ROOM 15

Long Distance Relationship.

Three words that says everything.

Distance means nothing when someone means everything. Distance is just a test to see how far L.O.V.E can travel.

Some people survive, some people gave up.

But Jasmine & Bhima prove that everythings gonna be alright even distance makes they're apart for..., a while.

Hubungan jarak jauh yang memungkinkan segalanya terjadi. Tak peduli seberapa jauhnya. Tapi sekali lagi, jarak takkan bisa mematahkan hubungan mereka, Bhima pulang ke Jakarta untuk sesuatu hal yang ia perjuangkan. Ia membuktikan pada Jasmine bahwa ia sungguh-sungguh akan menjadikan Jasmine satu-satunya.

"Yang, kalau seandainya setelah kamu selesai koas dan aku selesai intern kita pulang dan lanjut di Indonesia  gimana?" Jabar Bhima di ujung sambungan teleponnya dengan Jasmine sore ini.

"Hah? Nggak salah denger aku mas?" Jasmine terperanjat dari kursinya saat mendengar penjelasan Bhima.

"Nggak yang, serius aku, beneran"

"Maaauuuu!!" Pekiknya membuat Bhima menjauhkan ponselnya sejenak. "Aku kan maunya gitu. Soalnya kemarin kan yaa aku mah nurut kamu aja. Ke mana kamu pergi ya aku ikut" lanjutnya setelah tenang.

"Kayak lagu ya yang, ke mana langkahku pergi..., selalu ada bayangmu. Gitu ya?"

Terdengar suara tawa Jasmine di sana saat mendengar suara Bhima yang katanya Jasmine sumbang. 😂

"Ih! Apaan sih, fals suaranya" protesnya lalu hanya di balas tawa.

"Kehamilannya mbak Al kan high risk yang, makanya Mas Adrian akan menonaktifkan mbak Al sementara waktu dari rs sampai waktu yang gak di tentukan. Jadi mbak Al di rumah, rehat sampai lahiran"

"Lalu mas ditarik ke rs?"

"Iya begitu sepertinya, Mama pun, kamu juga. Kamu koas mundur 4 bulan berarti sampai mei kan? Mas sampe maret selesai" jelasnya lagi.

"Ya nggak apa-apa mas, gitu aja"

"Awal juni kita pulang" putusnya.

"Lho kandungan mbak Al udah besar dong mas?"

"Iya, mbak kan due date akhir juni. Mama udah mulai gantiin mbak sejak kemarin di rawat. Nggak mungkin juga kan mbak Al habis lahiran balik kerja"

"Iya sih, terus klinik?"

"Ada tante Ellea. Kita masuk rs setelah urusan kita di Belanda kelar"

"Iyaa mas. Aku ikut mas yang terbaiknya bagaimana" jawab Jasmine sambil senyum-senyum tanpa sepengetahuan Bhima.

"Mas mau ke jemput ke tempat bimbel anak-anak dulu ya" pamitnya setelah melirik jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul 16.30.

"Iya mas aku juga mau balik praktik, nanti kita lanjut lagi ya, take care mas ku"

"Take care bu dokter"

💑💑💑

Clings!

Jasmine mengirimkan tautan dari Youtube, lagu lama yang sering di cover dan di nyanyikan hampir di setiap acara pernikahan maupun ulangtahun pernikahan.

Aruna Jasmine

"Nothings gonna change my love for you"

Tulisnya dalam kolom chat Line yang langsung di balas Bhima.

Abhimata Satrio. MD

"Aamiin. Me too.. Until Jannah sweety 💕💕💕"

Aruna Jasmine

"Aamiin"

👫👫👫

Bhima sedang membereskan beberapa berkas yang sudah ia siapkan untuk ke KUA nanti, besok Bhima akan ke rumah orang tua Jasmine dan meminta beberapa berkas milik Jasmine.

Mama yang melihat salah satu putranya sedang sibuk di kamarnya yang pintunya sedikit terbuka jadi penasaran dan beliau akhirnya masuk ke dalam sana.

"Mas Bhim? Mama masuk ya?" Panggilnya di depan pintu dan tersenyum.

Bhima ikut tersenyum setelah terpaku beberapa saat melihat senyum Mama yang masih sama seperti dulu. Ringan. Tanpa beban, meski usia tak membohongi.

"Hai mam, masuk aja sini" jawabnya.

Mama duduk di pinggir tempat tidur Bhima yang terlapisi sprei dan bed cover putih. Ia duduk diam dan memperhatikan Bhima yang kini sibuk dengan laptop di meja kerjanya.

Banyak foto tertempel di dinding kamar maskulin dan khas wangi laki-laki.

Sudah besar.

Dua kata yang melintasi kepala mama akhir-akhir ini. Mungkin bawaan ketika anak lelakinya akan menikah.

Tapi, sebesar apapun anak laki-lakinya, ia akan terlihat selalu menjadi anak kecil di mata sang Ibu.

Ia akan terus mengingat Ibunya, ketika senang maupun susah, bahkan ketika menangis atau tertawa sekalipun.

Karena Mama, akan selalu ada di isi kepala anak-anaknya di mana pun. Karena beliaulah alasan anak-anaknya kembali pulang. Karena ialah 'rumah' yang sesungguhnya.

"Mam, are you okay?" Bhima mengerutkan dahinya ketika ia melihat Mama yang hanya diam saja sejak ia duduk tadi.

"Eh, i'm okay" Mama beranjak dan pindah posisi lalu berdiri di belakang Bhima dan meletakkan dagunya di atas kepala Bhima. "Tiket untuk siapa nak?"

"Jasmine. Jasmine mau pulang ke sini setelah mas cerita kalau mbak nggak bisa naik pesawat" jawab Bhima sambil mengelus lengan Mama yang ada di depan dadanya.

"Oh ya?" Tanya Mama antusias. Bhima mengangguk senang. "Kapan mas? Jangan lupa di jemput"

"Iyaa..., insha Allah selasa depan. Jasmine cuty sampai akhir Januari, awal February baru aktif lagi"

"Ya udah. Kamu atur ya, mama papa hanya bisa mendukung, selebihnya, kamu dan Jasmine yang berhak. Udah tahu mau honeymoon kemana?"

"Udah. Kami mau umroh, mam"

Mama tersenyum mendengar pilihan Bhima. Mama jadi teringat ibadah umrohnya beberapa tahun lalu berdua dengan Papa, doa mama banyak, salah satunya Aliya yang kembali hamil lalu lahirlah Kavin. Waktu itu juga doa untuk ketiga anaknya yang lain dan dua di antaranya sudah menemukan perempuan yang Insha Allah jodoh mereka. "Mama titip doa untuk adik dan mbakmu ya" Mama mengecup puncak kepala Bhima dengan sayang.

"Nggeh mam, insha Allah" Bhima balas mencium kedua tangan Mama sebelum menutup kembali laptopnya. "Makan yuk mam, Mas laper nih. Nunggu Papa sama Bian pulang mah lama, yuk" ajaknya lalu di sambut rangkulan hangat Mama yang langsung membawa Bhima keluar dari kamarnya.

😍😍😍

Saat semua sudah di kamarnya masing-masing dan Mama masih terbangun sambil menemani Papa yang sedang mengecek beberapa berkasnya, Mama akhirnya memilih untuk menelepon Jasmine, memastikan ucapan Bhima tadi.

Obrolan mereka sudah panjang kali lebar, kali tinggi. Ngalor ngidul kemana-mana setelah di tanyai jadi benar atau tidak Jasmine pulang minggu depan.

"Iya mam, nggak apa-apa kan mam kalau di percepat?"

"Ya nggak apa-apa dong sayang malah mama seneng bgt" jawab Mama antusias.

"Kami kemarin diskusi, ternyata nggak enak juga kalau mas balik ke Leiden dan kita belum punya status resmi. Mau ketemu juga serba nggak enak, lalu, mas ngotot mau bawa semuanya ke sana terus akad di sana.  Kan ya nggak gampang mam" Jasmine menjelaskan hasil diskusinya kemarin dan akhirnya memutuskan untuk pulang ke Jakarta.

"Betul, lebih baik kalian di sini, pulang ke sana udah halal. Iya, masmu itu juga ngotot bilang ke mama gitu. Pokoknya mama nggak masalah dengan keputusan kalian kok, lebih cepat lebih baik. Biar nanti anaknya mbak Aliya ada temennya" ujar Mama. Jasmine tahu ke mana arah pembicaraan mama ini.

"Iya Alhamdulillah ya ma mbak Al"

"Mas cerita ke kamu pasti ya? Alhamdulillah, masih rejeki mbak dan mas itu, rame deh rumah mama" jawab Mama senang.

"Iya mam, mas cerita. Tapi nggak apa-apa ya mam, pendidikan Jas jadi mundur beberapa bulan"

"It's okay sayang kamu juga butuh ketemu orang tuamu kan?"

"Iya mam. Apalagi akhir-akhir ini semakin padat kegiatan, Jas sering drop, bikin khawatir mas"

"Nah iya. Kalau udah halal kan semuanya enak, iya toh?"

"Hehehe, iya mam tapi, maaf ya mam, kalau sekiranya mama kurang srek dengan keputusan kami"

"Mama setuju aja selama itu baik untuk kalian berdua. Semua mama serahkan ke kalian karena keputusan di tangan kalian, bukan mama.
Mama dan papa hanya mengarahkan saja, selebihnya kalian yang menentukan"

"Iya mama, semoga lancar sampai nanti ya ma. Jas gasabar pengin jadi anak mama"

"Doa mama papa selalu untuk kalian yang terbaik nak. Sekarang juga udah jadi anak mama kok"

"Heheh maaaaamaaa"

"Kalian saling jaga ya. Mas itu, kalau udah sayang ya begitu..., Jangan anggap itu berlebihan ya. Itu tanda cintanya mas " pesan Mama.

"Iya maa. InshaAllah, Jas seneng malah"

"Sinii cepet pulang nanti mama ajarin buat macaroni schootel kesukaannya mas"

"Buat bareng-bareng aja mam, ajarin Jas ya" pintanya.

"Iyaa nanti mama ajarin masak yang enak buat suami" lalu mama tertawa setelah mengakhiri kalimatnya.

"Hehehe tau aja Jas belum pandai masak, jadi malu"

"Mama juga dulu gitu, saking kelamaannya di NY mama jadi terbiasa sendiri masak"

"Mamaaa keren banget" Jasmine memang ngefans mama Lanny saat pertama kali Bhima menceritakannya.

"Nggak enak di sana kelamaan, apalagi jauh dari anak, Alhamdulillah sekarang udah kumpul semua"

"Iya mam..., seneng ya. Oh iya Mam, Mas juga kayaknya berubah pikiran, katanya mau lanjut di Indo. Ngajakin Jas juga buat pulang setelah sama-sama selesai"

"Iya, nggak apa-apa ya nak? Mbak Al kasian soalnya kalo kerja"

"Jas mah malas seneng. Jas juga capek di luar ma"

"Yakan? Kelamaan nggak enak"

"Kehidupan minoritas yang kadang nyiksa. Bukan soal agama, cuma, soal kehidupan sehari-harinya ma, seperti makan salah satunya. Hehehe"

"Makan dan kerudung ya nak. Mbak Al juga dulu gitu"

"Kalau kerudung InshaAllah istiqomah ma"

"Kuncinya bersabar sayang. Mbak juga dulu gitu nak, sering nangis telepon mama nggak tahan tinggal di sana. Tapi masha Allah, bertahan, survive 5 tahun menemani suami sama anak-anak"

"Iya ma, itu dia yang Jasmine rasakan juga. Homesick. Tapi kadang suka nangis telepon ibuk, cuma ya, ini keinginan Jasmine untuk sekolah di Leiden, jadi Jasmine harus kuat"

"Betul, finish what you've start. Pulang sebelum mbak lahiran yaa"

"InshaAllah ma. Doakan lancar"

"Aamiin sayangg..., udah bilang ibu sama ayah juga?"

"Biar surprise aja mam"

"Ya udah. Eh ternyata ibumu kepsek di sekolah si kembar ya? Nganter kembar ketemu calon besannya mama" seloroh mama bersamaan dengan tawanya.

"Nah itu, kemarin sempet diceritain dedek. Dunia sempit mam"

"Hahaha, iya ya, nak, udah dulu ya, si Papa udah selesai nih kerjanya. Mama tidur duluan ya. Assalamualaikum"

"Iya mam, wa'alaikumsalam"

Klik.

"Jasmine, Mam?"

"Iya, duh..., nggak sabar nunggu dia pulang. Rasanya dekat sekali padahal kita belum pernah ketemu langsung"

Papa tersenyum lali menarik Mama dalam pelukannya. "Itulah. Chemistry, insting ibu lebih tahu, mana anak baik, mana anak baik-baik. The one and only that our son want to spend the rest of  his life. Once in a lifetime, like us" ujar Papa saat memeluk Mama makin erat, lalu detik berikutnya mereka sudah tenggelam jauh dalam alam mimpi.

"Berada jauh darimu bukanlah alasanku untuk sedikit saja meninggalkanmu. Karen berada jauh darimu itu membuktikan bahwa sesungguhnya kita berdua tak bisa saling berjauhan. Percaya. Kuncinya percaya, karena bila saling percaya, semua akan terasa baik-baik saja"

-Abhimata Satrio Prayuda-

Tbc---

Ciluk baaa!!!! Kaget kan aku update Mas Bhima selain malam minggu 😂😂😂

I'm in a good mood soalnya, walaupun capek dan kepala pening 😆😆😆 tapi semangat aja tetiba mau up part ini 😉😅😅😅

Hope you like it!

Enjoy!

#dahgituaja

#awastypo

Danke,

Ifa 💕

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top