Room 19

Sepulang dari Lembang, sederet jadwal bertemu wedding organizer juga katering dan pergi ke butik langganan Mama untuk fitting gaun pengantin di daerah Senopati menanti Bhima dan Jasmine.

Sejak semalam Jasmine sudah bilang kalau hari ini ia ingin ke rumah sakit melihat calon mama mertuanya bekerja, sebelum ke KUA untuk menyerahkan beberapa berkas yang di butuhkan.

"Jadi fitting hari ini kan?"

"Jadi. Aku jemput nanti ya, kita ke KUA dulu baru ke Rs" sahut Bhima.

"Iya mas. Kata mbak Al besok temennya yang katering itu juga mau ketemu. Mau kasih sample"

"Oiya, besok test food sekalian. Yang, kita Akad di KUA aja nggak apa-apa? Jadi sampai villa langsung resepsi" usul Bhima.

"Ya nggak apa-apa akad di KUA. Atau akad di rumah aja kenapa mas...?" tambah Jasmine sambil memilih kerudung yang akan ia pakai hari ini.

"Nanti beres-beresnya repot yang. Kalau di KUA kan kita tinggal datang ijab terus ke Lembang"

"Yaudah di KUA aja akadnya"

"Ke KUA sebentar, kamu jam 10 masih bisa ikut nonton praktiknya mama"

"Nonton dikira apaan sih mas. Kan maunya aku bantu mama" rajuknya.

"Behehehehe, iyaaa boleh" Bhima terkekeh mendengar jawaban Jasmine. "Mas mau ke nicu, mau lihat bayii"

"Ngapain lihat bayi?" Jasmine mengerutkan keningnya.

"Nggak apa-apa, mas pengin gendong aja.
Dulu suka ke sana kalo mama kerja" tanpa Jasmine tahu, kini Bhima tengah tersenyum semringah.

"Calon pediatric banget sih"

"Calon bapak kali yang" protes Bhima.

"Iya iyaaaaa. Calon bapak dari anak-anakku..., InshaAllah .., Aamiiin.., Hehehe"

"Aamiiinnnn. Eh, Yang, ke mama nadia kapan?" Bhima kembali mengingatkan untuk bertemu Mama Nadia.

"Hmmmm? Kok inget"

"Inget lah, buat kesehatan kamu juga kok
Mas tuh ngeri yang. Bukan apa-apa, Bundanya Aluna tuh dulu sempet ada kista katanya dan baru ketahuan pas nikah, makanya lama punya anaknya.. Mas nggak mau kayak gitu"

"Tapi kalau hasilnya nggak baik. Atau katakanlah aku bukan perempuan seperti kebanyakan. Apa kamu akan ninggalin aku mas?" Ujar Jasmine dengan perasaan was-was.

"Nggak. Mas nggak akan ninggalin kamu.
Janji mas bukan cuma sama ayah, tapi sama Allah dan semua MalaikatNya" tegas Bhima.

"Tapi aku nggak mau kecewain kamu, kalau yaa..., Nauzubillahiminzalik ini terjadi"

"Kita berjuang sembuh bareng-bareng. Mas nggak akan biarin kamu berjuang sendirian kalau emang nanti seperti itu..., Tapi ya mas berharap kamu sehat"

"Iya mas, insha Allah. Ku pegang janjimu, mas"

"You have my word. Ya udah, mas siap-siap dulu ya. Tungguin"

"Nggehh..., Assalamualaikum"

"Wa'alaikumsalam"

💕💕💕💕💕

Bhima segera melajukan mobilnya ke arah Cilandak untuk menjemput Jasmine. Masih sedikit macet pagi hari karena jam berangkat kantor, tahu sendiri kan gimana macetnya Jakarta?

Heuh..., bisa stress di jalan, dari kenyang sampai laper lagi 😌😌

Untung saja Bhima tahu beberapa jalan pintas yang tembus ke jalan rumah Jasmine, setelah 15 menit, Bhima sampai di depan rumah Jasmine.

Ia segera turun dari mobil dan masuk ke pekarangan rumah Jasmine, rumah minalis nan asri. "Assalamualaikum" ucapnya sambil mengetuk pintu rumah.

"Iya Waalaikumsalam" terdengar sahutan dari dalam. "Eh nak Bhima" Ibu ternyata.

"Ibuk" Bhima tersenyum lalu menyalami calon ibu mertuanya ini.

"Masuk dulu nak" ujar ibu dan mempersilakan Bhima duduk.

"Iya bu" Bhima duduk di sofa, berhadapan dengan ibu. "Jasmine ada, bu?"

"Ada, lagi siap-siap kayaknya. Una, Ada masmu ini lho" ibu mengencangkan volume suaranya sedikit.

"Iyaa sebentar bu. Lagi pake peniti" sahut Jasmine dari dalam, tak sampai 5 menit, Jasmine keluar dengan setelan cantik juga kerudung satin warna biru tua.

Bukan Jasminenya ya yang tua. Tapi warna kerudungnya 😌

"Mas maaf lama. Hehehe" Jasmine terkekeh begitu sampai di ruang tengah.

"Iyaa nggak apa-apa" sahut Bhima. "Cantik, seperti biasanya" tambahnya.

"Halah, kamu ih. Bu', kami langsung berangkat ya" Jasmine segera menyalami ibu dan bergantian dengan Bhima.

"Ooh iya iya. Kalian hati-hati ya"

"Assalamualaikum"

"Wa'alaikumsalam..."

Mereka segera masuk ke dalam mobil, Bhima segera melajukan kembali mobilnya menuju KUA. Semua berkas yang di butuhkan untuk melengkapi persyaratan pernikahan sudah di bawa lengkap.

Belum ada percakapan berarti di antara keduanya. Hanya Bhima yang mengomel panjang lebar soal Jasmine yang sering kali skip sarapan dan Jasmine hanya iya iya sambil sesekali nyengir tanpa dosa.

Sampai mobil mereka berhenti di halaman kantor KUA, mereka segera turun dan masuk ke dalam sana. Mengurus administrasi juga memberi tahu bahwa akad akan di langsungkan di sini nantinya.

Begitu selesai mereka langsung ke arah Kemang Raya, menuju rumah sakit,  Jasmine mau bantu mama katanya. Sebetulnya Bhima sudah hafal seluk beluk rumah sakit ini, ya wong gede di sini, sering ikut mama kerja, ngucluk-ngucluk di ruangan mama sama Bian dan Kani sampai semua suster dan dokter hafal 3 anak kesayangan dokter Lanny.

"Coba yang, kamu tanya suster sana, ruangan mama dimana" Bhima langsung nyengir kuda, mau mengerjai Jasmine.

"Lah, kamu nggak tahu?"

"Lupa" dustanya.

"Kok bisa? Kamu ih"

"Udah lama gak kesini" jawabnya santai.

Jasmine segera menuju meja informasi di dekat pintu masuk rumah sakit. "Suster, ruangan dokter Mailanny di mana ya?" Tanyanya.

"Oohh, ada di lantai 3 mbak..., Sudah ada janji?"

"Sudah, sus"

"Oh ya, langsung aja ya. Keluar lift belok kiri" jelasnya.

"Oke makasih sus"

"Iyaa..., Sama-sama mbak"

Jasmine segera kembali ke arah Bhima. "Di lantai 3 yang"

"Yuk" ajaknya.

Ketika sampai di lantai 3, mereka sudah di sambut antrean panjang pasien Mama. Padahal ini masih jam 10 lewat, tapi antrean sudah sepanjang mengantre kasir supermarket di awal bulan sesudah gajian.

"Tuh kan yang, baru jam segini udah rame aja" gumam Bhima.

"Kita ganggu dong, mas?"

"Nggak, udah woles aja. Aku bilang dulu ke suster" Bhima segera ke meja suster yang tak jauh dari pintu ruangan Mama.

"Suster..., Permisi?"

Susternya distrak, bengong, tersepona ya sus?

"Oh i iya, Mas Bhima ya? Mau ketemu dokter Mailanny?"

"Iya Sus, mau ketemu mama"

"Saya telponkan dulu ya, mas"

Bhima hanya mengangguk, detik berikutnya Suster meminta Bhima menunggu sebentar sampai mama keluar dan berganti pasien.

"Bhim, Una" sapa Mama begitu pasien yang dari dalam ruangannya pamitan keluar.

Bhima dan Jasmine langsung berdiri dan menghampiri Mama. "Udah selesai ta ma?" Tanya Jasmine usai menyalami Mama.

"Belum, nih masih antri hehe. Yang di dalam sih udah keluar, masuk aja duluan" Mama mengarah ke meja suster memintanya membawa beberapa medical record pasiennya yang lain ke ruangannya.

"Nggak ganggu nih, Maa?" Tanya Jasmine, Bhima sudah ongkang kaki, duduk manis di sofa.

"Nggak kok, santai aja" ucap mama sambil menerima setumpuk medical record yang di pintanya.

"Masih brpa pasien lagi ma?"

"Masih agak banyak nih, tapi masih bisa kok kita makan siang. Mama sengaja hari ini setengah hari aja makanya penuh" jawab Mama lagi sambil mengambil medical record bernomor 30 di atasnya. Sepagi ini sudah 30...? Fyuh..., Mama sibuk sekali.

"Yaudah​ Una bantu deh ma" Jasmine segera bangkit dari duduknya. "Pasien selanjutnya mana ma?"

"Boleh. Cuci tangan ya, nih habis ini masuk"

Tepat saat mama menyelesaikan kalimatnya, suster masuk bersama pasien. "Permisi, dokter..." Sapanya.

Mama tersenyum. "Silakan duduk dulu bu.
Kenapa ini?"

Si anak dalam gendongannya masih rewek, uring-uringan, rungsing sambil sesekali batuk-batuk.

"Batuk, pileknya dok" jawab si ibu.

"Lho..., cup cup sayang. Jangan nangis, Oma nggak gigit kok, yuk kita periksa. Digendong dokter cantik yaa" ujar Mama memberi kode pada Jasmine untuk menggendong anak ini. "Sini sini sayang, Una, baringkan nak" tambahnya saat Jasmine mendekat.

"Iya dok" jawabnya seprofesional mungkin sambil membaringkan si anak.

"Oma dokter periksa dulu ya" Mama segera memasang stetoskopnya dan dengan sendirinya terdiam saat tangan dan kakinya di pegang Jasmine dan di usap-usap halus sambil mama lanjut periksa.

"Nggak apa-apa ini. Cuma perlu istirahat lebih aja ya bu, tapi memang dahaknya masih agak banyak ini. Saya kasih resep, ya"

"Iya dok,.."

"Memang lagi musimnya" ucap Mama sambil membuka lembaran resepnya.

"Tapi dahak dan lendirnya belum bisa keluar dok, kasian" jelas si ibu.

"Oya?  Coba terapi di rumah ya bu, Pakai uap air panas. Tetesin minyak atisiri atau apa kayu putih juga boleh, sebagai aromaterapi. Ulangi aja, nanti anaknya suruh batuk"

"Oohh iya dok, sepulang dari sini saya langsung coba"

"Nanti akan keluar sendiri lendirnya, nanti kalau 3 hari masih gini, bawa lagi ke sini ya bu. Ini resepnya, Cepet sembuh ya sayang" ucap Mama sambil mengelus pelan rambut pasien ciliknya itu.

"Baik dok, terimakasih ya dok..." Si ibu lalu pamit keluar setelah mama mengangguk.

Sementara Bhima hanya bisa tersenyum melihat interaksi mama dan calon istrinya ini. Calon ibu dan ibu terbaik bagi Bhima kini tengah "membagi ilmu"-nya pada sang calon menantu.

Pasien silih berganti masuk, ada yang rewel sekali, ada yang anteng adem ayem, yang justru genit maunya sama Jasmine, hihi.  Hingga sampai di pasien terakhir yang menangis tak henti, mama atau Jasmine tak mempan untuknya.

"Yang akhir rewel banget" Mama geleng-geleng kepala, sudah tidak kaget sih sebenarnya, anak-anak sifatnya lain-lain, tak semua sama dan tak semua mempan di bujuk.

"Iya, kasian ma, ada yang di rasa pasti" sahut Jasmine. "Itu tadi umurnya berapa, ma?"

"3,5 tahun"

"Iyakah, ma? Kok bicaranya belum lancar?" Jasmine mengerutkan keningnya dalam-dalam.

"Speech delay. Bicaranya terlambat dan belum lancar, ibu bapaknya kerja, anak dengan pengasuh. Kurang komunikasi , di tambah pengasuhnya lebih sering kasih gadget ketimbang di ajak belajar bicara seperti pada umumnya" jelas Mama. "Ibunya baru sadar ketika si anak masuk usia 3 tahun tapi nggak bisa menyampaikan apa yang di inginkan anaknya, kurang mengerti arahan ibunya sampai ibu bapaknya nggak paham anaknya kenapa" tambah Mama lalu mendesah berat.

"Ya ampun ma..., Segitunya?" Jasmine sempat terpekur mendengar penjelasan mama.

"Begitulah adanya. Tapi, perlu di ingat lagi, kita juga tidak bisa menyalahkan pengasuh sepenuhnya. Harusnya kita sebagai orang tua sadar bahwa anak juga butuh kita dan waktu kita untuk mereka. Pelajaran buat kalian Una, Bhima. Karena nggak ada yang lebih baik selain mengurus anak kita sendiri, karena ibu adalah madrasah terbaik untuk anak-anaknya" tutup Mama.

Jasmine dan Bhima saling diam, ucapan Mama ada benarnya. Lalu dengan kompak mereka mengangguk menyetujui ucapan Mama.

💕💕💕

Butik teman Mama. Millana and Co. Senopati, Jakarta Selatan

Mereka bertiga sudah sampai di butik langganan mama, salah satu teman mama, langganan keluarga Prayuda.

"Mbak yu" sapa Mama.

"Lhooo, Lanny" mereka langsuny cipika-cipiki. "Ini siapa? Bhima atau Bian?"

"Bhima" jawab Mama. "Masak nggak ngenalinsih mbak yu?"

"Ooh iyaiya, pake kacamata..., Udah lama tho nggak ke sini"

"Yang ini calonnya Bhima" mama mengenalkan Jasmine.

"Oh , cantik"

"Assalamualaikum tante"

"Wa'alaikumsalam sayang. Duh, Santunnya"

"Mbak yu pilihkan yg terbaik ya"

"Siapp.."

Jasmine segera di bawa ke dalam untuk mencoba beberapa gaun pengantin dan kebaya akad yang di pilihkan tante Illa. Jasmine terpekur di depan cermin melihat gaun yang di pakainya indah sekali, tadi kebayanya berwarna broken white kebaya biasa namun cantik dan elegant. Lalu di cobanya gaun pengantin satu lagi untul acara resepsi nanti.

Warnanya bronze panjang mengembang, mirip seperti putri saat tante Illa memasangkan crown di atas kepala Jasmine.

Jasmine di bawa keluar, ia sedikit mengangkat gaunnya yang menjuntai ke bawah saat keluar dari ruang ganti. Bhima tampak tak berkedip saat meliha Jasmine di bawa keluar.

"Yang?" Bhima masih mematung melihat Jasmine.

"Gimana Lanny?" Tanya tante Illa.

"Cantiknyaaa mbak yuu. Una jadi tambah cantik" Mama juga terkagum melihat gaun yang di pakai Jasmine kali ini.

Mama kadung jatuh cinta dengam gaun ini, warnanya soft, tidak menyala dan pas dengan kulit Jasmine yang putih.

Mama langsung minta gaun dan kebaya tadi di bungkus agar segera di bawa pulang Jasmine. Selesai urusan di butik, mereka lalu keluar dan makan karena sudah terlalu siang dan mereka bertiga belum makan.

"Mau makan apa?" Tanya Bhima begitu mendaratkan tubuhnya di kursi.

"Una mau apa sayang?" Ucap Mama saat mengambil buku menu dari waiters. "Yang ini ya, Kayaknya enak" Mama menunjuk menu spaghetti cream cheese juga segelas orange jus. Akhirnya ketiganya memesan menu yang sama agar tak lama dan ruwet memesan menunya.

Sambil menunggu makanan, Mama menanyakan perihal sejauh mana persiapan Bhima dan Jasmine menuju hari H.

Semua sudah beres, mulai dari berkas-berkas sampai decor dan souvenir semua sudah siap, tinggal menunggu test food saja.

Makanan mereka akhirnya datang dan makan dengan hikmat tanpa ada yang berbicara. Begitu selesai makan ponsel mama berbunyi, may day may day. Begit yang tertulis di layar ponsel mama, panggilan dari UGD.

"Ya halo?"

"Dok, bisa ke rs skrg?"

"...."

"Astaga, iya iya saya ke sana habis ini. Pastikan vitalnya tetap stabil sampai saya tiba" tegas mama.

"Baik dok"

Klik.

"Mama ada emergency, harus balik sekarang"

"Yahh" ujar Jasmine sedikit kecewa.

"Mas anter ya?"

"Nggak usah" tolak mama.

"Beneran nggak apa-apa ma?"

"Mama nyegat taksi aja cepet di depan mas. Kamu anterin Una pulang aja. Tuh udah capek banget, Mama duluan nggak apa-apa ya sayang?"

"Iya mam nggak apa-apa. Panggilan tugas
Kalian hati-hati, ma"

"Assalamualaikum" ucap mama setelah Bhima dan Jasmine menyalaminya.

"Wa'alaikumsalam"

💕💕💕

Sepanjang perjalanan pulang menuju rumah Jasmine lagi, ia hanya diam, menyender di kaca samping. Wajah Jasmine sudah mengantuk dan sedikit pucat, ia tahu bahwa darahnya akhir-akhir ini rendah jadi cepat lelah seperti ini.

Bhima sesekali memperhatikan Jasmine, namun tak berani menyentuh. Ia tahu Jasmine kelelahan karena kegiatannya seharian ini, makanya Bhima langsung membawa Jasmine pulang agar Jasmine segera istirahat.

"Mas belikan kurma ya?" Tanya Bhima, ia masih fokus menyetir.

"Nggak usah mas" tolaknya.

"Atau mau sari kurma? Yang suka Kanika minum, enak juga lho"

Jasmine sudah tidak kuat, matanya mengantuk, ia hanya sanggup mengangguk mendengar tawaran Bhima. Bhima segera menepikan mobilnya ke mini market dan membeli beberapa botol sari kurma yang benar-benar air dan seperti teh.

Jasmine segera membuka dan meneguk airnya perlahan lalu menutupnya kembali dan menyenderkan kepalanya di bantalan kursi lalu memekamlan matanya.

Begitu sampai di rumah, Jasmine segera turun dan sedikit sempoyongan. Hidunganya sudah meler, pilek menyerang tiba-tiba. Bhima sempat menawarkan diri untuk memeriksa Jasmine, namun Jasmine menolak dengan alasan dirinya baik-baik saja.

Tapi, kalau di tolak, bukan Bhima namanya. Bhima masih memaksa sampai akhirnya Jasmine mau. Di temani bibik yang datang membawa teh hangat untuk Jasmine.

Bhima segera mengecek keadaan Jasmine secara professional dan ada orang ketiga bersama mereka yang menemani. Sejak turun mobil, Jasmine bersin tiada henti, ia kelelahan, efek padatnya persiapan menuju hari H.

"Pusing mas. Muter-muter"

"Yaudah istirahat aja ya. Biar test foodnya kita undur aja"

"Tapi nggak apa-apa emang? Temennya mbak Al nggak apa-apa?"

"Nggak apa-apa, udah, mas kenal mbak Amel kok. Lagian kamu pusing gini. Darahmu rendah yang"

"Nggak ih. Kamu pulang o sana mas" usirnya.

"Ngusir nih?"

"Heem. Ntar kamu ketularan"

"Pilek doang, bukan apa-apa"

"Justru. Virusnya cpet nyebar massss. Pulang sanaa"

"Yaudah yaudah" Bhima mengalah sambil membereskan alat perangnya. "Mas pamit ya"

"Heem"

"Kabarin mas kalau ada apa-apa"

"Kamu ke depan sendiri ya, Jangan bilang mama"  ujar Jasmine pelan.

"Iyaa nggak kok. Assalamualaikum"

"Waalaikumsalam" Jawab Jasmine seiring tubuh Bhima menjauh dari dalam rumah dan menuju pintu lalu keluar dari sana.

Bhima akhirnya pulang dengan wajah semringah walau harus kembali menembus kemacetan ibu kota yang tak berkesudahan.

TBC-----

HALLOOOOOO 😍😍😍

Kaget mas Bhima update malam sabtu? Enggak ya, yaudah nggak apa-apa. Cuma mau update hari ini aja, besok juga kalau gak ada halangan, ku mau update lagi 😍😍

Anyway, thanks to 1K followers!! Yeay! Alhamdulillah, support terus dengan meninggalkan jejak komen dan tanda bintang yaaa 😘😘😘

#dahgituaja

#awastypo

Danke,

Ifa 💕💕

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top