ROOM 26
Everybody have their own struggle and problem.
No one should be arrogant and Think so highly of themselves and look down on others.~
__________
Watch out Typo's and 18+ pillow talk
_______________
Persiapan pernikahan Bhima dan Jasmine tinggal 1% lagi. Besok, status mereka akan berubah, sah menjadi suami dan istri di mata agama dan negara. Walau kadang terbersit rasa ragu di hati, namun mereka berdua kembali mengingat hal apa yang sudah mereka perjuangkan hingga sejauh ini.
Jasmine tahu kekurangan dirinya, ia takut akan kenyataan, ia takut menghadapinya, tapi Bhima terus meyakinkannya bahwa mereka bisa melewati ini bersama dan berusaha menabahkan hati bila nantinya hal itu terjadi.
Bhima selalu berusaha untuk menjadi pundak paling nyaman untuk Jasmine bersandar, tempatnya berbagi kala senang maupun duka. Bhima mempertahankan Jasmine walaupun sekuat tenaga Jasmine meminta untuk di tinggalkan waktu itu.
Kini, selangkah lagi mereka akan memasuki gerbang kehidupan baru, menyatukan dua pikiran yang lain jadi satu. Memasuki dan membuka lembaran hidup yang baru, yang mereka takkan tahu ke depannya akan seperti apa.
Kini rumah Bhima tengah ramai orang ada Jihan, Aluna serta Oma Bunda dan Opa Ayah, sampai bude dan pakde dari Surabaya pun ikut datang, tetap dengan minus Bagus. Mama yang undang.
"Lan, Aliya dan anak-anaknya mana?"
"Nggak tahu, mbak Dina. Mungkin masih di jalan. Daripagi memang belum kesini, lagi main ke rumah mertuanya..." Jawab Mama sambil meletakkan piring penuh camilan.
"Oalaa pantesan..."
Belum sampai lima menit, Aliya, Adrian serta krucils datang dengan keriuhannya.
"Eh tuh kayaknya mereka datang deh.." ucap Mama, dan benar saja, Kavin langsung berlari meminta di peluk Omanya.
"Omaaaaaa..." Pekiknya begitu masuk rumah.
"Cucu Omaaa..." Peluknya.
"Darimana? Kok baru datang..?" Tanya Papa.
"Dari pondok Indah pap, sekalian nyekar ke makam Aurel. Adiknya mas Adri..." Jawab Aliya sambil menyalami satu persatu keluarganya yang ada di sana.
"Oh habis nyekar..." Sahut Mama.
"Dari rs juga sebenarnya.."
"Lho, siapa sakit? Dedek?" Sambar Oma, yang di tuduh malah cengar-cengir tak bersalah.
"Ck! Kenapa lagi?" Decak Mama sudah tak kaget lagi dengan cucu perempuannya ini.
"Ih nggak apa-apa Oma. Kan sekara g adek udh di sini..." Jawab Bryna dengan suara serak karena batuk-batuk.
"Suaranya serak gitu. Itu tangan pasti habis pakai infus..." Sergah Mama, Bryna lantas menyembunyikan tangannya ke belakang.
Sementara si abang dan mamas sudah stand by depan teve. Daddy melipir ngobrol ke belakang dengan para Opa.
"..Bryna. Nggak usah di sembunyiin, udah ketahuan.." sambung Oma.
"Mom, ditanya Oma lho..."
"Eh, kamu lho yang ditanya..." Mom malah memojokkan anaknya.
"Iya omaaa. Dedek habis diinfus, dari tadi pagi..." Jawab Bryna lagi masih dengan suara serak dan bindeng, khas orang flu dan batuk.
Oma menghela nafasnya berat. "Mesti, kalau mau ada acara, dedek pasti gini.."
"Nggak iiih..." Kilah Bryna.
"Nggak salah lagi..." Sambar Bhima yang tiba-tiba ikut nimbrung.
"Lho Om..., Cie cieee..." Ledek Bryna.
"Apa cie cie..."
"Cie cieee yang besok sekarang degdegan banget ituuuu..." Ledeknya lagi.
"Hush! Anak kecil!"
"Yee biarin..."
"Udah-udah, adek. Salim dulu itu...-" perintah Aliya.
"Uhukk uhukk.. ehkeemnn..."
"Hmmm..., Batuknya lhoooi, Ya Allah.."
"Kuwalat ledekin Om nya.."
"Iya ih maaf Om..."
"Salim dulu sama tante Jihan, sama Nenek.." Aliya mengulang perintahnya.
"Hallo tante.. nenek.." Bryna segera menyalami mereka berdua. "Kavin sama Mas juga salim dooong...!"
"Udah lho..." Sahut Bryan.
"Kapan? Dedek nggak tahu..."
"Tadiii matamu lho nggak lihat.. " sahut Bryan lagi sambil menyembulkan kepalanya dari balik sofa, mereka yang melihat hanya bisa tersenyum dan geleng-geleng kepala.
"Nenek udh lama nek?? Sama tante aja? Kakek nggak ikut?" Tanya Bryna sambil duduk di antara Jihan dan Ibunya.
"Kakek nggak ikut. Besok sayang, Nenek dari tadi pas magrib sampai.." jawab Ibu.
"Owhh..., Oma Bunda mana Oma?"
"Itu di kamar sama tante Kani, tante Luna juga lagi pake henna.." jawab Mama.
"Ya deh nanti adek ke atas. Oh iya, Tante Jihan ciee gimana om Bian?" Kini Bryna meledek Om nya yang satu lagi.
"Ekhemm, dedek..." Deham Bian.
"Om Bian emang gitu, tan.." bisik Bryna tak menghiraukan Om nya.
"Brynaa..., Om di sini lho..."
"Ehhhh..." Bryna sembunyi di belakang Jihan.
"Maaaaasss..., Jangan galak lho.." Bela Jihan.
"Ampuuun om hahaha..., Uhuk uhukkk.."
"Hhmm adek..." Jihan mengusap punggung Bryna.
"Aduuh, huuuh..."
"Kamu sih mas.." tuduh Jihan.
"Mendingan kamu ke atas deh, Bry..." Bian mengusir secara halus.
"Kenapa? Mau berduaan ya?" Ledeknya lagi.
"Nggak boleh lhoiii"
"Mana berdua sih dek..."
"Udah-udah, Bian.. Ponakannya lho becandaa..." Kali ini Mama membela Bryna.
"Tau tuh oma. Ambekann.. wleee, jaga imege banget sihh... Ckckckckck... Dasar om-om jaman now. "Tante ayo ke atas. Pakai henna juga.." ajak Bryna.
"Tante sini aja ya.." tolak Jihan halus.
"Ihh nggak apa-apa. Sama tante Kani, tante Aluna. Biar kenal, ayoo sama dedek. Jangan mau sama om..." Ajak Bryna sekali lagi, Jihan masih kaku. Bryna menarik-narik tangan Jihan sampai akhirnya pasrah naik ke atas.
😍😍😍
Pagi ini semua orang sudah sibuk wara-wiri ke sana ke mari. Yang make up, yang kondean, yang kerudungan, yang pakai dress, kebaya, batik sampai jas sibuk dengan keperluannya masing-masing semenjak sebelum shubuh tadi.
Sang calon pengantin pria pun sudah siap dengan setelan jas hitam dan kemeja putih, serta peci dan sepatu pantofelnya. Ia menatap dirinya di cermin, pagi ini statusnya akan berubah. Hari yang di tunggunya pun tiba, di ujung pintu ada mama dan papa yang tengah berdiri memperhatikan anak lelakinya lalu menghampirinya.
"Bhima.." panggil Papa.
"Yes bos.." Bhima menoleh dan tersenyum.
Papa merapikan jas dan dasi Bhima sekali lagi. Memandang jagoannya dengan haru, jagoannya yang kini akan berubah status sebentar lagi. "Be a good man. Husband and future parents to be for your little family. Tugas papa mama membimbing sampai di sini. Selebihnya kalian harus bisa tangani sendiri, tapi ingat, mama dan papa selalu ada untuk tempat kalian berdua berbagi.." ujar Papa lalu memeluk Bhima, bergantian dengan Mama.
"Udah ah, make up mama luntur nih.." gerutunya sambil di hiasi derai tawa khasnya.
Mereka lalu turun ke bawah, semua sudah menunggu di depan lalu masuk ke mobilnya masing-masing dan beriringan ke KUA setempat yang jaraknya tak terlalu jauh.
Tak berapa lama mereka sampai di sana dan menunggu calon pengantin perempuannya sampai. Hingga ada mobil yang masuk ke parkiran KUA, mama menunggu di depan, menyambut menantunya ini keluar dari dalam mobilnya.
Jasmine nampak anggun dan cantik dengan kebaya putih berpayet serta kerudung yang membalut kepalanya juga crown kecil menghiasi kepalanya.
Mama membawanya masuk ke dalam, Bhima lantas berdiri dari tempatnya, memandangi Jasmine penuh keterkejutan. Sudah seminggu terakhir ini mereka tidak boleh di pertemukan dan ternyata Jasmine makin cantik! Jasmine tersenyum malu saat netranya menangkap Bhima sedang memandangnya lalu mama mendudukan Jasmine tepat di sebelah Bhima.
"Baiklah, semua sudah berkumpul. Mari kita mulai.." ucap sang penghulu dan Ayah langsung yang akan menikahkan Jasmine dengan Bhima.
"Bismillahirahmanirahim. Ananda Abhimata Satrio Prayuda bin Mahendra Hardi Prayuda, saya nikahkan dan kawinkan engkau dengan puteri saya, Ananda Aruna Jasmine Kusuma, dengan maskawin seperangkat alat salat, perhiasan emas dan uang sebesar seratus juta rupiah. Tunai" ucap Ayah mantap.
"Saya terima nikah dan kawinnya. Aruna Jasmine Kusuma binti Farhan Kusuma dengan mas kawin tersebut, Tunai!!" Lantang Bhima.
"Bagaimana saksi, SAH??"
"SAAHHHHHH!!!" jawab seisi ruangan yang menyaksikan moment sakral yang bisa membuat siapa saja terharu karenannya.
"Alhamdulillah... Barakallah..."
Bhima memakaikan cincin ke jari manis Jasmine dan begitu sebaliknya lalu Jasmine mencium tangan Bhima dan Bhima mengecup kening Jasmine, lama sekali.
"Tahan Bhima tahaannn" teriak beberapa orang agar mendapatkan hasil foto manis yang sesuai.
Lalu di lanjut tanda tangan berkas-berkas dan buku nikah, kembali di foto lagi bersama dengan buku nikah dan mas kawin tadi sampai sungkem dengan Mama-Papa juga Ayah dan Ibu.
Moment haru kembali terjadi kala Bhima di titipkan pesan oleh ibu. "Jaga Jasmine. Jaga Jasmine. Jadikan bahumu sebagai sandaran bagi Jasmine mengadu dan pelukanmu sebagai penawar jika hatinya tersakiti..." Pesan ibu haru membisiki telingan Bhima.
"Nggeh buk, InshaAllah.."
💕💕💕
"Akhirnya ya yang..." Ujar Bhima saat mereka sudah menuju Lembang untuk acara resepsi.
"Iya mas..." Jawan Jasmine semringah lalu mendaratkan tubuhnya ke dada Bhima. "Canduku..." Gumamnya. Bhima memeluk Jasmine erat, tak peduli sang driver yang sedang menyetir dengan wajah tak kalah semringah sesekali melirik ke arah spion belakang dan menyaksikan betapa bahagiannya pasangan pengantin baru ini.
Sepanjang perjalanan pun tangan Bhima tak ubahnya seperti perangko dan amplopnya, menempel dan menggenggam erat tangan istrinya. Bercanda dan saling menumpahkan rindu satu sama lain karena sudah seminggu tak bertemu.
Dua jam berikutnya mereka sudah sampai di villa yang kini sudah di sulap menjadi tempat yang sesuai untuk garden party berkat tangan-tangan dingin wedding organizer yang di pilih Jasmine, temannya sendiri yang sudah pernah masuk majalah Lé Marriage dan Brides.
Mereka turun dan dalam camry hitam yang sudah di hias pita pink dan putih khas mobil pengantin lalu masuk ke dalam kamar untuk istirahat sejenak sebelum acara selanjutnya di mulai.
Si pengantin baru ini tak lantas berganti baju, mereka malah asyik leyeh-leyeh di kasur karena pegal sepanjang perjalanan mendera. Hingga suara ketukan membuat mereka tak jadi memejamkan matanya. Ternyata orang WO yang meminta mereka segera bersiap dan berganti baju berikutnya.
💕💕💕
Satu jam kemudian, Bhima dan Jasmine sudah turun ke taman belakang dengan gaun dan setelan jas berwarna bronze yang waktu itu Mama beli di butik temannya.
Jasmine tampak makin anggun dan cantik setelah di poles kembali dengan make up yang lebih ringan, tidak berat seperti tadi. Acara berlangsung meriah walau hanya ada keluarga dan teman-teman dekat Bhima juga Jasmine.
"Weyy, bro, akhirnya married juga lo.. gercep banget..." Ada Genta, mengucapkan selamat pada Bhima. Masih ingat Genta? Teman kuliah Bhima di Belanda, kini Genta sudah kembali dan bekerja di Jakarta karena internship nya sudah lebih dulu selesai ketimbang Bhima yang malah mengambil cuti dan menikah di sini.
"Oh iya dong, jelas. Bhima gitu.." jawab Bhima membanggakan dirinya sendiri. "Lo kapan bro?" Ledeknya.
"Gaya lo selangit, tenyommm..., Bagi-bagi lah..., Adek lo juga boleh tuhh...," Bisik Genta.
"Kagak! Kagak ada!!" Sarkas Bhima. "Udeh sana makan lo..., Awas jangan gangguin adek gue.." ancamnya, Genta malah terkekeh.
"Galak! Jasmine, tolong jinakin yee laki nyaa" ujar Genta, Jasmine hanya bisa terkikik geli mendengar kata-kata itu keluar dari mulut seorang Genta.
Lagu Marry Your Daughter melantun mesra di antara riuhnya tamu. Bhima membawa Jasmine turun ke dance floor dan mengajaknya firstdance bersama lagu yang sedang berputar.
"I'm gonna marry your daughter...
And make her my wife, i want her to be
The only girl that i love her for the rest of my life.. give her the best of me
Till the day that i die..."
🎉🎉🎉
Bhima memandangi Jasmine yang masih terpejam di sampingnya dengan rambut panjang terurai kemana-mana. Bhima masih tak percaya bahwa kemarin pagi dirinya sudah resmi menjadi Suami dari Jasmine.
Dan masih tak percaya dengan apa yang di lakukannya semalam.
Alah...nggak usah di ceritakan yaa. Biar hanya mereka yang tahu.
Bhima merapikan anak rambut yang menguar kemana-mana di wajah Jasmine. Ia elus pipi tirus istrinya itu, ia tatap Jasmine dalam-dalam. Jasmine nampak mengerjapkan matanya dan mendapati bayang-bayang Bhima di sampingnya tengah tersenyum.
"Morning istri. Hai..." Sapa Bhima lalu mengecup kening Jasmine.
"Iiih maluuuu..." Jasmine reflek menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Bhima terkekeh.
"Cieee. Jadi juga..., Hehehe"
"Boleh ndusel ya mas..." Jasmine menyurukkan kepalanya di dada Bhima.
"Boleh. Boleh banget sepuasnyaa. Bobo lagiiii, sini deketan biar anget boboknya, masih dingin di sini.." Bhima menarik tubuh Jasmine makin erat di pelukannya karena udara Lembang pagi hari sungguh menusuk.
Bhima menciumi harum rambut Jasmine dan di hirupnya dalam-dalam. "Rambut kamu bagus yang. Tebel, pasti suka dibalurin kemiri ya sama ibu?" Tanya Bhima sambil memainkan rambut Jasmine.
"Dulu sih pas kecil. Kamu kok tahu hal-hal gitu segala sih?" Jasmine balik bertanya.
"Mama juga dulu gitu. Nih hasil kemiri juga rambut mas, Bian, Kani, mbak. Anak mama sampai cucu mama semua hasil kemiri rambutnya..."
"Dulu nggak ngeh buat apaan..., Hehehe. Yang lain pada ke mana yang? Ada yang udah balik belum?" Tanya Jasmine masih merapat pada Bhima.
"Kayaknya pada main tuh. Ada suaranya. Belum ada yang balik..." Sahut Bhima sambil pejamkan matanya. "Bobo ya.. Capek banget.."
"Ayo bangun. Nggak enak sama yang lain..." Ajak Jasmine.
"Euuuuungggg..., Siang bgt kita keluar ya hahaha.."
"Yuk. Mandi oo.."
"Mas tadi udah mandi. Kamu masih bobok tadi, nggak tega banguninnya..." Kilah Bhima.
"Iiih jahad nggak di bangunin..." Rajuknya. Bhima hanya bisa tertawa menanggapi marahnya Jasmine. "Yaudah ah mau mandi!"
"Yakin mau mandi sendiri? Coba bangun.." Bhima menaik turunkan alisnya menantang Jasmine untuk bangun dari posisinya sekarang.
"Awas yaa.." Jasmine menyibak selimut tebalnya dan menggeser kakinya lalu bangun dari atas tempat tidur. "Awwww..." Pekiknya lalu terduduk lagi di tempat tidur, Bhima terkikik.
"I'm sorry honey. I'll do it slowly next time.." Bhima mengecup pipi Jasmine lagi. "Yuk, mas gendong ke kamar mandi..."
Bhima bergeser turun dari tempat tidurnya dan menyelipkan tangannya di antara pundak dan lipatan lutut Jasmine dan membawanya masuk ke kamar mandi.
💕💕💕
Akhirnyaa SAH!!!!
Syelamat Mas Bhima dan Mbak Jasmine!!
Ini dia yang kalian tunggu 😘😘 jangan patah hati ya gaess.. *pukpuk*
#Dahgituaja
#AwasTypo
Danke,
Ifa 💕
12 December 2017
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top