ROOM 51
Sebelumnya....
Rs Siloam, TB Simatupang
Sengaja Bhima memilih rumah sakit selain KMC, entah kenapa sepertinya Bhima sedang mencoba membuat Jasmine menghindar dari mulut-mulut yang membicarakannya. Ia juga bosan mendengar beberapa orang yang bilang dan masih menuding mereka nepotisme.
Klasik. Lagu lama kaset kusut!
Tepat dugaan mereka bahwa sudah ada janin yang bersemayam di sana dengan sehat sejauh ini hampir 5 minggu ternyata.
Jasmine juga menceritakan riwayat kesehatannya mulai dari operasi waktu itu hingga kegugurannya yang lalu. Merunut dari semua kejadian itu, terlebih keguguran Jasmine kemarin di sebabkan karena kelelahan yang berlebih jadi Obsgyn yang menangani Jasmine kini menyarankan untuk sejenak rehat dari aktivitasnya.
Jasmine seketika murung, ia tak ingin jadi lemah karena kehamilannya ini. Ia tahu, sangat tahu karena kehamilannya ini berisiko tinggi dan risiko keguguran untuk kedua kalinya akan terulang jika, jika Jasmine lalai dan mengabaikan semua perintah yang dianjurkan, lagi.
"Jadi saya benar-benar harus bed rest, dok?" tanya Jasmine sekali lagi pada Obsgyn yang bernama Celine ini.
"Seperti yang saya katakan tadi bu. Jadi kalau memang ibu sayang dengan janin di kandungan ibu, pasti ibu tahu apa yang
harus di lakukan bukan? Terlebih ibu dan bapak sekalian juga dokter, 'kan?" jelas dr. Celine dan agak sedikit menekan kata terakhirnya membuat Jasmine sedikit tercekit.
Bhima menatap Jasmine yang sedang terdiam, mungkin meresapi kata-kata dokternya barusan. Ia tahu, Jasmine pasti bimbang karena buktinya waktu jatuh sakit saat masih di Belanda saja, Jasmine tetap memaksa bekerja dan baru berhenti saat kondisinya benar-benar drop. Itupun harus Bhima sampai mendiamkan dan marah padanya dulu baru Jasmine menurut.
Bhima tak ingin kejadian yang lalu terulang. Cukup jadikan pelajaran dan cukup terjadi sekali seumur hidup, Bhima tak ingin lagi, apalagi Jasmine? Iya 'kan?
Karena kehilangan itu menyakitkan dan Bhima tak ingin merasakannya untuk kedua kalinya.
"Baik dok, kalau begitu kami permisi." pamit Bhima pada dr. Celine dan membawa Jasmine keluar dari ruangan itu bersama hasil print foto usg tadi.
Jasmine masih diam sampai keluar dari rumah sakit. Bhima juga malas berdebat sekarang, ia tak ingin menambah pikiran Jasmine, biarlah ia berpikir apa yang terbaik untuk dirinya juga calon anak mereka.
❤️❤️❤️❤️
Usai pengumuman kehamilan Jasmine saat pagi di kejutan ala-ala Bhima dan Chika itu. Ia mulai kebanjiran doa dari anggota keluarga yang lain.
Rasa bahagia terus meliputi hati Jasmine, namun satu yang mengganjal sejak kemarin. Bhima memang tidak mengungkit soal apa yang di katakan dr. Celine saat pemeriksaan kemarin. Namun auranya berbeda, Jasmine tahu suaminya.
Terbukti dari percakapan teleponnya, Bhima lebih antusias mengobrol dengan Chika dibanding berbicara dengannya. Ada nada dingin tersirat saat Bhima memintanya pulang dengan Pak Amir saja, bukan dengan taksi seperti kemarin.
Rasanya pedih dan sedikit perih mendengar suara Bhima jadi datar-datar begitu saja. Jasmine jadi serba salah, ia masih bimbang dengan segalanya karena satu sisi ia masih ingin bekerja sampai setidaknya hingga usia kandungan 7 bulan baru ia akan mengambil cuti panjang.
Dan benar saja saat sampai di rumah, Bhima masih mendiamkannya dan malah memilih bermain dengan Chika di ruang tengah. Jasmine sedang mudah sekali menangis, moodnya gampang berubah-ubah karena hormon kehamilannya ini.
"Bundaaaa," suara Chika menghentikan tangisnya, ia segera menghapus jejak air matanya dan menarik selimutnya dan pura-pura tidur.
"Yahh, bunda bobok." gumam Chika lalu naik ke atas tempat tidur, mengusap pipi lalu mencium Bundanya.
"Bunda bobok kak?" tanya Bhima saat masuk ke kamar dan ikut merbahkan dirinya di tempat tidur.
"Iya ayah." sahutnya lalu manyun.
Jasmine masih bisa mendengar suara Chika dengan jelas karena memang ia tidak sepenuhnya tertidur.
"Kakak, besok ikut ayah sama bunda kondangan ya?" ajak Bhima sambil mengusap-usap kepala Chika, Jasmine masih dengar, ia memang tahu besok mereka akan pergi ke undangan pernikahan teman SMA Jasmine.
"Tapi besok kita ke rumah Uti, 'kan?"
"Iya, habis ke kondangan terus lanjut ke Uti. Besok yang cantik yaaa,"
Ciuman selamat tidur mendarat di kening Chika, ia sudah pulas sekarang namun Bhima belum bisa ikut tertidur. Ia masih terjaga dan melihat Jasmine tidur memunggungi dirinya juga Chika.
Hhhhhh.
"Aku cuma nggak mau kamu kenapa-kenapa, yang." gumam Bhima lalu mematikan lampu tidur di atas nakas samping tempat tidurnya.
Esok paginya, Bhima berusaha menekan egonya untuk tidak marah pada Jasmine saat ini namun sesegera mungkin ia akan mengurus masa cuti Jasmine agar mereka tak bertengkar lagi seperti ini.
"Kondangan jam berapa, bun?" tanya Bhima saat keluar dari kamar mandi dengan rambut yang masih basah.
"Jam 11 aja, yah." sahut Jasmine mencoba tersenyum.
"Oke,"
"Bundaaa, kita jadi pergi, 'kan hari ini?" tanya Chika langsung berhambur ke arah Bundanya.
"Jadi sayang, kakak udah siapin bajunya? Sama baju buat ke rumah Uti?"
Chika mengangguk antusias karena habis acara siang hari ini mereka akan menginap lagi di rumah Uti.
❤️❤️❤️❤️❤️
Selesai dengan kondangan, mereka bergegas menuju Cilandak. Chika sudah pulas tertidur di bangku belakang karena kelelahan, atau kekenyangan, eh (?)
Sepanjang perjalanan Chika benar-benar pulas tak terusik apapun hingga sampai di rumah Uti, Chika belum bangun juga.
"Kak, udah sampe rumah Uti sayang." Jasmine coba membangunkan Chika pelan-pelan.
"Ngantuk kakaak," rengeknya enggan membuka matanya.
"Bobok di dalem yuk sama ayah ya," Bhima langsung menggendong Chika masuk ke dalam rumah walau sedikit rewel.
"Assalamualaikum," ucap Jasmine.
"Wa'alaikumsalam,"
Jasmine langsung menghampiri Ibu dan menyalaminya. "Eehh baru mau ditelepon. Kirain nggak kesini,"
"Ayah mana?"
"Biasa tuh ayahmu di belakang, angon kelinci. Cucu uti bobok ya?"
"Iya bu, bawa ke kamar dulu ya."
Ibu mengangguk, Jasmine langsung duduk di sofa ruang tengah. "Habis kondangan dulu tadi buk. Jadi siangan deh sampainya."
"Oalaa, pantesan rapi banget." Ibu memperhatikan Jasmine dari atas ke bawah.
Beliau sadar ada yang beda pada putrinya ini. Terlihat dari pipinya yang sedikit chubby, atau hanya efek baju yang sedikit mengembang?
"Kok kamu gendutan, Una?" cetus Ibu begitu saja sambil terus memperhatikan.
"Nanti Una kasih tahu, Una ganti baju dulu." pamitnya tiba-tiba.
"Eh, kenapa lho? Yawes sana ganti," pasrah Ibu padahal beliau sudah penasaran dengan jawaban putrinya.
Saat di kamar, Jasmine segera menggantikan Chika dengan kaos super adem juga celana legging panjang warna biru. Dia sudah pulas tertidur lagi, Bhima juga sama, dengan kaos singlet dan celama bahan yang masig terpasang, ia tidur menghadap Chika. Wajah itu nampak lelah, Jasmine tahu Bhima mengerjakan banyak pekerjaan di rumah sakit.
Selesai dengan Chika, kini giliran ia yang berganti baju. Ia lepas satu persatu semua pentul yang tertancap di kerudungnya hingga rambutnya tergerai panjang lalu mengganti bajunya dengan daster batik panjang andalannya ketika di rumah.
Pantas saja ibu sadar kalau Jasmine agak sedikit 'gemukan' dada dan perutnya sudah ada perubahan. Jasmine mengelus pelan perutnya, di dalam sana ada janin yang tengah tumbuh dan berkembang. "Sehat-sehat ya dek. Bunda nggak sabar mau gendong kamu," bisiknya lalu melirik pada dua kesayangannya yang kini terlelap di atas tempat tidur seolah tak ingin di ganggu, senyum manis terbit kemudian.
Jasmine turun ke ruang tengah, ada Ayah dan Ibu yang sedang mengobrol. Jasmine langsung menyapa dan memeluk Ayahnya, cinta pertamanya. Love of her life.
"Gimana Chika di rumah?" tanya Ayah.
"Tambah pinter kok. Seminggu kemarin kan dia libur, minta ikut kerja, yawes Una bawa aja." sahut Jasmine, ya semingguan ini selama libur sekolah Chika memang ikut menemani Bundanya kerja.
"Alhamdulillah, nggak rewel kan di ajak kerja?" timpal Ibu.
"Nggak. Udah ngerti kok dia, kapan waktunya manja sama Una, kapan waktunya nggak boleh ganggu bundanya,"
"Pinter cucu ibuk, duh Lama-lama dia terbiasa, kamu juga dulu sering ikut ibuk kerja." tukas Ibu, Jasmine terkekeh saja.
"Dan dia mau punya adik buk, yah." lolosnya begitu saja membuat Ibu dan Ayahnya melongo.
"Hah? Maksudnya?" keduanya menatap Jasmine dengan bingung.
"Alhamdulilah Una hamil lagi yah, buk." ujar Jasmine lalu tersenyum.
"Alhamdulillah," Ibu langsung memeluk Jasmine, akhirnya setelah banyak cobaan yang menerpa kehidupannya, kini bahagia di depan mata. "Udh berapa minggu?"
"5 jalan 6 minggu buk,"
"Alhamdulillah. Apa kata dr nya? Semua sehat kan sejauh ini?" tanya Ibu sembari mengelus perut Jasmine.
"Doakan ya, buk. Una akan berusaha menjaga dedek agar tetep sehat."
"Insha Allah, ibuk selalu doakan anak-anak ibu, cucu ibuk juga. Ada indikasi kembar juga?"
"Belum tau kalau itu buk,"
"Apapun itu, yang penting kalian berdua sehat."
Jasmine mengangguk, mengiyakan ucapan Ibu.
"..Ibuk percaya yang namanya dokter itu pasti melakukan yang terbaik untuk pasiennya." tambah Ibu.
"Nggeh buk,"
"Mual muntah masih? Pagi aja kan?"
"Iya biasaa, tapi ngga berat kok."
"Alhamdulillah.. ngerti cucu ibuk." Ibu menatap Jasmine dengan binar mata bahagia, ahh, kenapa Jasmine harus melewati masa seperti apa yang di lewatinya dulu?
"Kamu ada ngidam apa dek?" tanya Ayah kini.
"Apa ya yah? Nggak ada, sih. Una juga bingung, nggak ada pengin apa-apa."
"Kalau ada bilang aja sama Ayah nanti dicariin." ujar Ayah lalu merangkul putrinya. Rasanya baru kemarin ia lahir, baru kemarin ia masuk taman kanak-kanak, sekolah dasar dan seterusnya hingga lulus kuliah kedokteran di luar negeri lalu kini sudah menjadi ibu.
Betapa waktu berjalan amat sangat cepat. Terlalu cepat atau kita yang terlalu larut? Rasanya ingin mengulang lagi dari awal masa-masa itu, namun tak mungkin. Kini Ayah dan Ibu hanya bisa menyaksikan perputaran itu kembali pada cucu-cucu mereka, bukan lagi pada Jasmine.
Seandainya, ya, seandainya.
Tak lama, Chika turun dengan muka bantalnya, ia terbangun karena tak ada Bunda di sampingnya saat tidur. Chika ini adalah tipe anak yang kalau tidur, rewel cari Ayah, dan bangun cari Bunda.
Setelah salaman pada Uti dan Akungnya, Chika segera di bawa mandi dan di suapi makan sore dengan Jasmine di halaman belakang, seperti biasa, sambil main dengan kelinci-kelinci milik Chika yang sengaja di beli Akung untuk peliharaan Chika di sini.
❤️❤️❤️❤️❤️
Maghrib sudah lewat, begitu selesai salam lalu doa, Chika langsung ngacir ke ruang tengah. Ada Akung di sana yang juga baru selesai sholat dan kini sedang menonton teve.
"Bundaa," Chika belok ke dapur saat melihat Bundanya.
"Iya kakak sayang,"
"Bunda mau ngapain?" tanya Chika berjingkat sedikit melihat Bunda di balik meja dapur.
"Kakak di ruang tengah dulu ya, sama akung. Bunda mau bantu Uti masak."
Chika mengangguk lalu berlari kecil menghampiri Akungnya yang sedang serius menonton. Tak lama Bhima turun dengan masih mengenakan sarung dan koko usai sholat tadi yang belum di lepasnya.
"Kak," panggil Bhima.
"Iya ayah?" sahut si kecil namun matanya masih menatap televisi yang sedang menanyangkan film Cinderella.
"Udah ngaji tadi?" tanya Bhima lalu ikut duduk di sofa.
Chika diam seketika. Ia kabur seusai doa tadi, padahal biasanya kalau Ayahnya sudah pulang atau memang libur, Chika pasti tidak akan boleh beranjak dari sajadahnya sampai mengajinya selesai.
"Hmm? Hayo," tak mendapat jawaban, Bhima lantas menciumi pipi Chika terus menerus.
"Belum," cicitnya nyaris tak terdengar. "Hehe, jangan marahin kakak." kekehnya.
"Kok gitu? Pantesan ayah tadi nyari lho kakak kok udah nggak ada. Buru-buru apa sih? Kakak laper?" rentet Bhima yang terus menanyakan kenapa Chika absen mengaji selepas maghrib tadi.
"Nggak. Kakak cuma mau nonton teve aja
Iya tadi kakak langsung kesini. Maaf Ayah." ujarnya lalu tertunduk merasa bersalah.
"Heummm, ya udah lain kali jangan gitu ya, kak." Bhima menasehati.
"Iya ayah. Ngajinya habis isya aja, maaf ayah."
"Iyaa, nonton apa sih? Sama akung serius banget."
"Ituu nonton Cinderella. Ulangan kata akung."
"Emang kakak ngerti?"
Chika lalu nyengir menunjukkan deretan giginya dan menggeleng tidak paham. Yang ia tahu film ini hanya tentang seorang gadis yang di jahati ibu dan kedua kakak tirinya. Itu saja.
"Ayah, masih sibuk di kampus, yah?" tanya Bhima saat film tadi sedang iklan.
"Masih, le. Masih bimbingan sama anak-anak yang mau skripsi. Kamu sendiri bagaimana? Udah mulai sibuk ya?"
"Iya, yah. Udah mulai residensi." sahut Bhima sambil merangkul Chika yang kembali serius menonton.
"Heum, tapi tetap luangkan waktu yaa. Apalagi Una harus betul-betul kamu perhatikan,"
"Iyaaa, makanya itu, yah. Bhima mau mengajukan pindah ke KMC tapi prosedurnya berat dan riweh," keluhnya.
"Lho emang ppds di mana? Rs lain?"
"Bhima dapet di rspp yah. Ya seneng sih, karena di satu sisi punya pengalaman baru. Tapi kalau tahu Jasmine hamil gini ya ketar ketir juga," ujarnya khawatir.
"Adekmu suruh cuti aja, le, sampai melahirkan nanti."
"Iya, habis ini Bhima akan urus cutinya Una, walaupun dia agak berat, walapun harus berantem dulu."
"Sabar-sabar sama adekmu ya."
"Nggeh, yah."
Obrolan mereka terhenti karena makan malam sudah selesai dan siap di santap. Mereka berlima lalu kumpul di meja makan dan menikmati makan malam.
❤️❤️❤️❤️❤️
Senin siang, Poli 2 Kemang Medical Center
11 siang. Sebentar lagi istirahat, namun tanda-tanda berkurangnya pasien tidak juga terlihat namun yang ada semakib bertambah.
Musim pancaroba sudah di mulai, musim yang kini sudah tak jelas kapan hujan kapan panas. Bahkan bisa seharian hujan atau seharian matahari terik sekali bahkan cuaca yang tadinya panas bisa tiba-tiba hujan dan petir menggelegar.
Entah ini sudah pasien ke berapa, rasanya Jasmine lelah sekali walaupun sudah di bantu beberapa koas junior yang masih di stase poli umum.
"Dok, istirahat dulu aja. Dokter pucat sekali," ujar Fanny, salah satu koas yang hari ini menemani Jasmine di dalam.
"Nggak apa-apa, Fan. Tuh, di depan masih penuh gitu apa tega saya istirahat sementara mereka nunggu saya kelamaan?"
Fanny terdiam. Ya, iya, sih tapi kan dokter juga manusia. Fanny dan teman koas lainnya serta suster juga sudah tahu bahwa Jasmine tengah hamil saat ini. Bahkan Suster Fitri saja selalu mewanti-wanti Jasmine agar tak menerima banyak pasien perharinya dan bisa di limpahkan ke poli 3 atau 4.
Namun kalau tidak menolak bukan Jasmine namanya, ia masih merasa kuat dan tetap menerima pasien walau bukan dalam batas wajarnya.
Pandangan Jasmine mulai kabur saat ia bangun dari duduknya, ia bertumpu pada meja di depannya mengumpulkan fokusnya dan berusaha tidak limbung.
Tapi tubuhnya berkata lain, ia limbung dan untung saja Fanny menangkapnya lalu lantas heboh. "Dok, dok astaga." ia membawa duduk Jasmine ke sofa bersama Suster Fitri yang segera memberinya minum.
Lalu meminta koas lainnya untuk memberi tahu Suster di depan dan mengalihkan pasien ke poli 3 dan 4 dengan amat terpaksa.
Suster Fitri reflek menelepon Bhima yang saat itu sedang bersiap istirahat makan siang. Ia segera menuju KMC dengan kecepatan penuh.
Jasmine masih berbaring di bed ruangannya karena kepalanya terasa berputar-putar sekarang. Ia pasrah saja kalau setelah ini Bhima akan membawanya pulang dan memintanya cuti hingga melahirkan nanti
Dan benar saja, 15 menit kemudian, pintu ruangannya terbuka menampakkan Bhima dengan raut wajah khawatir serta Mama Nadia di belakangnya yang tak kalah khawatir pula.
"Jasmine..., Kamu itu kenapa sih? Kalau sudah tahu tidak kuat, kenapa masih memaksa?" repet Mama Nadia, Jasmine hanya menunduk. Ia bersalah kali ini.
"..masmu udah urus cuti kamu sampai melahirkan nanti. Barusan kami dari ruangan dokter Adrian, dan langsung acc cuti kamu. Jadi mulai besok pagi, kamu di rumah saja." lanjutnya.
Uggh. Jasmine tidak suka ini tapi mau bagaimana lagi kalau sudah Mama Nadia dan Mas Adrian yang berbicara. Ia pasrah saja.
Mama Nadia langsung memeriksa Jasmine dan memastikan semua baik-baik saja. Beliau juga sudah tahu kalau Jasmine periksa kandungan di rs lain, dan ia tak masalah.
"Sekarang, Bhima bawa Jasmine pulang. Biarkan dia rehat, jangan melakulan hal berat apapun itu. Bedrest total." pesan Mama Nadia.
"Iya mam, Bhima akan awasi Jasmine di rumah." sahut Bhima. "Ayo, kita pulang." ajak Bhima sambil membantu Jasmine bangun dari posisi berbaringnya dan membawanya pulang ke rumah.
❤️❤️❤️❤️❤️
Hwallaawwhhhh momsye's back!! 😍😍😘😘😘
Akhirnya mbak Jas cuti jugaa 😥😥😥
Nih bonus buat kalian 😍😘
Bumils cantik 😍😍
#dahgituaja
#awastypo
#salamsnelli
Danke,
Ifa 💕
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top