ROOM 52
A few months later
Jasmine sudah cuti sejak awal kehamilannya kemarin, itu pun karena terpaksa Bhima menyeret Jasmine pulang setelah hampir pingsan menangani pasien yang tak kunjung berkurang tapi justru bertambah.
Kini kesibukannya di rumah mengurus si kakak dan Bhima saja. Untuk menjemput sekolah bahkan Bhima tak memperbolehkan Jasmine menyetir sendiri, jadi Pak Amir yang harus bolak balik jemput.
Sudah berjalan 6,5 bulan kehamilan Jasmine, tidak ada kendala apapun, hal yang paling di syukuri Jasmine saat ini. Si kecil sehat-sehat saja, tapi tetap harus dengan pengawasan ekstra. Semoga akan terus sehat sampai akhirnya nanti lahir ke dunia.
Beberapa bulan lalu, Jasmine dan Bhima kedatangan tamu. Sengaja Bhima mengambil libur satu hari untuk bisa bertemu dengan tamunya ini bahkan sampai Mama dan Papa pun ikutan libur, Amanda juga datang, Aliya dan Adrian ikut meski lewat teleconference dari rumah sakit, merekalah tamu dari Dinas Sosial yang datang ke rumah untuk survey kelayakan Bhima dan Jasmine--serta keluarga sebagai orang tua dan keluarga asuh.
Terkait hak asuh atas Chika, semua berkas sudah lengkap tapi mengingat kejadian sebelum Chika bersama dengan Jasmine dan Bhima, membuat pihak dari dinas sosial sangat-sangat selektif agar tak terjadi untuk kedua kalinya.
Semua prosedur sudah selesai, surat izin dari dinas sosial untuk pengajuan sidang kepengadilan negeri juga sudah di limpahkan. Hingga akhirnya beberapa sidang sudah Jasmine dan Bhima lewati dengan perasaan deg-degan serta haru.
Hari ini, tepat di hari Jumat, satu jam sebelum sholat Jumat. Hakim sudah mengetuk palunya 3 kali dan menyatakan bahwa Jasmine dan Bhima memiliki hak asuh sepenuhnya atas nama Chika Anandea.
Alhamdulillah, berkah di hari Jumat. Jasmine dan Bhima pulang dari pengadilan dan langsung mencari Chika yang sudah pulang sekolah. Jasmine peluk erat putrinya, kini sudah resmi menjadi bagian dari keluarga Prayuda setelah semua yang di laluinya.
"Makasi ya, Mas. Kamu udah usahakan segalanya untuk kita, untuk kehidupan Chika." Jasmine berterimakasih pada Bhima atas semua apa yang di lakukannya selama ini.
Di sela-sela kesibukkannya menjalankan residensi, Bhima masih ikut mengurus semua berkas Chika sampai ia rela selama beberapa bulan ini harus terganggu pekerjaannya untuk menghadiri sidang hingga selesai.
"Aku emang udah janji, 'kan? Untuk memenuhi semuanya untuk Chika. Tugas kita saat ini adalah terus bersamanya, apapun yang terjadi karena Chika kini anak kita. Pesan mas, jangan pernah membedakan Chika dengan anak kita nanti, semua harus sama rata tidak kurang satu apapun," pesannya sambil menatap Jasmine dan Chika di pangkuan Bhima.
Chika memeluk Ayah Bundanya, ia juga bahagia sudah menemukan tempat baru, keluarga baru yang benar-benar sayang padanya, tanpa membedakan siapa dirinya sebelumnya.
Kini tinggal menunggu kelahiran adiknya yang masih di kandungan Bunda tercintanya itu.
❤️❤️❤️
Semua berkumpul lengkap di rumah Mama, ada si kembar juga double K. Kenzie sudah aktif merangkak dan merembet-rembet di tembok, Chika senang bermain dengan Zie karena Zie jarang menjahilinya.
Kalau Kavin, dia suka sekali menggoda Chika, ya karena itu caranya mengajak Chika bermain. Namun kadang bercandaannya kelewatan seperti sekarang, Chika berhasil dibuat menangis meraung oleh Kavin.
"Huaaaaaa!!! Abang mah gitu!! Bundaaaaa," adunya sambil menangis menghampiri Bundanya di ruang tengah.
"Lho lho, kenapa kakak?" tanya Jasmine heran begitu melihat Chika menangis di pelukannya dan semakin kencang ketika di tanya ada apa.
Zie hanya melongo melihat Chika menangis seperti itu.
"Itu...hiks...abang nakhaall bundaaahhh," tangisnya sesegukan.
"Nakal kenapa?" Jasmine mengerutkan dahinya.
"Chiko..hiks..Chiko di umpetin. Terus..hiks..terus bilang kalau adiknya kakak itu cowok, padahal kakak mau adik cewek, huaaaa bundaaaa," adunya pada Jasmine, yang lain malah tertawa, ehh Chika malah makin kencang menangis.
"Cep sayang cep nak. Abang becanda sayang," bujuk Jasmine lalu memeluk Chika agar tangisnya mereda.
"Ngh...,hiks." Chika masih menangis di sela-sela pelukannya.
Chika kesal karena Kavin sejak tadi selalu bilang kalau adiknya laki-laki, bukan perempuan. Kavin maunya laki-laki supaya punya sekutu untuk main bola nanti bersama Kenzie.
"Abang...," panggil Aliya geleng-geleng lalu berkacak pinggang saat Kavin masuk. "Kenapa mbaknya di tangisin begitu, abang?" selidiknya.
"Ehm...," Kavin terdiam, Aliya menghampirinya.
"Minta maaf sama mbak Chika. Abang nggak boleh gitu, mbak Chika kan', kakaknya abang juga. Sama kayak mbak Bryna, abang nggak boleh jahil, kasian tuh mbak Chika nangis nanti adik bayi di perut tante Jasmine sedih kakaknya nangis." jelas Aliya, Kavin tertunduk merasa bersalah.
"...nanti mbak Chika nggak mau main sama abang lagi emang abang nggak sedih?"
"Sedih. Nggak punya temen," sahut Kavin masih tertunduk.
"Ya udah, minta maaf sekarang sama mbak Chika." perintahnya lagi
Kavin menghampiri Chika, ia berjalan pelan ke arah Chika yang masih menyembunyikan wajahnya di balik tubuh Bundanya. Jasmine tersenyum, ia tahu Kavin hanya bercanda tadi.
"Mbak Chika," panggilnya. Chika enggan menoleh, ia malah mempererat cengkeraman tangannya di baju Jasmine dan enggan menoleh.
"...Mbak, maafin Abang. Abang bercanda," ujarnya lagi, Chika masih enggan berbalik.
"...janji deh nggak gitu lagi. Abang, kan' cuma bercanda. Maafin yaa," Kavin mengulang sambil mengulurkan tangan kanannya, tanda bahwa ia minta maaf sungguh-sungguh.
"Kak, itu abang minta maaf lho," bisik Jasmine. "Kak, Allah suka sama anak yang pemaaf, abang kan' udah bilang kalau dia bercanda, jadi maafin ya?" rayunya.
Chika menatap wajah Jasmine, seolah bertanya apakah yang dikatakan Bundanya itu benar? Tangan Kavin masih terulur, belum mau beranjak.
"Mbak, ih, maafin. Abang pegel nih," protesnya.
Protes Kavin di hadiahi tawa seisi ruangan yang sejak tadi memperhatikan Kavin yang gigih minta maaf meski Chika sepertinya enggan.
Chika berbalik, turun dari sofa dan menyambut uluran tangan tanda permintaan maaf itu. "Iyaa aku maafin. Awas aja ngumpetin Chiko lagi, nanti abang di omelin sama Akung, biarin aja!"
Lha? Kok ngancem ya?
Tawa yang lain semakin terdengar kala Chika mengucapkan sepenggal kalimat terakhirnya itu.
"Iya, janji, nggak lagi deh nggak."
Chika mengangguk dan duduk kembali di sofa. Ia masih enggan bermain dengan sepupunya itu, kini ia sibuk tiduran di paha Jasmine, menghadap perut besar di hadapannya.
Kebiasaan baru Chika setelah tahu ada adiknya di dalam sana ya seperti ini, apalagi ketika adiknya sudah bisa menendang dan merespon sentuhan juga saat Chika bicara. Ia jadi semakin sering tiduran di paha Jasmine.
"Sejauh ini gimana, Jas?" tanya Aliya sambil menyusui Kenzie. "Mual-mual udah nggak, kan'?"
"Nggak sih kalau itu pas awal aja. Sekarang-sekarang ya biasa mbak, cuma paling berasa kalau lagi gerak gini, pas di ajak ngobrol, atau main sama Kakaknya nih." cerita Jasmine semringah.
"Alhamdulillah kalau gitu, walaupun berat di awal ya?"
"Iya mbak, berat sih karena harus ninggalin kerjaan." sendunya tiba-tiba.
Aliya tersenyum. "Mbak juga waktu hamil Zie juga gitu, pasti kangen karena setiap hari sebelumnya kan kerja terus. Tapi enaknya ya bisa di rumah, habisin waktu sama anak-anak, anter jemput."
"Iya sih mbak, jadi bisa nemenin Chika juga di sekolah kayak kemarin-kemarin minta di tungguin biar kayak temen-temnnya. Walaupun aku cuma duduk aja sih,"
"Nggak niat gabung sama ibu-ibu rempong?" goda Aliya.
Jasmime tertawa. "Nggak, mbak. Makasi, nggak minat, jauh-jauh cukup kenal dan tahu aja. Kalau untuk gabung kayaknya..," Jasmine menggantung kalimatnya dan geleng kepala.
Aliya paham, dulu dirinya juga sama seperti Jasmine. Dia bahkan sampai dibicarakan orang karena katanya istri pemilik rumah sakit kok nggak mampu sewa baby sitter. Sejak itu Aliya jadi enggan datang ke sekolah buru-buru, lebih baik ia telat 5 menitan sampai ibu-ibu itu pulang dan Aliya menjemput anak-anak dengan tenang.
Sejak Kavin masuk tk juga Aliya jarang muncul, hanya beberapa kali dan jemput itupun kalau sempat. Datang ke rapat orang tua harus dengan Mas Adri, selesai lalu pulang.
Jasmine yang mendengar cerita Aliya jadi membayangkan sendiri. Segitu nggak punya kerjaannya mereka sampai membicarakan orang lain padahal jelas-jelas orangnya ada di situ.
"Biarin mbak, gugurin dosa." Jasmine terkikik, Aliya pun.
"Besok sabtu adikmu datang. Ngungsi ke sini, mau lahiran bentar lagi." ujar Mama saat duduk di sofa dengan Jasmine dan Aliya di sana.
"Oh iya? Ya nggak apa-apa mam, Jihan di sini aja. Daripada di apartment, sendirian nanti ada apa-apa kan nggak ada yang tahu. Dokter Fitri juga denger-denger masih sibuk di rs tempat kerjanya, jadi Jihan lebih aman di sini aja mam." sahut Aliya panjang.
"Mama juga mikirnya gitu. Paling nanti Fitri yang ke sini. Una nanti di sini apa di ibuk?" tanya Mama beralih pada Jasmine.
"Di sini aja kalau mama nggak repot, ibuk sama ayah ya bolak-balik aja mam." sahut Jasmine.
"Yawes gitu aja, biar ramai rumah mama. Kayak gini kan, enak lihatnya. Tuh cucu mama pada main semua, akur, nanti nambah lagi tiga. Makin ramai deh,"
Ucapan Mama di sambut anggukan anak dan menantunya ini dengan antusias.
"Tinggal si Kani tuh mam, belum." celetuk Bhima.
"Iihh maasss!! Apa sih!!" Kani melempar bantal dari kasur bawah yang sedang di tidurinya.
"Aduh! Bu Bidan galak banget, cowok mana ada yang mau!" godanya sekali lagi.
"Bodo!!! Mama, mas tuh." adunya.
"Mulai deh tom and jerry! Udah pada gede, nggak tahu umur emang gini nih." Mama geleng-geleng kepala melihat kelakuan dua anaknya ini.
Bhima memeletkan lidahnya ke arah Kani saat ia duduk di samping Jasmine. Kani hanya menggeram sebal sambil mengepalkan tangannya.
"Dasar! Mentang-mentang udah nikah! Awas ya, nanti adek dapet yang lebih ganteng dari mas!!" ancamnya.
"Widihh, siapa?"
Skak.
Kani diam seketika. Mengatupkan mulutnya tak jadi bicara.
Sial.
"Mamaaaaa," rengeknya lagi, Bhima malaj tertawa.
"Mas," Jasmine mencubit perut Bhima. "Iseng banget, pantesan Kavin iseng ya mbak Al. Oom nya aja begini!" gerutu Jasmine.
"Emang. Dari kecil mereka tuh, Bhima iseng dan Kani selalu jadi bahannya." celetuk Aliya kemudian.
"Hhh, aku di bully." pasrah Kani, tawa Bhima meledak seketika.
❤️❤️❤️❤️❤️
Hahahaaaiiii... Kemaleman ya? 😂😂 Semoga masih pada bangun yaa, ternyata masih jam 10 😂😂 kirain udah jam berapa 😂😂
Btw, monmaap telat update, harusnya kemarin tapi terkendala riset kilat part ini yang lumayan panjang jalannya
Terimakasih buat Ibu Pengacara ku sayang, yang nggak punya wattpad atas penjelasan dan pencerahan hukum sah anak asuh secara negara 😆😁😁
Juga buat Pak Ustad gaul yang selalu dengerin saya kalo butuh riset, akhirnya terjawab sudah semuanya. Dan Lega rasanya, setidaknya kalau ada yang bertanya, saya tahu harus jawab apa 😆😆 makasi udah mau di repotin sampe buka 7 kitab islam buat lihat hukum-hukum hak asuh anak asuh secara islam 😁😁😁
#dahgituaja
#awastypo
#SalamSnelli
Danke,
Ifa ❤️❤️
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top