ROOM 50

Bhima, Chika, Mama dan Papa serta Kani sedang menyiapkan sesuatu di meja makan, Jasmine belum turun sepertinya, dia masih siap-siap di kamar.

Semalam, Bhima minta tolong Kani untuk membeli red velvet cake untuk hari ini, Jasmine ulang tahun. Yaa, walaupun bukan sesuatu yang wajib dirayakan, namun alarm di ponsel Bhima sudah bunyi, kedap kedip mengingatkan bahwa hari ini Jasmine berulang tahun.

Bhima naik ke atas saat suara Jasmine menggema memanggilnya. Secepat kilat ia sampai di atas sebelum Jasmine turun ke bawah, Bhima masuk ke kamarnya dan menutup mata Jasmine dengan kedua tangannya.

"Eh? Ngapain sih," protesnya sambil  Bhima membawanya keluar dengan hati-hati.

"Diem dulu kenapaa bun,"

"Nggak usah becanda udah siang. Ayo berangkat, Chika mana?" protesnya lagi namun Bhima tak peduli, ia terus membawa Jasmine hingga ke ruang makan.

Bhima berhenti tepat di meja makan, ia berbisik sesuatu sebelum melepas tangannya dari mata istrinya itu. "Fijne verjaardag, schat" lalu mencium pipi Jasmine dan melepas kedua tangannya.

"Suprise!!"

"BUNDAAA!! Selamat Ulang Tahun!" pekik Chika langsung memeluk Bundanya.

Jasmine balas memeluk Chika. "Ya ampun, bunda lupa nak."

"Happy birthday sayang," Bhima juga ikut dalam pelukan hangat itu lalu mengecupi kedua nafas hidupnya bergantian.

Rona bahagia terus nampak di wajah Jasmine dan Bhima, ada sesuatu yang akan mereka umumkan setelah ini, walaupun sekarang tidak lengkap namun pasti nanti Mama juga akan mengumumkannya di grup whatsapp keluarga.

"Makasih mas. Kalian kok sekongkol sih,"

"Sama-sama sayang," kecupan manis mendarat di kening Jasmine.

Lalu bergantian dengan Mama, Papa yang memeluk menantunya ini. Menggumakna doa di sela pelukannya, doa terbaik agar segalanya diberikan kemudahan, serta kekuatan menghadapi cobaan apapun yang menghampiri.

"Makasih mamaa, papa."

"Sama sama, nak."

"Mbakku selamat ulang tahun," Kanika kali ini.

"Iyaa. Makasi dek, bu bidanku."

Chika merengek minta potong kue. Jasmine menuruti dan di potongnya kue red velvet kesukannya itu. Suapan pertama tentu untuk sang Suami tercinta, yang selalu ada di sampingnya apapun yang terjadi, menghadapi segala terpaan badai bersama.

Tak pernah lelah mengingatkan bahwa apapun yang terjadi pasti akan berbuah manis, yang selalu berjanji bahwa akan selalu di sisi Jasmine, takkan meninggalkannya dan akan selalu berusaha membuatnya bahagia.

"I love you, mas." gumam Jasmine sambil mengecup punggung tangan Suaminya itu.

"More than you know," kecupan hangat nan dalam kembali mendarat di keningnya, pelukan hangat berbalut doa di bisikkan Bhima. Perasaan bahagia, haru dan segala macamnya bercampur aduk.

Selesai dengan kue, Jasmine dan Bhima bersiap memberi pengumuman besar. Yang kemarin berhasil membuat keduanya menangis bahagia di ruang Obgyn salah satu rumah sakit. Bukan KMC, tapi rumah sakit lain.

"Ma, pa, semuanya." ucap Jasmine, semua menoleh ke arahnya. "Jasmine juga mau bilang..." Jasmine menggantung ucapannya dan malah melemparnya ke Bhima, biar dia saja yang mengumumkan.

"Bilang apa?" tanya Mama heran.

"Biar mas Bhima aja. Hehehe," cengirnya.

Bhima tersenyum, lalu menatap anggota keluarga yang lain. "Keluarga kita bakal kedatangan anggota baru. Ma, pa, dek."

"Maksudnya?" Papa heran.

"Jasmine hamil lagi, ma, pa. Alhamdulillah, kemarin udah periksa juga dan udah sekitar 5minggu lebih." jelas Bhima dengan mata yang berkaca-kaca.

"Alhamdulilah," Mama langsung memeluk Jasmine lagi.

"Doain ya, ma." pintanya.

"Aamiin sayang. Sehat-sehat ya." ujar Mama sambil mengelus perut Jasmine.

"Iya ma, insha Allah."

Hadiah terbaik yang pernah Jasmine dapatkan sepanjang hidupnya kini adalah mengandung. Sesuatu yang tak pernah di sangkanya akan datang dan di ketahuinya beberapa hari menjelang ulang tahunnya.

"Bundaaaa, kakak mau punya adek yaaaa???" sekarang Chika ikut heboh setelah mendengar ucapan Ayahnya tadi.

"Iya kakak mau punya adek. Kakak jagain yaa," Jasmine mengelus kepala Chika.

"Horeeeeyyyy," pekiknya bahagia lalu memeluk Bundanya lagi. Ini yang di tunggunya, mengingat kejadian sebelum Chika ada di sini, ia tak pernah sebahagia sekarang. Dulu ada rasa takut tersingkir karena kehadiran anak kandung, namun entah mengapa sekarang rasanya ia bahagia akan mendapatkan adik.

"Iya kakak jagain adek kok. Bunda jangan kerja yaa??" mohonnya dengan mata besarnya menatap sang Bunda.

"Lho, bunda harus kerja sayang," sahut Jasmine.

"Nanti bunda capek. Kasian adek," ujar Chika sambil mengelus perut Bundanya seolah memohon agar Bunda di rumah saja.

"Bunda dirumah aja yaa. Ya ayah,  bunda dirumah ajaa," mohonnya sekali lagi pada Ayahnya lalu memeluk Bundanya.

"Iya nanti bunda harus di rumah kak, tapi nanti yaa. Hari ini bunda harus kerja," Bhima kembali memberi pengertian pada Putri kecilnya ini.

Chika nampak berpikir sejenak. "Tapi kakak ikut lagi ya? Jagain  bunda,"

"Iya, kakak boleh ikut bunda." putus Bhima.

"Yeaayyy. Hari ini kita ikut bunda dek, kamu jangan rewel yaaa," Chika berbisik pada perut Bundanya. Yang lain hanya melihatnya dengan tertawa.

"Kakak jangan rewel ya," Opa mengecup pipi Cucunya ini.

"Iya Opa, kakak nggak rewel kok. Ya kan bunda,"

Jasmine mengangguk mengiyakan ucapan anaknya. Mereka lalu pamitan berangkat kerja duluan karena hari semakin siang dan Bhima harus menempuh perjalanan ke RSPP menerjang macetnya Jakarta.

💕💕💕💕

"Kapan kasih tahu ke ibu, yang?" tanya Bhima saat perjalanan mereka ke rumah sakit.

"Nanti aja weekend, mas. Sekalian nginep ya."

"Siap bumil. Nanti kita ke sana."

Jasmine menoleh ke belakang, hari ini Chika enggan duduk di pangkuannya. Katanya dia berat, nanti Bunda pegal, kasian adek nanti kejepit.

Chika sedang asyik dengan buku di tangannya, gawai atau apapun itu namanya, tak menarik perhatian Chika sama sekali padahal Bhima sudah membelikannya bulan lalu agar ia tak berebut dengan Kavin kalau bermain.

Namun nyatanya iPad berwarna silver itu menganggur begitu saja di meja belajar Chika. Ia lebih tertarik pada buku-buku yang ia punya, Chika hanya menggunakan iPad nya sesekali. Itu pun kalau buku bacaannya sudah tak ada lagi, ia sudah baca semua dan belum dibelikan yang baru. Tapi kalau sudah ada buku baru, iPad kembali pada tempatnya.

Yah, kasian iPad, jadi pelarian sesaat Chika. 😂😂

Mereka sampai di rumah sakit, Jasmine dan Chika bersiap turun. "Aku turun ya, yah. Kamu hati-hati." pamitnya lalu mengecup punggung tangan Bhima.

"Iya, kamu juga. Urus cuty kamu segera, mas nggak mau kamu kerja."

Jasmine terdiam seketika. Ia ingat kata Obgyn yang kemarin memeriksanya, ia memang harus istirahat total karena riwayat kegugurannya yang lalu.

"Urus sekarang atau nanti mas yang bilang sama mas Adri?"

Jasmine masih diam saja. Ia bingung, satu sisi ia ingin bekerja, namun sisi lain ia harus memikirkan kandungannya juga.

"Pikirkan baik-baik, kalau kamu sayang pasti kamu akan turuti aku."

Jasmine hanya mengangguk mengerti. Chika juga ikut pamitan setelah ia diam dan melihat Bhima menceramahi Jasmine. Chika memang tidak paham, tapi ia tahu kalau Ayahnya itu marah.

Mereka bergegas turun dan Bhima segera melajukan mobilnya keluar dari kawasan RMC.

"Bunda, ayah, marah ya?"

Jasmine berusaha tersenyum menanggapi pertanyaan Chika lalu berjongkok mensejajarkan tingginya dengan Chika. "Nggak sayang, ayah nggak marah. Udah yuk, masuk."

Chika mengangguk pasrah di gandeng masuk ke dalam rumah sakit. Mengikuti langkah kaki Bundanya menuju ruangannya yang tak jauh dari lobby dan rupanya sudah banyak pasien mengantre.

💕💕💕💕💕

Hwallaawwhhhh momsye's back 😘😘😘

Selamat ulang tahun mbak Jas, you've got your best birthday gift ever. 💕💕💕💕

Pendek aja, aku update mas Bian habis ini ya 💕💕

#dahgituaja

#awastypo

#salamsnelli

Danke,

Ifa 💕

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top