nama Mas Bian sih?"
Jihan terkikik sendiri. "Iya mbak, bapaknya pengin eksis. Biar R twins diakui Papinya."
Jasmine tertawa mendengar alasan mengapa twins menggunakan nama Abiandra bukan Prayuda. "Ya nggak apa-apa. Nanti kayaknya juga mas Bhima mau sematkan namanya di belakang nama si dedek."
Sementara Chika tengah fokus pada twins yang sedang pulas tertidur di boxnya. Pipinya di toel-toel Chika pelan-pelan agar mereka tak terbangun. "Hihi, gembul, pipinya kayak bakpao."
"Kayak kakak ya?" tanya Jihan.
Chika menunjukkan deretan giginya, ia jadi semakin tak sabar juga menunggu adiknya lahir. Menit berikutnya para tamu yang menjenguk pamitan pulang lalu Aliya serta Kavin masuk ke dalam.
"Assalamualaikum," ucap mereka
"Wa'alaikumsalam,"
Aliya sibuk dengan Jihan dan Jasmine, Kavin melipir ke box twins R dan mendekat ke Chika. "Adik aku, nanti perempuan dong."
"Ih. Kata syapaa, adiknya mbak Chika tuh cowok, bukan cewek kayak twins. Wleeee," Kavin menjulurkan lidahnya menggoda Chika.
"Abang! Perempuan! Bukan laki-laki!!"
"Laki-laki!! Biar bisa main bola sama abang dan Zie!!"
"Perempuan!! Main boneka sama aku!! Iihhh!!! Itu kan adik aku!! Abang kan udah punya adik cowok!!"
Dan mereka ricuh.
Twins ikut terbangun karena bising suara kakak-kakaknya yang berebut omong dan terjadilah perpecahan tangis di ruang rawat itu yang sekarang mirip daycare karena ada bayi dan balita.
Aliya dan Jasmine memisahkan mereka dan sibuk mendiamkan keduanya. Sementara Jihan dan Bian menenangkan twins.
Chika dan Kavin melakukan aksi diam berjamaah sampai akhirnya mereka akan baikkan dengan sendirinya saat Kavin ingin ikut mewarnai bersama Chika yang ngemper di lantai ruang rawat bersama buku dan crayon pastelnya.
❤️❤️❤️❤️❤️
Mas Bhima hari ini, sampe rs mah ganti 😂 ini macem gini ke sekolah gimana nggak jadi tontonan ibu-ibu? Gimana Bu Rindam gak modus? Ada yang percaya muka begini anaknya mau 2? 😂😂😂
Hwallaawwhhhh momsye's back, akhirnya dengan sisa -sisa tenaga, dengan masih bersin dan badan rasanya gak karuan. Akhirnya kelar chapter ini uwuw 😍😘😘 nih yang udah nunggu dari kemarin, vote sama komennya yang banyak yaaa
Bintang dikiri, vote di sebelahnya.
#dahgituaja
#awastypo
Danke,
Ifa ❤️
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top