ROOM 35

"Chika, lihat sini, Chika" ucap Bhima meminta Chika menoleh ke arah kamera.

"Hai ayaahhh," Chika menoleh dan melambaikan tangannya ke arah Bhima, Jasmine terlihat sedang mengejar Chika di taman, tampak gurat bahagia keluarga kecil yang sedang menikmati quality time nya bersama dan Bhima sibuk mengabadikannya.

Tapi itu semua...

KRIIINNNGGGG!!!!

"Ah shit! Cuma mimpi!" Umpatnya kesal. Ia meraba sebelahnya, Jasmine pasti sudah bangun.

*****

Leiden 4 months later.

Minggu ini adalah minggu terakhir Bhima juga Jasmine di Leiden, Belanda. Semua kegiatan koas dan intern sudah selesai di laksanakan, semua berkas-berkas perkuliahan juga kepulangan sudah beres di tangan, tinggal menunggu hari-hari terakhir di sini.

Akhir-akhir ini Bhima maupun Jasmine, keduanya sering memimpikan Chika. Terus begitu hingga mimpi Bhima barusan, efek sudah terlalu lama di tinggal dan rindu yang semakin dalam dan membuncah tiap harinya.

Tiada hari tanpa video call seusai atau sebelum berangkat kerja, itu lah mereka selama 6 bulan belakangan ini dan lusa, Bhima juga Jasmine akan berangkat pulang ke Jakarta, Chika juga sudah tahu.

Bhima keluar dari kamarnya setelah mencuci muka dan sikat gigi, selepas shubuh tadi Bhima kembali tidur. Ia menuju dapur, wangi masakan menguar dari sana, wangi salmon yang di goreng dengan butter juga wangi kentang kukus. Sarapan sehat kalau kata Jasmine.

Bhima memeluk Jasmine dari belakang, ia masih mengenakan apron memasaknya hanya bisa berdeham saat Bhima menyurukkan kepalanya di lekukkan leher Jasmine lalu mencium pipinya dengan sayang.

"Duduk, mas. Aku nggak bisa masak dong kalau gini," protes Jasmine akhirnya karena Bhima tak kunjung bergerak dari sana.

Bhima terkekeh lalu melepaskan pelukannya dan membiarkan Jasmine melanjutkan acara masak memasaknya. Selesai sudah dua potong salmon dan kentangnya sudah di tumbuk, kini Jasmine sibuk platting dengan salad juga tomat cherry yang menghiasi dua piring di hadapannya.

"Bon appetite!" Jasmine menghidangkan sarapan sehat di hadapan Bhima. Dengan mata berbinar Bhima segera menyantap salmon di hadapannya, tepat setelah Jasmine duduk di hadapannya.

"Hmm, selalu enak," senyum Bhima muncul sambil terus mengunyah. "Anak-anak betah deh kalau Bundanya jago masak kayak gini,"

Jasmine hanya bisa tersenyum kecil tanpa memberikan tanggapan apapun saat Bhima bilang anak-anak. Apa? Bahkan sampai saat ini dirinya belum juga ada tanda-tanda kehamilan.

Pernah, dua bulan lalu saat tiba-tiba Jasmine telat satu minggu. Perasaannya langsung membuncah saat semingguan itu belum juga kedatangan tamunya. Tapi apa yang di dapat saat mencoba 3 testpack yang di belinya, semua seolah mengejek dengan hanya ada satu garis merah nampak di sana. Jasmine telat bukan karena hamil, melainkan hanya siklusnya saja yang berubah.

Ia tak ingin kecewa dua kali.

"Hey, are you okay?" Bhima mengernyit saat mendapati Jasmine belum menghabiskan sarapannya. Sepertinya ia salah bicara.

Jasmine menggeleng tanda tak apa namun bukan Bhima namanya jika tak mampu mengorek informasi dari istri satu-satunya ini.

Jasmine masih diam.

"Sayang?" Bhima meraih jemari Jasmine yang bebas di atas meja. Mengelusnya perlahan dan menatap manik mata hitam itu dalam-dalam.

"Maaf ya, mas," Jasmine tertunduk dalam. "Kamu pasti nunggu banget ya?"

Bhima tersenyum, ia bangkit dari tempat duduknya lalu pindah ke sebelah Jasmine. Merengkuh istrinya dalam peluk hangat, mengusap punggungnya, menangkup wajah lalu mengecup keningnya dalam.

Mata Jasmine basah, air matanya meluncur dengan tidak sopan, lagi. Ia lelah menangis sebenarnya, tapi apa? Nyatanya batin Jasmine belum bisa menerima kenyataan bahwa dirinya belum juga di beri kepercayaan.

"It's okay, schatje," ujarnya. "I'll wait for it." Kecupnya sekali lagi.

"Tapi--"

"Sshhh! Allah tahu kapan waktu yang tepat, dia ada di sini," Bhima mengelus perut Jasmine. Lalu ia membungkuk dan membisikkan sesuatu.

"Assalammualaikum, segera hadir sayang. Bunda dan Ayah selalu nunggu kamu." ujarnya manis.

"...,Yuk, daripada kita sedih-sedih begini, mendingan kita cari oleh-oleh untuk krucils. Terutama  buat Chikchik, yuk?" ajaknya.

"Belum mandi," gumam Jasmine.

"Yaudah, yuk mandi,"

"Aakk!!" Jasmine terpekik saat Bhima menggendongnya menuju kamar dan masuk kamarmandi.

💕💕💕

Dengan kereta, mereka akhirnya pergi ke Amsterdam, Albert Cyup Markt tujuannya. Dengan membawa koper kosong berukuran sedang mereka melenggang pergi kesana. Sekitar 1 jam kemudian, mereka sampai di Amsterdam, berjalan sebentar lalu di sambut pasar sudah buka sejak jam 10 pagi tadi.

Langit yang tampak mendung tak mengurungkan niat mereka untuk berbelanja oleh-oleh untuk krucils. Beberapa di antaranya seperti tempelan kulkas, gantungan kunci, baju dan tas. Yang paling wajib adalah stroopswaffle, makanan favorite untuk di bawa ke Jakarta.

Bryna pasti senang di bawakan banyak stroopswaffle 🤤


Tak lengkap rasanya bila ke sini tidak ikutan jajan. Puas dan lengkap sudah oleh-oleh yang di dapat termasuk mainan-mainan lainnya. Jasmine mendadak haus saat melihat jus dingin saat matahari mendadak muncul dengan teriknya di langit Amsterdam hari ini.

"Haus, yang?" ledek Bhima saat melihat Jasmine begitu semangat meminum jusnya.

"Kamu, mah, tega! Udah tahu air mineral di sini lebih mahal daripada jus ginian! Kenapa segala di tinggal Tupperware aku?" Sungut Jasmine masih tak terima akibat Bhima meninggalkan botol air minum yang sudah ia isi penuh-penuh tadi di meja ruang tamu.

Bhima cengar-cengir dan menggaruk kepalanya yang tidak gatal itu. "Hehehe, ampun, yang. Ya udah, gantinya mau waffle nggak?" Tawar Bhima ingin menyogok Jasmine agar tak marah lagi.

"Hmmm, boleh," putus Jasmine akhirnya.

Bhima meminta Jasmine untuk menunggu di stan jus saja bersama dengan koper mereka, biar Bhima yang kembali ke stan waffle tadi, eh dia juga jadi ikut jajan Patat alias french fries, alias kentang goreng diberi potongan bawang bombay, saus dan mayonaise.


Bhima kembali ke tempat Jasmine menunggu dengan makanan di kedua tangannya. Jasmine hanya bisa geleng kepala melihat kelakuan Bhima, kalau kesini, pasti Bhima tak lupa jajan Patat. Penjualnya saja sampai hafal.

Setelah membeli dua botol jus lagi, mereka keluar pasar dan mencari tempat duduk dan makan dengan santai. Hiruk pikuk pasar yang berbeda dengan pasar di Indonesia, Jasmine, dulu paling malas kalau diajak ke pasar. Tapi setelah bertahun-tahun hidup disini, ia jadi rajin ke pasar, selain harga lebih miring, pasar disini rapih.

"Bakalan kangen sama tempat ini, mas," ucap Jasmine sambil memotong wafflenya.

"Iya, tempat kita pacaran tiap weekend ya?" sahut Bhima.

Jasmine tertawa kecil mengingat setiap weekend tiba, pasti mereka kesini, membeli keperluan rumah. "Iya, ya. Nanti kita ajak Chikchik kesini ya, mas. Dia, pasti senang," senyum merekah di wajahnya. "Bunda pulang sayang!" batinnya.

"Iya, next time, kita ajak dia. Sebagai permintaan maaf kita ke Chika," sahut Bhima sambil merangkul Jasmine.

Puas berkeliling dan kaki sepertinya keriting. Mereka memutuskan untuk pulang, merapikan lagi bawaan mereka, mengepak beberapa barang yang harus di kirim duluan ke Jakarta karena tidak mungkin masuk bagasi pesawat.

✈️✈️✈️

Schipol International Airport

Hari ini mereka pulang dan di antar Meghan sampai ke bandara. Sehari sebelum pulang, Jasmine sempat mampir kembali ke Den Haag, mengunjungi Oma Martha dan berpamitan padanya.

Oma sedih saat tahu Jasmine dan Bhima akan kembali ke Indonesia. Beliau bahkan sudah menyiapkan hadiah untuk Jasmine dan saat dibuka, itu adalah topi dan sepatu rajutan untuk bayi.

Beliau tahu, Jasmine cerita tentang kondisinya, bukan maksud Oma untuk membuat Jasmine sedih, tapi ini untuk menguatkannya bahwa suatu hari ia pasti  bisa. Dan, satu hadiah lagi untuk Chika, atasan garis-garis berwarna merah dan navy juga pita untuk Chika. Beliau juga ingin kenal dengan cucunya itu setelah beberapa kali ikut video call bersama Jasmine.

Meghan melepaskan kepergian sahabatnya itu dengan mata bengkak. Ia menginap di apartment Bhima sejak kemarin malam, ia masih tak rela kalau Jasmine harus pulang secepat ini. "I'm gonna miss you!"

"Me too," balas Jasmine sambil memeluk Meghan dengan erat. "Kunjungi kami, Chika ingin coba tiramisu buatanmu,"

"I will! Sampaikan salamku untuknya, ya!" Ujarnya berusaha ceria.

Usai airport drama yang dibuat Meghan, akhirnya Bhima dan Jasmine masuk ke pesawat. Ia sudah tak sabar untuk segera sampai di rumah secepatnya, ada yang menunggunya pulang, ibarat air, mungkin rindunya sudah tak terbendung lagi. Ini sudah di luar batas, ternyata seperti ini menahan rindu pada anak walaupun tak terikat secara darah tapi rasanya ikatan batin mereka kuat.

Dan perjalanan panjang kurang lebih 13jam dimulai. Pesawat lepas landas meninggalkan Schipol, melintasi negeri kincir angin yang sudah menjadi rumah kedua bagi pasangan muda ini.

Di Amsterdam mereka pertama kali bertemu dan di Lisse, Keukenhof Bhima melamarnya. Kenangan manis yang terjadi di kota ini akan menjadi kenangannya, susah, senang, manis, pahit, tertawa menangis terekam jelas di ingatan mereka.

Suatu hari nanti, mereka akan menceritakan kisah ini pada anak-anak mereka.

🛬🛬🛬

Jakarta, Kediaman Prayuda

Mama yang tahu anak lelaki dan menantunya akan sampai hari ini langsung menjemput Chika dari panti sejak dua hari lalu. Ia akan tinggal bersama dengan Ayah Bundanya begitu mereka datang, Chika sempat bertanya-tanya mengapa semua pakaian dan mainannya di bawa ke rumah Oma namun Omanya itu diam saja hanya memberi senyum, tanda semua baik-baik saja.

Nanti semua akan kumpul di rumah besar ini. Eh salah, markas besar keluarga Prayuda, akan ada Opa Mario dan Oma Ellea juga Aluna,  double B dan Kavin, Adrian dan Aliya yang tengah hamil besar tinggal dalam hitungan beberapa minggu anak ke empatnya akan lahir sebentar lagi.

Bian dan Jihan sedang dalam perjalanan kemari. Jihan di titah menginap di rumah bersama Kani dan Aluna

"Ayok Chika, kita jemput ayah bunda di bandara," ajak Oma setelah selesai menggantikan Chika baju. Krucils belum ada yang datang.

"Yuk, oma, Chika udah nggak sabar ketemu ayah bunda!" Ujarnya ceria sambil menuruni tangga, Opa juga sudah menunggu di bawah.

Bersama dengan Pak Amir, mereka pergi ke bandara. Lalu lintas Jakarta pagi ini tidak terlalu padat, melewati jalan tol yang langsung ke bandara jadi tidak memakan waktu yang cukup panjang.

Mereka langsung turun di terminal kedatangan internasional. Sejak kemarin Opa sudah men-track Bhima lewat aplikasi Flight Stats jadi tidak akan menunggu lama karena sudah tahu kapan pesawatnya tiba. Benar saja, baru 15 menit mereka menunggu pesawat KLM sudah mendarat dengan cantik di runaway.

Chika sudah melonjak kegirangan saat diberitahu bahwa pesawat yang membawa Ayah dan Bundanya sudah mendarat langsung minta mendekat ke pintu kedatangan agar tak sulit mencarinya.

Dua orang yang tak asing lagi bagi Chika terlihat sedang mendorong trolley dengan beberapa koper menumpuk di atasnya.

"BUNDAAAAAA!!!" Chika melepas genggaman tangan Opanya dan berlari menerjang beberapa orang di depannya tanpa peduli menuju sang Bunda yang nampak terkejut melihatnya.

Jasmine merentangkan tangannya, menangkap Chika dalam pelukannya. "Anak Bundaa," Jasmine memeluk malaikat kecilnya yang berhasil membuat hatinya porak poranda karena rindu.

Bhima ikut larut dalam pelukan bersama anak dan istrinya, mengecupi wajah anaknya sebanyak mungkin.

"Chika kangen!"

"Iyaa, ayah bunda juga," Bhima mencium pipi Chika dengan manis.

"Kenapa ayah bunda lama perginya?" gumamnya.

"Maaf sayang, bunda sama ayah, kan, sekolah," sahut Jasmine.

"Bhim, Una," sapa Mama Papa sambil menghampiri mereka bertiga. Pelukan itu lepas lalu mencium tangan orang tuanya bergantian. Mama Papa lantas memeluk anak dan menantunya ini.

Puas melepas rindu di sini, mereka langsung menuju mobil dan kembali pulang. Barusan Aliya bilang kalau semua sudah kumpul di rumah, Pak Amir bergegas tancap gas agar segera sampai di rumah.

Sejak tadi Chika tak mau lepas dari pangkuan Ayahnya. Sambil bercerita apa saja, Chika membuat Ayah Bundanya terjaga walau sesungguhnya mereka lelah luar biasa.

Sampai di rumah, mereka di sambut tiga krucils yang sudah menunggu sejak tadi. Lengkap semua tak kurang siapapun, rumah kembali ramai seperti sediakala.

"Mbak, udah gede banget!" Seru Jasmine usai memeluk kakak iparnya itu. "Kapan due date?"

"Masih 3 mingguan lagi. Kayaknya dia lahir nanti kalau om tantenya udah kerja di rs, biar bisa nemenin ya," sahut Aliya sambil mengelus perut besarnya, Jasmine hanya menanggapi dengan senyum.

Miris. Jasmine mencelos. Hhhh.

Setelah mandi dan berganti baju, semua kumpul di ruang tengah sambil membuka koper yang isinya banyak sekali oleh-oleh. Chika senang bukan main saat Bundanya memberi hadiah dari Oma Martha dan langsung minta di pakai.

💕💕💕

Makan malam hari ini terasa lain, senyum sejak tadi tak terlepas dari wajah Mama dan Papa. Mereka berdua senang, keluarga kecil yang sekarang tidak kecil lagi ini kembali berkumpul bersama.

Menggelar karpet, makan liwetan dengan penyetan ayam, sambel, tahu, tempe, lalap dan sayur asem andalan mama Lanny dan bunda Ellea. Semua lahap memakan sampai ludes tak tersisa.

Laper ribut, kenyang diam. Itulah mereka kini 😆😂

Para pasukan bocah cilik sudah santai asik nonton film disney bersama Aliya, sementara yang lain sibuk cuci piring dan bekas makan lainnya.

Sementara di taman belakang, Papa dan Adrian sedang tanding catur. Bian dan Bhima jadi wasitnya

"Ayah," panggil Chika sambil mengosok-gosok matanya, ia mengantuk.

"Iya sayang?" sahut Bhima.

"Bobok,"

"Ya udah, yuk. Pa, mas, Bhima pamit dulu ya. Chika ngantuk banget kayaknya,"

"Iya," sahut mereka semua serempak.

Bhima lantas menggendong Chika yang sudah 5 watt itu dan memanggil Jasmine untuk segera naik ke atas dan tidur. Bhima juga lelah, jetlag melanda.

"Bunda," panggil Bhima.

"Eh? Kenapa Chika, yah? Ngantuk?"

"Iya, nih, udah bobok," Bhima memutar tubuhnya menunjukkan bahwa Chika sudah pulas di gendongannya.

Jasmine mengelus kepala Chika lalu pamit juga pada yang lain dan ikut Bhima naik ke atas. Bhima meletakkan Chika di tengah-tengah kasur king sizenya, Jasmine juga ikut rebahan di samping Chika.

"Akhirnya bobok bertiga," ujar Jasmine sambil mencium kening putrinya itu.

"Iya, ya, yang. Setelah 6 bulan," sahut Bhima lalu menarik selimutnya, Chika menggeliat lalu nemplok di dada Bundanya.

"Ya udah, yuk, bobok. Besok kita ajak Chika pergi," ajak Jasmine.

"Yuk," Bhima mematikan lampu utama dan menyalakan lampu tidur di samping nakas dan ikut terlelap bersama kedua malaikat hatinya yang kini sudah masuk ke alam mimpi. "Sweet dreams, love," gumamnya lalu terpejam.

Satu yang ku tahu bahwa janji Allah itu pasti💕

Tbc---

😚😚😚

Yeayy, mas Bhim dan mbak Jas pulang, Chika senang, heheyy 😆😆💕💕💕 maaf ya kemarin di bikin nangis jamaah 😂😂 sekarang nggak deh🙏😘😘

#dahgituaja

#awastypo

#awasbaper

Danke,

Ifa 💕

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top