ROOM 12
Sejak pulang dari Bandung kemarin, Bhima sudah membicarakan dengan Mama dan Papa akan ke rumah Jasmine hari selasa ini. Jasmine juga sudah memberitahu Ibu dan Ayahnya lewat telepon kemarin, beliau cukup terkejut karena Jasmine tak pernah lagi punya pacar atau lelaki yang dekat setelah kejadian pemutusan perjodohan secara sepihak waktu itu. Dan sekarang, ada lelaki serius yang akan bertandang ke rumah akan meminang sang putri.
Selasa malam usai maghrib, Bhima, Mama dan Papa berangkat menuju rumah Jasmine di daerah Cilandak. Hanya mereka bertiga, tanpa Aliya atau Adrian maupun krucils yang ikut.
Mobil BRV hitam sudah berhenti di depan rumah dua lantai minimalis nan asri dengan beberapa tanaman dan pepohonan di pekarangannya, bisa di lihat walaupun hari sudah gelap.
"Siap mas?"
"Insha Allah, Ma"
Mereka segera turun dari dalam mobil dan masuk ke dalam pekarangan rumah. Bhima menarik nafasnya dalam-dalam sebelum mengetuk pintu berpelitur ukiran khas jawa itu.
Tok tok tok
"Assalamualaikum" ucap Bhima.
Ada suara kunci terbuka dan nampaklah seorang ibu seumuran Mama, yang tak lain adalah Ibu dari Jasmine. "Wa'alaikumsalam..., nak Bhima ya?"
"Nggeh buk" Bhima lantas mencium tangan calon ibu mertuanya itu. "Ini Mama dan Papa saya"
"Lho? Ibu Lanny?"
Mama mengerutkan dahinya. Ia kenal dengan wanita ini. "Bu Nisa? Ya Allah, jadi ibu, orang tuanya Jasmine?"
"Iya, masha Allah..., dunia sempit sekali..." Ibu Nisa langsung berpelukan dengan Mama dan setelahnya mereka di persilakan masuk juga berkenalan dengan ayah Jasmine, Bapak Farhan Kusuma.
"Jadi mama udah kenal?" Tanya Bhima.
"Lho ya udah dong..., ini sih sering ya ketemu. Ibu Nisa ini kepala sekolah di SMP nya dedek sama mamas" jelas Mama dan Bhima hanya ber-oh ria saja karena ia juga baru tahu.
"Si kembar mana, kok nggak ikut?" tanya Bu Nisa.
"Ada di rumah mereka. Belum di bolehin ikut" jawab Mama.
Bhima mengedarkan pandangannya ke arah tembok. Di sana banyak foto-foto Jasmine sejak kecil, banyak piala berjejer dan medali menggantung di tembok rumah ini. Sejak kecil Jasmine sudah berprestasi, di lihat dari banyaknya koleksi piala-piala Jasmine.
Setelah di rasa cukup berbincang, kini langsung ke inti dari ke datangan Bhima kemari. "Dari penjelasan Jasmine kemarin di telepon, katanya Bhima benar serius dengan Jasmine?" tanya Pak Farhan dengan serius tapi santai.
"Iya pak, saya serius dengan putri bapak. Sejak awal, saya memang tidak mencari pacar untuk main-main. Tapi saya mencari yang bersedia untuk saya pinang, tentu dengan persetujuan dari mama papa saya juga bapak dan ibu" jelas Bhima tegas dan jelas membuat senyum di wajah Ayah dan Ibu Jasmine mengembang sempurna.
"Benar Bhima?"
"Iya bu, saya sudah tidak ragu lagi. Insha Allah Jasmine adalah pilihan terbaik dari Allah untuk saya dan masa depan saya"
"Alhamdulillah. Tapi pendidikan Jasmine di Belanda belum selesai, jadi bagaimana? Bhima mau menunggu?" Tanya Ayah Farhan.
"Kalau untuk masalah itu, saya dan Jasmine sudah berkomunikasi dan membicarakannya, kami sepakat untuk tetap menikah dan tetap di Belanda sampai Jasmine selesai perkuliahannya. Kalau rencana tidak berubah, saya akan melanjutkan S2 di sana bu, pak. Tapi kami akan tetap melihat keadaan ke depannya bagaimana, kalau tidak memungkinkan ya kami akan pulang ke Indonesia" jawab Bhima menjelaskan rencana ke depannya bersama Jasmine.
Ayah dan Ibu Jasmine mengangguk tanda mengerti ucapan Bhima. "Jadi gimana bu, pak?" Papa makin tidak sabaran menunggu jawaban kedua orang tua Jasmine.
"Baik. Kalau memang Bhima serius dengan Jasmine kami sebagai orang tua hanya bisa mendukung saja" jawab Ayah Farhan.
"Alhamdulillah..."
"Terimakasih bu, pak" ujar Bhima dengan wajah berbinar seraya bangkit dari duduknya lalu sungkem pada Ayah dan Ibu--nya Jasmine.
Ibu mengelus kepala Bhima yang ada di pahanya. Setitik air mata turun dari matanya yang sejak tadi menahan untuk tidak menangis. Ia lihat ketulusan dari mata Bhima, dari pertama kali Bhima menelepon dan bilang bahwa ia mencintai Jasmine karena Jasmine adalah pilihan Allah yang datang tanpa ia minta, tapi Allah tahu isi hati Bhima. Yang datang tanpa proses macam-macam, yang datang dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Ah. betapa bahagianya hati Ibu saat ini. Melihat seseorang yang tulus mencintai putri semata wayangnya setelah ia dan suaminya. Ia bahagia melihat putrinya yang sempat terpukul dan terpuruk hingga menjadikan kota Leiden sebagai pelarian atas sakit hatinya kini telah bangkit dan menemukan tambatan hati lain yang tulus mencintai Jasmine.
Di saat Jasmine menutup diri dari laki-laki karena trauma masa lalu. Di saat Jasmine enggan membuka hati dan menyelam lebih jauh lagi, Allah datangkan lelaki baik-baik yang jauh lebih baik dari yang sebelumnya.
Di balik kejadian buruk, pasti ada hikmah yang akab kita petik di akhir.
Ibu angkat wajah Bhima dan di tangkupnya sang calon menantu, ia tatap wajah tegas nan tampan itu, ia usap wajah bersih karena air wudhunya lalu ibu berbicara.
"Bhima. Ibuk titip Jasmine. Jasmine satu-satunya anak ibuk, permata hati ibuk, ibuk pesan, jangan kamu sakiti hatinya, jangan biarkan air matanya jatuh. Bila ia punya masalah, sediakan pundakmu untuknya menangis, redakan tangisnya agar tak terdengar siapapun sekalipun ibuk yang mendengar. Kalian, sudah sama-sama dewasa, kalian pasti akan menemukan jalan keluar bila masalah datang menghampiri. Hidup berumah tangga bagaikan pohon yang terus tumbuh tinggi, bila tinggi akan semakin kencang angin yang menerpa. Kalian harus kuat, apapun alasannya. Ibuk percayakan semuanya pada Bhima. Ibuk titip anak ibuk, adikmu, Jasmine" ibu menutup kalimatnya dengan mengecup puncak kepala Bhima dengan sayang.
Bhima mendengar dan meresapinya penuh makna. Ia mengangguk pasti bahwa apa yang di pesankan ibu akan ia jaga sampai nanti. Bhima menatap ibu dengan haru, sekali lagi Bhima mencium punggung tangan ibu dalam-dalam, lalu di peluknya. "Insha Allah Bhima akan jaga Jasmine, buk" bisiknya di sela pelukan dengan Ibu.
Mama menatap putranya penuh haru. Jagoannya kini sudah dewasa, sebentar lagi akan menikahi seorang gadis. Mengapa waktu begitu cepat berlalu? Rasanya Mama baru saja kemarin melahirkan jagoan kembarnya ke dunia ini, rasanya baru saja mereka sekolah dan sekarang, lihatlah, Abhimata Satrio Prayuda kini sudah dewasa, sudah bukan lagi anak-anak apalagi bayi, justru sekarang dirinya lebih pantas di sebut Ayah karena sudah pantas punya anak.
Papa mengelus tangan sang ratu hati di sebelahnya yang tampak melihat terharu, tak terasa kini satu anaknya lagi akan menikah. Ia akan menyaksikan kembali prosesi akad dan resepsi anaknya, ia akan dapat cucu lagi dari anaknya. Papa sudah dapat membayangkan bila rumahnya akan bertambah ramai dengan adanya cucu-cucunya lagi.
Semoga Allah memberi Papa-Mama umur panjang dan dapat menyaksikan semua anaknya menikah dan punya anak.
Acara malam itu berakhir setelah jamuan makan malam dan foto-foto. Mama, Papa juga Bhima pamit pulang dan akan kembali ke sini lagi ketika Jasmine pulang nanti. Yang jelas, selangkah lagi Jasmine akan menjadi istrinya, ibu dari calon anak-anaknya kelak.
Tbc----
💕💕💕😭😭😆😆😆💕💕💕
Aawww..., ibuuukk..., duhh momsye baper eughhh 💕💕
Terpoteque hati dedek, bwang 😌😩😩😩
Huhuhuuuu
Maafkan aku ngaret yah? So sowryyy kepala di serang migrain karena flu 😷😷
Jangan ngambek yah, nih aku udah update 😆😆😆😍😘😘 hihihi
#DahGituAja
Danke,
Ifa💕
Yang suaranya lagi bindeng seperti 🐸
Voment pleaseee 😳😳😳
#AwasTypo
Mulmed: Tulus-Teman Hidup 💑
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top