ROOM 4
Konak Restaurant, Beukenplein, Amsterdam, Netherland
Sebenarnya acara tahunan PPI belum selesai, sebenarnya juga di sana melimpah makanan khas Indonesia yang pastinya di rindukan para mahasiswa/mahasiswi perantauan macam Jasmine dan Bhima.
Tapi mereka merasa tidak nyaman dengan acara tersebut jadi mereka memilih untuk keluar dari sana dan mencari makanan di sekitar tempat acara dan ternyata restoran halal di sini cukup jauh jadi mereka harus menaiki bis untuk ke sana, salah satu restoran turki kesukaan Bhima kala berkunjung ke Amsterdam.
"Saya baru tahu di sini ada resto turki yang seenak ini" ujar Jasmine saat menyelesaikan potongan pertamanya.
Bhima tersenyum sambil mengunyah makanannya. "Yaa, aku sering ke sini kalau libur dan butuh hiburan" jelasnya.
"Sama pacar ya?" sergah Jasmine, Bhima menggeleng. "Lalu?"
"Sendiri aja, nggak ada pacar juga. Kalau kamu, punya?" Bhima balik bertanya. Jasmine terkekeh.
"Nggak ada" jawabnya singkat dan tersenyum.
Aduuuhh..., kuat-kuat Bhima. Jasmine senyumnya manis banget kayak habis ketumpahan gula.
Detik berikutnya mereka saling menyelami isi kepala masing-masing, hanya hening yang berpendar saat mereka sama-sama menyelesaikan makannya.
"Oh ya, habis ini langsung balik ke Leiden?" tanya Bhima saat Jasmine selesai meneguk air dalam gelasnya.
"Yaa, saya kembali ke Leiden untuk mengambil tas saya dan setelahnya harus ke Denhaag"
"Denhaag?"
"Saya ko-as di sana" jawabnya Jasmine sekenannya dan di tanggapi anggukan dari Bhima yang kembali sibuk dengan salad sayuran di hadapannya.
Pertemuan singkat itu harus berakhir saat Jasmine berpamitan pulang ke apartementnya yang tak jauh dari apartement Bhima.
Jaraknya hanya beberapa blok saja, tapi apalah daya, Jasmine hanya ada di hari-hari liburnya saja dan selebihnya ia berada di Denhaag menyelesaikan ko-asnya di sana.
🏪🏪🏪
A few months later
Leiden University Medical Center
Bhima baru saja selesai round visit dan sekarang ia sedang menginput beberapa data pasien ke dalam medical record mereka.
Saat Bhima tengah sibuk dengan berkasnya ada seorang wanita berparas cantik, berambut burgundy, namanya Kathlyn, mahasiswi lokal dan sedang berusaha mendekati dan menarik perhatian Bhima.
"Hi lieve" sapanya dengan genit. Bhima hanya melirik tidak peduli.
"...You're so busy. Let's get some food" ajaknya namun Bhima hanya diam.
"I have so many works. Pergilah sendiri" jawab Bhima dingin.
Kath mencebikkan bibirnya beberapa centi saat lagi-lagi Bhima menolak ajakannya. Pasalnya bukan satu atau dua kali Kath mengajak dan terus di tolak Bhima, ini mungkin sudah ajakan ke ratusan kalinya semenjak Kath mengenal Bhima.
"Oh please, Bhim. Sekaliiii saja, kenapa sih kau susah sekali untukku ajak makan?"
Bhima hanya melengos pergi saat mendengar protes dan meninggalkan Kath dengan tatapan kesalnya.
Lalu Kath menggerutu sendiri saat lagi-lagi Bhima meninggalkannya dengan sikap amat-sangat-dingin. Lain ketika ia sedang menangani pasien, terlebih anak-anak.
Lebih baik sekarang Bhima mengunjungi ruang rawat anak-anak di lantai atas daripada ia harus bertemu dengan Kath.
Sungguh sebenarnya Bhima jenggah dengan sikap Kath, padahal sudah jelas bahwa Bhima menolak, ia sudah pernah menolak secara halus bahkan sampai kasar dan membentak Kath karena kelepasan namun itu semua tak menyurutkan keinginan Kath untuk mendapatkan dan memenangkan hati Bhima.
"Hi schatje. Kenapa cemberut?" tanya Bhima saat berjongkok menghadap anak perempuan berusia 8 tahun yang duduk di kursi roda dengan selang infus di tangan kanannya yang sedang menatap ke arah jendela.
Anak itu bernama Cesca, ia sedang berjuang melawan sakitnya yang ia derita beberapa bulan yang lalu. Leukimia. Penyakit yang sedang menggerogoti tubuh mungilnya, Bhima jatuh hati pada Cesca saat melihat matanya birunya berbinar.
Cesca mengingatkannya pada Bryna dan penyakit Cesca mengingatkannya pada cerita sang Mama mengenai ibu asuh Bhima serta ketiga saudaranya.
Penyakit yang membuat beliau pergi untuk selamanya dan membuat Kakaknya sedih selama bertahun-tahun.
Anneke, ya satu nama itu yang kini ada di kepala Bhima, ia memang tak mengenak ibu asuhnya lebih jauh seperti Aliya mengenalnya, Anneke pergi saat Bhima dan Bian juga Kanika baru berusia beberapa bulan dan ia baru mendengar semua cerita tentang Anneke ketika menginjak SMA.
"Cesca, kenapa sayang?" tanya Bhima lagi.
"Ces bosan. Ces ingin pulang" ujarnya pelan dan menatap Bhima dengan nanar.
Bhima lantas menarik Cesca dalam pelukannya dan mengelus punggung Cesca dengan sayang.
"Tunggu sembuh dulu, baru Cesca pulang ya?"
Cesca menggeleng lemah dan kembali cemberut. "Cesca ingin main seperti anak-anak lain" ucapnya lesu sambil menatap jendela dengan nanar.
Bhima tersenyum getir. Ia tahu penyakit ini sangat sulit untuk di sembuhkan, ia sangat tahu bahkan.
Tapi, Bhima dan dokter lain yang menangani Cesca belum memperbolehkannya keluar dari gedung ini, Cesca harus menghabiskan semua waktunya di sini, bersama dengan alat-alat kedokteran, infus dan harus terbiasa dengan obat-obatan yang membuat semua rambut pirangnya rontok karena kemoterapi.
"Soon. Secepatnya Cesca boleh keluar, tapi tidak sekarang.
"...Cesca harus sembuh dulu, tidak absen minum obat, makan yang cukup dan istirahat" pesan Bhima sambil mengelus tangan kiri Cesca yang bebas dari infus, tangan mungil itu semakin hari semakin mengecil, tubuhnya semakin kurus.
"Cesca sudah makan?" tanya Bhima, Cesca menggeleng lagi.
"...Ah, sebentar. Kita makan ya, aku suapi?" ia menggeleng lagi.
"...Cesca..., please?" mohonnya sekali lagi, Cesca menatap Bhima dalam.
"Tapi Ces punya satu syarat untukmu" ujarnya.
"Apa itu?" Bhima siap mendengarkan permintaan Cesca.
"Cesca mau malam ini Ab temani Ces tidur" pintanya dan mengucapkan panggilan kesayangannya pada Bhima.
Ab begitu Cesca memanggilnya, nama pendek dari Abhimata.
Bhima menautkan alisnya dan tersenyum lalu mengangguk mengiyakan permintaan Cesca.
"Oke, Ab akan menemani Cesca malam ini. Tapi Ces harus makan, oke?"
Cesca mengangguk dan tersenyum, akhirnya setelah di bujuk Cesca mau memakan makanannya dengan lahap walau sebenarnya semua makanan yang Cesca makan hampir tak ada rasanya. Hambar.
Sama seperti keadaan hati Bhima saat ini.
Entah apa yang Bhima rasa saat ini, sejak hari pertama ia bertemu Jasmine di auditorium kampus beberapa bulan yang lalu rasanya Bhima tak ingin Jasmine pergi kemana-mana padahal ia bukan siapa-siapanya Jasmine, hanya kenal sambil lalu. Tegur sapa di Line bahkan tidak setelah hari itu.
Bhima pikir, perasaan ini akan hilang seiring berjalannya waktu dan kesibukannya di rumah sakit akan membuatnya lupa, namun sepertinya ekspektasi Bhima kali ini salah besar, buktinya sudah lewat dari 3 bulan ini perasaan Bhima pada Jasmine tak berubah sedikitpun.
Ia tak ingin berekspektasi tinggi pada Jasmine karena ia sendiri pun tak tahu apa yang Jasmine rasa sama dengan apa yang ia rasakan akhir-akhir ini.
Bhima bukan hanya terpesona pada senyum yang terukir pada bibir tipis Jasmine, tapi Bhima kagum pada pilihan Jasmine untuk tetap berkerudung walau banyak tekanan dari sana-sini.
Seperti yang di alami teman seangkatan Bhima yang sempat mendapatkan tekanan yang sama hingga akhirnya ia tidak kuat dan memutuskan untuk kembali ke Indonesia akibat tekanan besar yang di timbulkan dari sehelai kerudungnya yang di kenakannya.
Bhima hanya bisa menghela nafasnya dengan berat saat mengingat kejadian demi kejadian itu. Padahal teman-teman lain yang berasal dari Indonesia sudah cukup mendukungnya untuk tetap berada di sini namun apalah arti sebuah dukungan tapi tak di imbangi dari diri sendiri.
Ia tersenyum kecil saat mengingat Jasmine lagi. "Hhh, Jasmine. You're different. Why are you make my feels like this? How dare you? Do you feel the same what i feel?" gumamnya sambil menidurkan Cesca dalam gendongannya.
Perasaan apa sebenarnya yang Bhima rasa pada Jasmine? Apa Jasmine merasakan hal yang sama dengannya?
🚑🚑🚑
Uuuu.., selamat hari minggu.
Mas Bhima kembali nih, semoga kalian suka ya. Baru banget nih nulis yang genrenya romance-yang beneran romance. Jadi, hampura atuh nya kalau rada aneh. Hahaha
#DahGituAja
Vomentnya jangan lupa tinggalin, tuh ada bintangnya di pojok kiri 😂😂
Danke,
Ifa💕
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top