ROOM 1
Leiden University, Netherlands
Hari kelulusan tiba. Bagi mahasiswa perantauan macam Abhimata Satrio, ini adalah moment paling di tunggu, semua anggota keluarga Prayuda terbang ke Belanda demi menghadiri acara wisudanya hari ini.
Tampak Mama, Papa, Aliya, Adrian, Bian, Kani serta 3 krucil sedang duduk manis di dalam barisan tamu undangan hari ini, sementara Bhima di sana bersama teman-temannya.
"Abhimata Satrio Prayuda.MD, Cumlaude" begitu namanya di sebutkan, Bhima lantas berjalan ke arah panggung dengan gagahnya.
Mama tak dapat menahan harunya, akhirnya, satu dari dua jagoannya hari ini lulus kuliah dan resmi menyandang status sebagai seorang dokter.
Beliau haru menatap Bhima dari kejauhan, menatap anak laki-lakinya dengan mata berkaca-kaca. Ia masih tak menyangka bahwa Bhima-nya kini sudah dewasa, rasanya baru kemarin ia melahirkan dua jagoannya namun sekarang keduanya telah lulus kuliah.
Papa yang menyadari sang ratu tengah menangis haru langsung merangkul dan mengelus lengannya halus, menatapnya tersenyum dan menghapus jejak air matanya karena tak ingin melunturkan make up-nya.
"Be Happy" bisiknya di sambut anggukan dan senyuman manis dari Mama.
Begitu prosesi selesai, semua tamu tak lantas bubar jalan. Mama menghampiri Bhima yang sedang berfoto dengan teman angkatannya.
"Mas Bhi?" panggilnya halus, Bhima menoleh dan tersenyum lalu menyalami Mama dan menciumi setiap sudut wajah sang Mama dan di peluknya erat.
"Mama so proud of you, Son. Cumlaude. Mama nggak nyangka" ujarnya menangkup wajah sang buah hati dengan kedua tangannya.
"Berkat doa mama dan Papa, makasi ya mam" jawab Bhima lalu memeluk Mama kembali dengan erat.
"Inget ya nak, bekerjalah dengan hati, selalu libatkan Allah, insha Allah semua akan mudah" pesan Mama di sela pelukannya.
"Iya ma, Bhima selalu ingat itu" jawabnya.
Setelah sesi yang cukup haru dengan Mama, barulah yang lain bergantian memberikan selamat dan berfoto dengan Bhima.
Ia langsung menggendong Kavin begitu ia melihat keponakannya yang masih kecil ingin ikutan berfoto.
"Om, Dedek mau juga di gendong" rengek Bryna.
"Udah gede juga" cibir Bryan.
"Iih protes aja Mas! Rese!"
"Ya udah udah, sini Dedek" Bhima menuruti keinginan Bryna untuk di gendong saat berfoto.
💕
💕
💕
Sore hari di apartement
"Dek, lanjut di indo apa di sini?" tanya Aliya saat menyuapi Kavin makan.
"Belum tahu mbak, masih ada residensi habis ini. Kayaknya buat lanjut ntar-ntar aja deh" jawab Bhima santai sambil mengunyah kuenya.
"Balik indo kerja di rs aja ya, bantuin mbak sama mas" sambar Adrian.
"Iye mas, tenang aja itu mah. Asal nggak di kira KKN aja ada Bhima juga di situ"
"Hmmm, tuhkan mas, nggak cuma aku yang bilang gitu"
"Lho, bebas dong suka-suka mas, mau mempekerjakan siapa di rs. Kalau dia mumpuni dan memenuhi kriteria untuk jadi dokter di rs kita kenapa nggak? Bersikaplah professional" jawab Adrian tenang.
"Tapiii..."
Adrian mengisyaratkan Aliya untuk tidak melanjutkan kalimatnya dan di sambut cebikkan kesal dari Aliya lalu melanjutkan menyuapi Kavin makan lagi.
Sementara di ruang tv Bian dan Kani sedang bermain Uno stacko dengan Bryan dan Bryna dan sedang tegang karena tidak ada yang mau menarik satu dari tumpukkan balok itu karena bila salah menarik dan jatuh, yang menarik akan kalah.
Di pikiran merekan sedang mencari strategi agar balok lain tak ikut jatuh saat ada yang di tarik. "Ayok buruan jalan dong mas, giliran lo juga"
"Iya iya, sabar apa sih, Kan, ilah" dengan gemetar Bian menarik salah satu balok dan..., balok lainnnya ikut terjatuh.
"Yaahh Om Bian kalah!!" teriak si kembar dengan kompak lalu tertawa lepas saat melihat Om nya kalah, itu berarti harus ada dendanya.
Bian memberengut saat balok terjatuh, ini sudah kali ke 3 ia kalah lagi, maka denda akan di akumulasi.
"Ya udah deh, Om nyerah aja. Kalian mau di bayar pakai apa nih dendanya?"
Ketiganya berpikir.
"Hmm, dedek sih maunya ke disneyland. Kan akumulasi tuh, hahaha"
"Bryna...." tiba-tiba Aliya menyahuti.
"Ehehe, Mommy. Canda mom, serius amat sih" Bryna terkekeh. "Ya udah beliin gelatto aja, gimana Aunty, Mamas?"
"Ya udahlah itu aja, eh tapi sama poffertjes, stroops waffle ya. Kan akumulasi" tambah Kanika sambil tersenyum jahil.
"Nahh, Ian ikut aja" Bryan menampilkan cengiran khasnya.
"Dohhh tekor deh sayaa" Bian mengacak rambutnya frustrasi.
Mama Papa yang sedari tadi hanya melihat dan menonton saja hanya bisa tertawa melihat anak dan cucu mereka bercengkerama.
Bian yang masih menetap di Jerman pun tak ayal jarang bertemu dengan keponakan kembarnya ini, ya walaupun dulu saat mereka masih kecil, Bian selalu ada di dekat Bryan dan Bryna tapi selepas SMA Bian dan Bhima memilih untuk melanjutkan kuliah di Jerman dan Belanda saja.
"Nggak apa-apa mas, kan jarang-jarang. Mas Bi ada uangnya nggak?" tanya Mama.
"Ada kok mam, tenang aja. Kani, lo bayar sendiri ya?"
"Eh, enak aja lo mas, kalah juga, nggak mau. Bayarin pokoknya" rajuk Kani.
"Ck! Iye iye bawel banget lo ah" Akhirnya mereka berempat keluar dari apartement dan berjalan kaki ke tempat penjual gelatto dan stroops waffle.
This is poffertjes
Gelatto
Dan Strooops waffle
💕
💕
💕
"Ma..." panggil Bhima.
"Ya mas?"
"Extend ya?" Pintanya.
"Nggak bisa sayang, mama udah ada janji sama pasien 3 hari lagi...." jawab Mama sambil meletakkan cangkir tehnya. "Lagian juga katanya kamu ada pertemuan PPI sama seminar kan?"
"Iya sih mam, tapi kan bisa nggak usah dateng" sahutnya lagi ngeyel.
"Mas, kamu kayak nggak ada temen deh di sini. PPI tuh bagus buat nambah relasi kamu, seminar juga bagus buat pengetahuan kamu, kali aja ketemu jodoh. Iya kan, mam" seloroh Papa di sambut anggukan antusias dari mama, membuat Bhima yang sedang minum tersedak.
"UHUK!! Astaga, Pap...."
Papa dan Mama hanya bisa senyum-senyum berharap.
"Habisnya, kamu gelar udah dokter, tapi pacar nggak punya" cela Aliya.
"Cepetan nyusul dong, emang nggak pengin punya anak?" kekehnya.
"Ih ini lagi, ya pengin lah mbak. Ntaran lah"
Sebenarnya Bhima suka kumpul sama keluarga, tapi ya, ini dia yang Bhima nggak suka. Di tanya pacarlah, kapan mau nyusul lah. Too classic.
Bhima bosen sebenarnya, tapi gimana ya..., dari SMA Bhima sama Bian memang nggak tertarik buat punya pacar di usia yang menurut mereka 'terlalu dini', teman cewek banyak, cuma mereka temenan doang nggak lebih. Inget, teman, bukan sahabat dan nggak lebih dari itu.
Kalau Bhima lebih pemilih, pernah dia suka sama satu perempuan di angkatannya, orang indonesia. Tapi ternyata lebih picky daripada Bhima, terlalu bersih, terlalu ngatur dan lain-lainnya, padahal pacaran saja nggak. Niat Bhima mau gebet eh tapi ternyata makin lama makin keterlaluan.
Di tinggal lah sama Bhima, walaupun si cewek itu berkali-kali datang ke Bhima dan ya, you know, kasih makanan, pinjam buku atau ya, yang lain supaya bisa dekat lagi. Tapi Bhima sudah tahu apa maksud dari semua itu jadi dia lebih memilih untuk jaga jarak.
Jaga jarak darinya sebelum Bhima menyesal setengah mati. Dan benar saja, setelah Bhima enggan dekat, si cewek yang pernah ngaku-suka banget- die hard banget- sama Bhima itu akhirnya pacaran sama meneer Belanda, temannya Bhima juga.
Hell~~~~
Tbc.
😺😺😺
Hollaaaaaaa..., aku kembali 😂😂😂 duh maaf ya agak absurd, semoga suka ya! 😘😘
Danke,
Ifa 💕😘
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top