ROOM 18

Di Mobil Bhima saat perjalanan ke Bandung

Hari ini semua keluarga Prayuda serta Orang Tua Jasmine akan berangkat ke Lembang, Bandung. Ada sesuatu yang akan di bicarakan di sana.

Semua sudah siap di mobilnya masing-masing, tak terkecuali Bryna yang kini semobil dengan Om dan Tantenya ini.

Sejak masuk mobil hingga separuh perjalanan Bryna lebih banyak tertidur dan menyumpal telinganya. Bhima dan Jasmine tahu apa yang menyebabkan keponakannya seperti ini, tapi mereka pun tak bisa berbuat banyak.

"Aku percaya kamu kok. Kita nggak ada yang concern di psikiatri sih, ya" ujar Bhima sambil terus fokus menyetir.

Jasmine tersenyum lalu menengok sekilas ke belakang dan Bryna masih terlelap dengan earphone di telinganya. "Iya ya. Sayang banget, kasian adek tuh" sahutnya.

"Iya, kita nggak begitu paham soal gituan"

"Emosi Bryna masih belun stabil kayaknya, mas, apa kita nggak coba panggil psikiater?"

"Sekalipun misalnya kita manggil psikiater pun belum tentu bisa nyembuhin lho.
Treatment dari orang terdekat itu biasanya lebih ampuh" timpal Bhima.

"Iya sih..., Tapi aku aja baru kenal sama Bryna mas.. Banyak yang aku gak tau dari dia. Kamu cuma cerita sekilas, dan pas ku sampe sini ternyata malah Bryna begini. Jauh sekali dari ekspektasi aku.." Jasmine mulai pesimis.

"Kamu kan mau jadi Tantenya. Coba aja, dia penasaran sama kamu sebenarnya
Sebelum ini sering banget tanya kapan tante Jasmine pulang"
"Iya, nanti aku coba ngobrol. Tapi kok kayaknya kaku..., Aku jadi canggung juga"

"Jangan dong"

Jasmine menunduk.

"I dont know how to start" gumamnya.

"Peer tuh. Anggap aja seleksi calon istri.., Hahaha" tawa Bhima mengelegar saat menggoda Jasmine.

"Iiiihhh maasss"

"Eh iyaaa. Aku serius, yang" Bhima masih terkekeh.

"Iya iyaaa pahammm"

"Latihan ngadepin anak"

"Iya daddy..." Giliran Jasmine meledek Bhima dengan panggilan Daddy karena kemarin Kavin memanggilnya Daddy juga.

"Laaah. Hahahahahahaha.., Aku nggak mau di panggil daddy" tolak Bhima.

"Lah terus? Ayah? Papa? Abi?"

"Nggak usah ikut-ikutaan mbak Al sama mas Adr" alibinya.

"Papi? Apa ya yang? Bapak? Hahahaha! Jawa sekali di panggil Bapak,Atau ABAH " Jasmine terkikik dengan panggilan terakhir yang ia sebut.

"Eh jangan salah. Manggil bapak tuh edgi lho in this era ya. Abah maah kayak udh tuaa banget akunya"

"Emang tua udh kamu mas" ledeknya.

"Itu ngeledek atau gimana? Btw kamu mau ya dinikahin orang tua" Skak! Jasmine salah tingkah.

"Eh eehh..."

"Apa? Mau jawab apa? Kena sendiri kan?"

"Iihh maaaassss kamu mah" rajuknya lagi.

"Ganteng"

"Iyadeh iyaaa ganteng se-keluarga Prayuda"

Iyain aja napa Jas biar cepet 😂

"Jelas, kenyataan itu"

"Iiihhh pede gilss, Iya mas iyaaa, Duuhh.
S

usah deh punya calon narsisnyaaa"

"Nyesel ta kamu? Belum terlanjur sih"

"Ndak sih" Jasmine nyengir kegirangan.

"Tuh tuh, pipi udah kek tomat gitu" Bhima meledek Jasmine lagi yang wajahnya memerah, Jasmine spontan membuang muka ke arah jendela.

"Gemes deh! Nggak sabar pengin nerkam yang. Yuk ah ke KUA" becanda tapi syeriush mas Bhima mah.

"Yuk!" Sahut Jasmine tak kalah semangat.

"Laaah. Kamunya juga ngebet toh??"

"Kaannn tadi ngajakin"

"Iyaa, selesai dari Bandung aja ya. Kita omongin sama semua juga. Biar ditentuin tanggalnya, baiknya kapan" jelas Bhima.

"Iya ntar ya pas kita kumpul aja gimana?"

"Oke, nanti mas yang ngomong"

Obrolan mereka terus berlanjut sampai Bhima baru ingat tentang cincin, pemberian dari mama yang kemarin khusus di pesa  untuk Jasmine.

"Ta' pakein ya" goda Bhima.

"Kamu lho pegang-pegang belum muhrim tauk"

"Aku juga nggak megang kamu geer" balas Bhima.

Hening sejenak. Mereka mulai kehabisan bahan pembicaraan hingga Bhima mengucapkan kata ajaibnya. "Yang, i love you, Until Jannah, insha Allah. Ngga ta' lepasin. Awas aja"

Lho kok akhirnya ngancam, ya mas? 😂

Jasmine hanya bisa mengaminkan ucapan calon suaminya itu. "Aamiin"

Tak terasa mobil sudah hampir sampai di areal tanah pemakaman keluarga Prayuda. Jasmine membangukan Bryna ketika mobil sudah berhenti.

Satu persatu turun dari mobilnya, tetapi Bryna hanya mau dengan Jasmine. Ia enggan mendekat ke arah mom dan daddynya, ia bersembunyi di balik tubuh Jasmine.

Sekitar 15 menit mereka semua ada di sana. Mama masih saja menangis saat mengunjungi makam kedua orang tuanya yang sudah tiada saat dirinya mengandung Aliya 4 bulan.

Ia duduk terdiam seolah berbicara dengan tatapan matanya yang terus menatap batu nisan berpahatkan nama kedua orang tuanya. Saat di rasa cukup barulah yang lain menyiram makan dengan air mawar dan di taburi bunga-bunga segar.

"You okay?" Tanya Papa sambil merangkul mama saat keduanya berjalan menuju mobil.

"I'm okay" Mama lalu tersenyum singkat sebelum masuk ke dalam mobil.

💕💕💕

Semua sudah sampai di villa, masing-masing sibuk dengan kegiatannya. Apalagi Kavin dan Bryan yang semangat minta langsung ke kebun strawberry, jadilah Daddynya menuruti langsung ke sana.

"Udah kumpul semua kan ya ini?"

"Udah, kecuali Kani, Bian dan Mas Adri. Kenapa Bhim?" Tanya Mama, semua sudah kumpul termasuk Bapak Farhan dan Ibu Annisa.

"Bhima mau ngomongin soal..." Bhima melirik Jasmine. "Pernikahan.." jawabnya lalu tersenyum.

"Iya jadi gimana?" Tanya Papa.

"Jadi ma, pa, yah, bu. Pulang dari liburan ini, Bhima sama jasmine mau urus semua berkas ke KUA" Bhima mengutarakan niatnya.

"Ya nggak apa-apa. Bagus dong, ya kan mbak yu?" Mama menepuk lengan ibu yang duduk di sebelahnya.

"Oya iya mbak, Bener banget, lebih cepat lebih baik" sahut Ibu antusias.

"Jadi kalian tuh maunya kapan?" Kini Ayah bersuara. "Apa sudah punya tanggal?"

"Awal november aja gimana?"

"Jasminenya setuju nggak?"

"Saya manut mas, Pa"

"Gimana yah, boleh kan awal november?"  Bhima beralih izin ke Ayah.

"Kalian udah mantep kan?" Ayah meyakinkan.

"Insha Allah mantap, Yah" jawab Bhima tegas.

"Ayah tanya sekali lagi, bukan cuma buat Bhima, tapi juga buat Jasmine. Kenapa kalian memutuskan untuk menikah?" Tanya Ayah serius. Serius banget.

"Daripada kami buang waktu untuk pacaran, lebih  baik kami menikah yah. Karena hati Bhima sudah mantap pada anak ayah dan ibu, insha Allah memang ini jodoh yang Allah siapkan untuk Bhima, untuk jadi istri dan ibu dari anak-anak kami nanti, Yah, Bu.." jawab Bhima mantap.

"Jasmine pun juga begitu yah, buk, mama, papa. Jasmine memang belum lama mengenal mas. Tapi niat baik mas dan segala keyakinannya membuat Jasmine juga yakin akan hal ini. InshaAllah, ini jawaban Allah atas doa Jasmine" jawab Jasmine bergantian.

Mama Papa mengangguk mantap mendengar jawaban keduanya yang sama-sama sudah mantap untuk bersama dengan segala konsekuensi di depannya setelah mereka menikah nanti.

"Yawes nduk, kalau memang Bhima pilihanmu, ayah dan ibu hanya bisa berdoa dan berharap yang terbaik untuk kalian berdua" sahut Ayah.

"Oh iyaaa, Mama ada sesuatu untuk Jasmine" Mama mengeluarkan kotak beludru warna merah dari tasnya.

"Bhima yang pakein ya ma?"

"Nggak boleeeh. Enak ajaa, Mama yang pakein ini" larang Mama.

"Ya deh maaa.." Bhima hanya pasrah saja.

"Sini coba sayang" Mama melingkarkan cincin cantik perpaduan warna silver dan rose gold serta mata berlian di tengahnya.

"Mah, cincinnya bagus banget" Ujar Jasmine terkagum saat melihat cincin itu melingkar manis di jarinya.


"Suka nggak? Mama ngandelin insting aja sih, habis masnu juga nggak tahu"

"Pas mah.. Suka banget, ini cantik.."

"Yaa gimana mau tau mah? Kita aja jarang ketemu. Sekalinya ketemu langsung gini, hehe.. Makasi ya mah..." Jasmine langsung memelik Mama.

"Mbak yuuu makasih yaa. Saya nggak tahu lagi, kalau Jasmine bisa diterimaa dengan baik. Alhamdulillah, jasmine punya dua ibuk sekarang" ujar Ibu berterimakasih pada Mama.

"Sama-sama mbak.. Duhh, saya tahu Jasmine anak baik-baik, makanya langsung kami terima dengana baik. Dari awal saja sudah buat kami sekeluarga kepo berat" ujar Mama lalu terkekeh di sambut tawa yang lainnya.

"Una, mama juga ibu Una, jadi kalau Una sayang Ibuk, Una juga harus sayang mama" pesan Ibuk.

"Iya buk..., Nggehh" sahut Jasmine.

"Udah, balik lagi. Jadi kapan tanggal pastinya? Persiapan kalian sampe mana?
Apa yang perlu kami bantu? Share, jangan dikerjain sendiri. Ada adek-adekmu Bhim. Kani, ada Bian, ada Aluna. Gunain. Buat bantu-bantu" usul Papa.

"Iya pah..., Nanti kami minta bantuan mereka"

"Kalian mau konsep yang seperti apa sih?" Ibu mulai penasaran. "Barangkali ibuk dan mama bisa bantu?"

"Garden party aja buk, biar bisa membaur.
Kita juga gak ngundang banyak kok" sahut Bhima.

"Tempat ini sebenarnya juga bisa lho buk
Jadi salah satu opsi" usul Aliya.

"Lho iya ya.. Kenapa nggak di sini aja??
Ibu suka kok, luas juga, viewnya juga bagus
Gimana mbak yu? Di sini aja gimana?"

"Ya nggak apa-apa? Pa gimana pa? Hawanya enak lho di sini" Mama mulai setuju dengan usulan Aliya.

"Save money dek, daripada di gedung atau hotel,mending di sini" sahut Aliya lagi.

"Ya udah mam, nggak apa-apa di sini aja, dari pada nyari yg lain kan yaa
Mending di sini aja"

"Terus apa lagi? Katering gimana?
Uang gedung berarti di alihin buat umroh aja ya, yang?" Jabar Bhima, Jasmine hanya mengangguk antusias.

"Katering pake jasa temennya mbak aja"

"Mbak ada kenalan?" Tanya Jasmine.

"Mbak Amel punya katering kan? Temen SMA nya mbak. Yang supply makanan mingguan di panti?"

"Oalah Amel, Al? Mama tau Al"

"Iya mam, Bhim. Dia sama suaminya udah tinggal di sini lagi"

"Iya sih. Beberapa kali ada rapat di klinik juga mama kan pesen Amel. Enak banget lho"

"Kamu kontak aja Jas, bhim, nanti mbak kasih nomernya"

"Boleh mbak. Nanti Jas coba kontak" jawab Jasmine

Aliya lalu pamit setelah memberikan nomor telepon Amel pada Jasmine agar segera di kontak karena ini agak mendadak. Semua sudah oke, tinggal souvenir yang belum.

"Souvenir yang simple aja mas, lagian juga temen-temen deket aja kan yang di undang?"

"Iya, temen mas juga gak banyak. Yang berguna dan bisa di pake aja, yang..?"

"Dompet ta mas? Atau mug? Mangkok?"

"Mas prefer bantal sofa"

"Atau tumblr boleeh laah. Buat berangkat kerja. Budayakan minum air banyak, ada gelasnya juga, bawa air sendiri"

"Iya bu dokter" Jawab Bhima menggoda Jasmine, sementara yang lain menanggapinya dengan tertawa melihat Jasmine dan Bhima berdebat soal souvenir.

💕💕💕

Bryna sudah kembali ceria usai bermaafan dengan mommynya. Ya tadi Aliya pamit untuk menyelesaikan masalahnya dengan Bryna.

Baru saja Jasmine memberikan beberapa obat yang masih harus Bryna minum untuk penyembuhan lambungnya yang kemarin. Ia juga senang sudah melihat Bryna kembali ceria seperti semula.

"Tante seneng liat adek udah ceria lagi" ujarnya sambil memberikan lolipop untuk Bryna. "Nggak kayak tadi di mobil diemm aja"

"Hehehe" Bryna terkekeh. "Tan om lagi di mana?"

"Kayaknya di dalem deh. Lagi main uno sama mamas"

"Kita kerjain yuk!" Usul Bryna jahil.

"Kerjain apa dek?" Jasmine mengerutkan dahinya mendengar ide Bryna.

"Tante tahu gak om takut apa?"

"Yaahh. Nggak dek"

"Dedek tahu tan" jawabnya antusias.

"Apa dek?"

"Om itu paling takut sama rambutan tan. Lebih ke geli sih hahahaha"

"Hah? Serius?"

Bryna mengangguk antusias lagi. "Keknya di belakang ada deh. Bentar dedek ambilin"

Bryna lantas ngacir ke taman belakang memetik beberapa buah rambutan yang dahannya mudah di jangkau. "Nih tan. Coba deh tante godain om, Tante pura-pura makan deket om ya. Bilang aja, Tante punya sesuatu gitu"

Jasmine tersenyum jahil mendengar ide keponakannya yang satu ini. Mereka berdua akhirnya masuk ke dalam villa, ada Bhima, Bian, Kani dan Bryan yang tengah serius dan asyik main Uno.

"Yaangg" panggil Jasmine.

"Apa yang? Jangan ganggu dulu. Mas lagi konsentrasi nih" ucap Bhima tanpa melihat Jasmine.

"Iihh..., Aku punya sesuatu lho! Mau nggakk??"

"Jangan sampai aja mas kalah sama Bryan lagi. Sesuatu apa sih yang? Apapun dari kamu pasti mas mau"

"Bener ya?" Jasmine meyakinkan sekali lagi, Bryna sudah tak kuat menahan tawanya. Ia mulai cekikikan.

"Yess dear"

"Nih yang" Jasmine menyodorkan rambutan masih dengan tangkainya ke depan wajah Bhima.

"Astagfirullah!!!!" Bhima spontan berdiri dan merinding sendiri. "Yaaang!! Apaan sih!!"

Jasmine dan Bryna sudah tak kuat untuk menahan tawanya. Mereka tertawa terbahak melihat reaksi Bhima. "Dedek???"

"Maaf mas" Jasmine masih terkikik sendiri.

"Ini pasti dedek yang kasih tahuuu"

"Sorry oommm!!! Kaborrrr!!"

Bryna lantas lari seribu langkah saat Bhima mulai mengerjarnya sampai ke taman. "Hayoooo sini kamu!!"

"Oihhhh oomm ampun!!!"

"Sini kamuuu! Haapp!!" Bhima mendapatkan Bryna akhirnya lalu di angkatnya ke udara.

"Lepasii adekkk!! Aaaaaa!! Mommyyy" pekiknya.

"Hmmmm..., Siapa yang ngajarin tante usil gitu? Hmmm"

"Adek iya adek ooomm" Bryna masih tertawa terbahak.

"Dedek udah berani ya sekarang, hmmm" Bhima mulai ndusel di leher Bryna dan mengelitikinya.

"Ampumapuunn" Bryna masih tertawa.

"Om ciumm sini! CUP! MUACH!!!"

"AAKAKAKKKKKKK" Bryna masih meronta-ronta sambil tertawa karena Omnya berhasil mencium pipinya padahal sudah berusaha menghindar.

Sementara yang lain hanya melihat dari jauh sambil ikut tertawa melihat kelakuan om dan keponakan di taman belakang yang main kejar-kejaran.

😍😍😍😍😍

Ciluk baaa!! Aku kembali 😂😂😂

Mas Bhima update!! Cie mbak Jas di kasih cincin sama mama 😍😍 siapa yang naksir cincinnya mbak 😍😍

Hihhhihi 😂😂

Kemaleman ya? Maaf yaa 😂

Selamat malam minggu, semoga terhibur, jangan lupa vomentnya 😘😘

Danke,

Ifa 💕💕

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top