ROOM 23

Haiii... As my promise a few days ago di Love Letter, sebelum aku libur sabtu-minggu ini jadi aku mau update hari ini 😅 hehehe, kenapa kok rabu? Harusnya senin lhoooo..., Soalnya dua hari batuk pilek gak henti, gak konsen ngetik 😥 maafkan... Tapiii tenang... Aku update malam ini 😍😍😘😘 jangan ngambek dong 😘😘😘

Enjoy....
.
.
.
.
.

Hari ini jadwal check up pasca operasi Jasmine beberapa hari lalu dan sekarang, you know whaatt.., Bhima masih bujukin Jasmine buat di jemput tapi Jasmine kekeuh ogah di jemput.

Alasannya? Biar mandiri dan nggak mau repotin masnya....

"Yang, nanti mas jemput aja ya?" Rayu Bhima lagi.

"Nggak usah mas..." Tolaknya untuk kesekian kali.

"Kenapa sih nggak mau di jemput..?"

"Heheh..., Nggak apa-apa. Pengen mandiri..., Biar nggak ketergantungan sama kamu..."

"Hhhh..., Yawes lah"

"Maskuuu..., Udah sarapan belum?"

"Udah" sahutnya singkat

"Mama masak apa?"

"Mas minta nasi goreng bakso..."

"Mama ke rs hari ini?" Tanya Jasmine.

"Iya nanti jam 9 jalan...."

"Kamu bareng mama aja kenapa sih..."

"Mama sama Kani. Mama mana mau bareng aku. Aku pasti di suruh jemput kamu..."

"Ya mungkin bisa bareng. Kan lumayan..., Mama tahu aku mau check up?"

"Ya tahu lah dari mama nadia. Mas jemput aja ya...?" Tawarnya sekali lagi.

"Hmmm..." Namun Jasmine hanya menjawab dengan dehaman.

"Yaudah kalau nggak mau. Ketemu di rs aja" jawab Bhima akhirnya menyerah.

"Yaa..."

Klik

Bhima memutus telepon sepihak. Kadung kesal.

Kalau ada perempuan nggak mau di jemput sama 'Pacar'-nya, cuma Jasmine orangnya. Menolak dengan beribu alasan.

Jasmine akhirnya siap-siap dan ganti baju lalu memesan taksi online untuk sampai ke rumah sakit dengan nyaman.

Begitupun dengan Bhima, ia segera melajukan si hitam saat Mama dan Kani sudah berangkat duluan ke rumah sakit. Bisa di gantung Mama kalau Bhima ketahuan tidak menjemput Jasmine ke rumahnya.

🥝🥝🥝

Sudah hampir 1,5 jam Bhima menunggu di lobby KMC tapi tak ada tanda-tanda Jasmine akan muncul. Sejak telepon tadi, Jasmine memang belum meneleponnya lagi, atau Bhima yang gengsi telepon Jasmine duluan, eh?

Bhima sempat tracking di mana posisi Jasmine saat ini lewat ponselnya. Tapi hasilnya nihil. Hingga tepat 15 menit kemudian, ponsel Bhima bergetar.

Jasmine is calling...

Bhima lantas menjawab telepon itu secepat kilat, namun yang di dapatnya...

"Maaassss...." Panggil Jasmine setengah merintih dan terisak.

"Yang? Kamu kenapa?!! Something wrong?
Yaangg!! Jasmine!!! Kamu dimana yang??Yangg!!" Pekiknya.

"Mas tolong..."

"Mass...."

"Kamu di mana??"

"Jalan belakang rs yang tembusan yang sepi itu..., Tolongin, aku takut...."

"Mas kesana..."

Bhima secepat mungkin menuju parkiran dan mengeluarkan mobilnya dari area parkir KMC dan segera memutar ke belakang gedung dan apa yang ia temukan benar membuatnya hampir jantungan.

Di depan mobil Avanza silver--taksi online yang Jasmine pesan tadi ada 3 orang dengan balok kayu yang sudah berdiri di sana entah sejak kapan.

Bhima parkir agak menjauh tapi ia bisa melihat wajah Jasmine dari kejauhan sedang ketakutan dan memeluk erat tasnya yang Bhima kenal betul, itu tas dari Mama kemarin.

"Shit!!" Bhima membuka seat beltnya lalu turun dari dalam mobil kerena ia melihat Jasmine di tarik paksa turun dari mobil dan dengan berani menghampiri mereka, berniat hanya untuk menyelamatkan Jasmine, setelah itu lalu pergi.

"WOY! MINGGIR LO SEMUA!!" teriaknya sambil setengah berlari, satu orang yang menarik tangan Jasmine melepaskan dan menghempaskan tubuh Jasmine ke badan mobil.

BUUGHHHH

BUUGHHHH

BUUGHHHH

1 lawan 3 orang dengan tangan kosong. Satu persatu menyerang Bhima, hingga wajah sebelah kirinya terkena hantam dan satu persatu pula mereka semua tumbang.

"Mas..." Lirihnya.

"Astagfirullah yang"  Bhima langsung merangkul tubuh Jasmine yang sudah gemetar, keringat dingin dan pucat.

Namun tanpa di sangka satu dari komplotan tersebut masih kuat dan menyerang Bhima dari belakang. Bhima lantas mendorong Jasmine agar menjauh dan tak terkena pukulan apapun.

"MAAASSSSS!!!!!" Jasmine tak kuasa lagi menahan teriakannya saat tubuh Bhima limbung ke depan saat tubuh belakangnya di pukul dengan kerasnya. "Tolong.... Tolong tolong" pekiknya keras. Namun sayang, jalan tembusan itu memang sepi di saat siang seperti ini hingga memudahkan komplotan yang tak sempat mengambil apapun pergi karena melihat Bhima sudah tumbang, begitu pun taksi yang Jasmine tumpangi tadi, dia juga pergi begitu Bhima datang.

"Yaangg" lirihnya.

"Maass..., Bangun mas..." Jasmine menepuk-nepuk wajah Bhima agar terus terjaga.

"Yang..."

"Mas jangan gini, bangun mas..." Air mata sudah deras keluar. Tak ada satupun orang yang lewat di sana hingga Jasmine kesusahan untuk mengangkat tubuh besar Bhima.

Susah payah Jasmine membopong tubuh Bhima hingga kembali jatuh lagi namun Jasmine harus kuat sampai di mobil Bhima. Ia lantas membuka pintu samping dan membantu Bhima masuk ke sana dan segera masuk ke kursi kemudi tanpa peduli perutnya merasa perih karena jahitannya.

Bhima sudah setengah sadar saat Jasmine secepat mungkin membawanya kembali ke KMC dan berhenti di depan UGD.

Jasmine berteriak minta tolong begitu mobil berhenti sempurna dan ia keluar dari mobil. Beberapa perawat dan security langsung membantu memindahkan Bhima ke brankar dan segeta di bawa masuk UGD.

"Maaf ya mbak, mbak tunggu di luar" larang seorang suster saat ia ingin ikut masuk ke dalam. Jasmine mematung di depan pintu UGD dengan wajah pucat dan nyeri di perutnya yang semakin menjadi karena tadi membopong tubuh Bhima.

"Jasmine? Kamu Jasmine kan? Kamu kenapa, Jas?" Suara itu membangunkan lamunan Jasmine.

"Oommm Mario?" Jawabnya bergetar.

"Hey, tenang tenang" Om Mario membawa Jasmine duduk di bangku depan UGD. "Suster!! Tolong air suster!!" Pekiknya meminta suster membawakan air untuk Jasmine. "Minum nak pelan-pelan, tarik nafas dulu baru jelasin nak..." Bimbingnya lalu Jasmine meminum air di gelas itu perlahan dan mengatur nafasnya.

"Makasih om..." Ujarnya. "Iiissh..." Jasmine merintih saat sakit di perutnya menjadi.

"Perut kamu kenapa?"

Jasmine tidak menjawab.

"Mas, ada di dalam om..."

"Bhima..? Kalian kenapa?"

Jasmine mengangguk. "Saya habis kena begal, Om"

"Astagfirullah...."

"Dan mas nolongin saya..."

"Di mana? Memang kalian kesini nggak bareng?"

Jasmine hanya menggeleng lemah, Om Mario langsung meminta suster untuk memanggil Mama Lanny di ruangannya dan memberitahunya kalau Bhima dan Jasmine ada di sini.

"Mas... dikroyok..., Om..." Ucap Jasmine terbata lalu tubuhnya limbung ke samping, tak kuat menahan perih di perutnya

"Jasmine..., Jasmine" Om Mario langsung menggendong Jasmine masuk ke dalam UGD lalu di baringkan di brankar, pasangkan oksigen dan cek vital.

Tak lama Mama yang setengah berlari masuk ke dalam UGD lalu terpekik begitu melihat Bhima dan Jasmine yang tak sadarkan diri.

"Astagfirullahh!! Bhima! Jasmine!"

Mama seperti de javu lagi.

"Allah......" Mama mulai melemas, suster di sampingnya merangkul Mama agar tak jatuh. "Kenapa mereka, io?" Tanya Mama lemas.

"Coba mbak cek Bhima..." Jawab Om Mario.

"Bhima..." Mama mendekat.  "Dokter, gimana Bhima? Mas Bhi..., Bangun nak,
Ya Allah anak mama..." Mama mengelus wajah lebam Bhima dan sudut bibir yang terluka.

"Bisa di pindahkan ke ruang rawat setelah ini, Dokter Mai" jawab dr. Faiz , dokter jaga di UGD hari ini.

"Ya sudah dok, segera pindahkan. Saya mau lihat Jasmine dulu..." Mama beralih ke brankar Jasmine yang masih baru saja sadarkan diri. "Una..."

"Mama.., maafin Una, ma. Ini semua karena ulah Una, maafin maaa...." Tangisnya pecah begitu mama memeluknya.

"Maksudnya? Kalian tadi nggak jadi bareng emang?" Dahi Mama mengkerut mendengar penuturan Jasmine.

"Nggak ma..., Una sendiri naik taksi" ujarnya masih terisak.

"Sendiri? Tadi mama udah suruh mas jemput..."

Jasmine menceritakan kronologi bagaimana dia bisa naik taksi sendiri bukan di jemput Bhima. Mama mendengarkan dengan seksama tanpa menyela cerita Jasmine sedikit pun.

Ia terus menyalahkan dirinya sendiri atas peristiwa yang terjadi hari ini. Ia terus bilang bahwa semua ini salahnya, namun Mama tak mau menyalahkan Bhima yang tak bisa memaksa Jasmine untuk mau di jemput dan Jasmine yang kekeuh mau berangkat sendiri.

Ini semua terjadi karena memang sudah saatnya terjadi, toh tak ada yang tahu bukan? Mama hanya bisa menenangkan Jasmine agar tak menyalakan dirinya sendiri lagi atas apa yang terjadi, sekarang intinya semua selamat dan tak kurang satu apapun.

Hanya tinggal menunggu Bhima siuman dan lukanya pasti akan sembuh. Semoga setelah kejadian ini semua bisa memetik hikmahnya.

"Musibah. Nggak ada yang pengin kan? Udah Una nggak usah khawatir, mas Bhima​ nggak apa-apa..." Ujar Mama menenangkan.

"Tapi itu karena Una nggak nurut mas jadinya gitu ma. Maafin Una, Ma...."

"Udah. Mama nggak marah sama Una..." Mama memeluk Jasmine dan mengecup kepalanya agar Jasmine tenang.

"Awww..." Rintih Jasmine.

"Kenapa sayang? Kamu check up jahitan hari ini ya? Mama panggil Mama Nadia ya, biar Mas Bhima rehat di ruang rawatnya nanti kita susul..."

Mama pun meminta suster untuk memanggil Mama Nad agar segera datang ke UGD. Karena Mama juga tak tega membawa Jasmine ke atas dalam keadaan seperti ini.

Tak lama Mama Nad datang ke UGD, ia juga sempat kaget dengan keadaan Jasmine yang agak acak-acakan dan wajahnya pucat.

Namun ia urungkan niatnya untuk bertanya ada apa sekarang. Mama Nad memilih untuk memeriksa jahitan Jasmine lebih jauh dan mengganti kassanya dengan yang baru.

"Masih terasa sakit nggak, Jas?"

"Masih, Ma..., Sakit banget bahkan, nyeri" ujar Jasmine.

"Kamu nggak lakuin kerja berat kan di rumah?" Tanya Mama Nad lagi sambil membersihkan luka jahitan itu dengan kapas steril.

"Sempat batuk-batuk kemarin mam. Apa mungkin kubuat batuk jadi pengaruh ma?"

"Sedikit pengaruh sih..., Karena kemarin mungkin lukanya masih basah yaa. Tapi ini nggak apa-apa kok, sudah mulai mengering juga" jelas Mama sambil menutup kembali luka jahitan itu setelah di bersihkan.

"Pokoknya jangan banyak kerja dulu, jangan capek dan banyak pikiran ya..." Pesannya.

"Makasih ma..."

"Iya sayang sama-sama..." Sahut Mama Nad dengan senyum khasnya. "Tumben nggak sama mas.. Kemana dia?"

Hening beberapa saat. Mama Nad menatap Jasmine menuntut jawaban namun sepertinya ia enggan dan akhirnya Mama Lanny mewakilkan Jasmine untuk memberitahukan apa yang terjadi sebenarnya pada Bhima saat ini.

"Astagfirullah..., Mbak...." Mama Nad hanya bisa mengelus dadanya saat mendengar penuturan Mama dan mengusap kepala Jasmine. "Untung kalian nggak apa-apa, Alhamdulillah masih selamat..."

Jasmine hanya diam saja, ia masih terguncang karena kejadian beberapa jam yang lalu. Menyesal, ia menyesal karena membuat Bhima sampai terluka seperti itu. Tapi apa daya, mau di sesali seperti apapun juga takkan bisa mengulang waktu tadi.

💔💔💔

Hati Jasmine sakit melihat wajah Bhima penuh lebam seperti ini. Ia mengelus wajah Bhima perlahan sambil menahan air matanya agar ia tak menangis lagi, sudah sejak berada di ruang rawat Bhima ini Jasmine tak henti menangis dan kali ini ia harus menahannya.

"Mas..., Sayang, bangun. Maafin aku..." Ujar Jasmine.

Bhima perlahan membuka matanya begitu mendengar suara Jasmine. "Ennggh..., Sshhh. Kepalaku sakit" lirihnya sambil memegangi kepalanya yang terasa pusing.

"Mas..."

"Yang, kamu nggak apa-apa kan?" Tanya Bhima pelan.

Jasmine menggeleng. "Mas. Maafin aku..." Ujarnya lagi.

"Iya. Nggak... Kamu gak salah yang...."

"Aku nggak dengerin kamu" sesalnya.

"Lain kali  jangan lagi ya..." Suara Bhima masih pelan karena lemas, semua badannya sakit.

"Maaf. Karena aku kamu jadi kayak gini.."

"Namanya musibah yang. Nggak ada yang perlu di salahkan, asal kamunya nggak apa-apa, kamu nggak ada yang luka kan?
Kamu jangan nyalahin diri kaamu sendiri ya yang..." Jawab Bhima sambil mengelus kepala Jasmine pelan.

"Salahku..." Jasmine menunduk dan kembali menangis, Bhima reflek mengulurkan tangannya untuk menghapus air mata yang menganak di pipi Jasmine.

"Udah yang. See, i'm okay, cuma memar aja..., Nanti juga sembuh" sahut Bhima kembali menenangkan. "Kamu udah ke mama Nad tadi??"

"Udah..." Jasmine masih setengah terisak.

"Terus? Kata mama apa? Yangg..., Udah dong kamu jangan nangis lagi, kan mas udah bangun..."

"Nggak apa-apa udah aku nggak penting sekarang yang penting kamu mas..." Suara Jasmine masih bergetar saat mengucapkan kalimat itu.

"Nggak ada barang-barang yang hilang kan yang?"

"Nggak ada kok..." Jawabnya pelan.

"Kamu penting buatku, yang. I'm here, don't be scare, okay?"

Jasmine hanya mampu mengangguk, bahkan di saat seperti ini pun Bhima masih bisa menerima, apalagi Mama, Mama seharusnya marah pada Jasmine karena keras kepalanya ini. Tapi nyatanya Mama tidak marah sedikit pun, walau Jasmine tahu pasti ada sedikit rasa kecewa di hati mama karena kelakuannya ini.

Ia tidak boleh mengulangi hal ini lagi. Cukup sekali ia membuat Mama histeris seperti tadi, cukup sudah keras kepalanya, ia harus berubah.

"Mas..."

"Yaa, kenapa sayang?" Sahut Bhima tersenyum.

"Aku sayang kamu..." Ujar Jasmine.

"Aku lebih sayang kamu..." Bhima mengecup punggung tangan Jasmine. Hal itu semakin membuat Jasmine merasa bersalah.

Akhirnya Jasmine yang menemani Bhima seharian di ruang rawat sampai ia terhantuk karena mengantuk dan memilih merebahkan kepalanya di sisi bed Bhima dan menjadikan kedua tangan tumpuannya untuk merebahkan kepalanya.

Bhima yang menyadari bahwa Jasmine tertidur lalu melepaskan bantalnya dan menggeser perlahan kepala Jasmine dan menaikkan kepalanya ke atas bantal dan membiarkan Jasmine pulas tertidur.

💞💞💞

💞💞💞

Syelamaaattt malam.... Hehehee... Aku update 😂😂

Maafkan aku yang membuat Mas Bhima kalian babak belur begini 😣😣😣

Mbak Jas sih... Nggak nurut mas, kuwalat deh 😣😣😣

Udah ah, sebelum bobok baca dulu yaa..

Tinggalkan jejak kalian dong, vomentnya biar rameeee...

Tanda Bintang ada di pojok kiri, tanda komen ada di sebelahnya.

#dahgituaja

#awastypo

Danke,

Ifa 💕

#YangSambilBatukBatukGakKaruan

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top