ROOM 10

"Mbak Al, Kavin demam tinggi"

Suara di telepon dari Bian tadi saat Aliya dan Adrian masih dalam perjalanan pulang dari rumah sakit membuat Aliya panik. Pasalnya, si bungsu jagoannya ini tidak pernah sakit seperti ini.

Begitu sampai di rumah Mama, Aliya lantas membuka pintu mobil dan masuk ke rumah. Dari ruang tamu terdengar suara Kavin yang menangis di gendongan Bhima.

"Kav..." Suara tangis Kavin langsung berhenti begitu mendengar suara mommynya. "Berapa demamnya, mam? Dari jam berapa?" Aliya lantas mengusap kening Kavin dan semakin terasa panas.

"39 kak, udah dari sejam yang lalu, muncul ruam juga. Mama baru bisa periksa panasnya aja, Kavin nggak mau lepas dari Bhima" jelas Mama sambil menyingkap selimut tipis yang tersampir di badan Kavin.

Bhima tadi membuka baju Kavin dan bajunya lalu Kavin di peluk di atas dada Bhima.

"Ya Allah, nak..., tumbennya kamu begini. Yuk sama mom yuk, periksa dada dulu yuk?" Bujuk Aliya.

"NOOOOOO" pekiknya. "Nggak mauu..., Kavin nggak mauu, Kavin nggak pa-paa huaaaaaa" tangisnya pecah saat Adrian tiba-tiba mengangkat Kavin dari pelukan Bhima.

"Jagoan daddy kok begini..., yuk periksa bentar ya. Ayok mom.." Adrian memangku Kavin lalu Aliya mulai memeriksa jagoannya.

"Cup sayang cup...."

Kavin terus memberontak di pangkuan daddynya selama Aliya memeriksa dada dan perutnya. "Kita ke ER aja yuk, mas, kita cek ini dbd atau campak, soalnya Kavin emang dari kemarin udah batuk, pilek juga dari beberapa hari lalu"

"Ya udah, yuk kita ke ER"

Kavin segera di gantikan baju dan di bawa ke rumah sakit, tetap di gendongan Bhima tak mau lepas.

"Dek, tolong ketikin ke tante Jasmine. Bilang nanti Om telepon, sekarang mau ke ER dulu" pesannya pada Bryna sebelum keluar.

"Iya Om" Bryna langsung mengambil ponsel Bhima di saku belakang lalu mengetik pesan di Line.

"Tante Jasmine? Tante, maaf ya, Om Bhima lagi ngurus Kavin dulu. Demam, rewel nggak mau sama mom atau daddy. Maaf ya tante, nanti Om telepon katanya- Bryna, ponakannya Om Bhima"

Dan setelahnya Bhima segera masuk mobil bersama Aliya dan Adrian juga Kavin yang masih rewel.

Sementara di Belanda....

Line

Jasmine lantas membuka ponsel saat melihat pesan dan hanya di baca saja karena merasa matanya terlalu berat untuk melihat lebih jelas.

"Kav sakit? Ya Allah..., kan tadi baru main sama Bhima, ck!" Gumam Jasmine

Efek obat tadi baru terasa lagi dan Jasmine kembali tertidur setelah mendapati pesan tersebut dari Bhima namun yang menulis pesan adalah Bryna.

🏥🏥🏥

Emergency Room Kemang Children And Woman Medical Center

"Baringin di sini, Bhim"

Kavin masih berontak tidak mau lepas dan pada akhirnya Bhima ikut bebaring di brankar karena enggan berpindah ke gendongan Daddynya.

"Aakk dulu sayang, Kavin buka mulutnya nak" Aliya mengarahkan penlight ke rongga mulut Kavin lalu setelagnya memasangkan infus pada tangan kiri Kavin dan meletakkan alasnya agar tidak lepas kemana-mana.

Lalu suster mengambil sampel darah untuk di bawa ke lab saat Kavin mulai tenang setelah di pasang infus, Kavin kembali tertidur dan tetap tidak ingin jauh dari Omnya.

"Bhima, pindahin aja Kavin ke kasur"

"Jangan mas, biarin aja kayak gini nanti dia malah ngamuk lagi" sahut Bhima setengah berbisik dan kembali berayun ke kanan dan ke kiri agar Kavin nyaman dan tidak terbangun lagi.

"Kok tumben ya mas, Kavin drop gini...." Aliya menghela nafasnya berat saat mendaratkan tubuhnya di kursi.

"Ya lagi musimnya gini yang, terus Kavin juga kemarin udah batuk pilek juga kan?" Jawab Adrian sambil merangkul tubuh istrinya dan mengusap lengannya.

"Mudah-mudahan bukan dbd" gumannya lagi di sambut kecupan di kepalanya.

Sekitar jam 10 malam hasil lab baru keluar, Kavin yang kembali terbangun masih belum mau beranjak dari Bhima.

"Tuhkan mas, tampek" ujar Aliya saat membaca hasil laboratorium yang di antarkan suster tadi. Sekarang mereka sudah ada di ruang rawat VVIP di lantai atas, dekat ruangan Opa Irzha, namun sayang ruangan itu sedang kosong, Opa dan Oma belum kembali dari Kalimantan.

"Dy...." Panggil Kavin yang terbangun.

"Ya jagoan?" Sahut Adrian.

Kavin menunjuk pintu ruangan sang Opa yang kelihatan dari balik kaca ruang rawatnya. Adrian mengerutkan dahinya takut-takut Kavin melihat sesuatu yang  bukan orang.

"Apa nak? Kavin kangen Opa ya?" Tanya Adrian dan Kavin hanya mengangguk.

"Telepon Opa boleh, dy?"

"Boleh dong" Adrian langsung menarik bangku dan pindah duduk di dekat brankar Kavin sementara Bhima terlelap di samping Kavin dan Aliya di sofa. "...sebentar ya...." Adrian baru saja menyambungkan video call dengan Opa tapi sayangnya sambungan tersebut tidak terjawab hingga 3 kali. "...Besok aja ya jagoan? Opa-Oma udah bobok, sekarang udah jam 11 malam, Opa-Oma mungkin capek jadi teleponnya nggak di angkat deh"

Kavin menyebikkan bibir bawahnya dan kembali memunggungi Daddynya karena kesal telepon tidak di jawab Opanya.

Adrian hanya bisa menghembuskan nafasnya kasar saat menerima kelakuan Kavin yang sedikit mirip Bryna bila kemauannya tidak terturuti.

"Jagoan, kan masih ada besok pagi. Kan Opa sama Oma di sana lagi istirahat, Kavin juga butuh bobok biar cepet sembuh, ya sayang ya? Nggak apa-apa ya? Besok pagi-pagi Daddy teleponin Opanya, oke jagoan?" Rayu Adrian agar Kavin tidak ngambek. Eh malah yang ada Kavin semakin merapatkan badannya pada Bhima yangtidur menyamping menghadap Kavin.

"Dek..., besok ya?"

"NO!"

Sahutnya sedikit keras.

Hhh

Baikalh, Adrian mengalah saja. Kavin sedang di landa manja karena sedang sakit.

Akhirnya Adrian menyerah dan lebih memilig tidur bersama Aliya di sofa bed yang muat untuk berdua sementara Kavin masih terjaga dengan wajah menekuk cemberut sebal.

Adrian yang menyadari Kavin masih terjaga pub hanya bisa melihatnya dari sofa karena tangan Aliya sudah melingkar di pinggangnya dan enggan melepaskannya.

Sejujurnya Adrian pun merasakan apa yang Kavin rasakan malam ini. Rindu. Yap! Satu kata yang dapat menjungkir balikkan perasaan. Yaa, walaupun kecanggihan teknologi tak dapat di pungkiri dengan hal itu mereka bisa berkomunikasi setiap hari dan menatap wajah satu sama lain.

Tapi....

Kecanggihan teknologi tak dapat menggantikan kehadiran orang-orang yang kita rindukan tersebut.

Kecanggihan teknologi tak dapat mengurangi rasa rindu walau sesering apapun kita berkomunikasi selain kehadiran orang yang kita rindu ada di sekitar kita.

"Pulang ma, pa, kami rindu" gumam Adrian sebelum memejamkan kembali kedua matanya dan mulai masuk menelisik alam mimpi yang indah, namun sayang, begitu bangun itu hanya terjadi dalam angan.

Tbc----

💕💕💕

Cepet sembuh ya abang sayang 😚😚😚

Wah pasti habis ini lapak 10 ini kebanjiran ucapan semoga cepet sembuh buat Kavin dari fansnya 😂😂😂

Dan momsye di serbu. Kabur ahhh... 😂😂😂

Danke,
Ifa 💕😚

Bonus biar pada gak nangis karena Kavin sakit 👇

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top