Extra Part 2- Pelukan Hangat
Happy reading
.
.
.
Sorry for typos
Rumah keluarga Prayuda masih nampak sepi saja karena Bian dan Aliya serta krucils belum pulang ke rumah ini untuk persiapan lebaran. Alhasil, setelah buka puasa dan jamaah maghrib, semua kembali hening.
Begitu juga Jasmine yang sejak siang tadi merasa tak enak badan setelah on call pagi tadi karena UGD kebanjiran pasien dan otomatis Jasmine yang sedang libur pun di telepon untuk datang.
"Sayang..." panggil Bhima sambil membuka pintu kamar lalu menghampiri Jasmine yang sedang tiduran di tempat tidur.
"Iyaa, Mas?" jawab Jasmine pelan
"Kenapa kok langsung masuk kamar? Anget, nih." ujar Bhima sambil mengelus kepala Jasmine.
"Heem, nggak enak daritadi." jawab Jasmine lirih lalu menarik selimutnya semakin mendekap tubuhnya yang merasa sudah tak enak.
"Aku buatin teh, ya?" tawar Bhima.
Jasmine menggeleng enggan. "Nggak usah, Mas." jawabnya lantas memeluk Bhima di sebelahnya.
"Bunda kenapa ini.. Hmm.. Kangen Ayah, ya?" ledek Bhima sambil mengusap punggung Jasmine.
"Idih apaan! Nggak!" alibinya.
"Ah masaa..." Bhima terus menggoda Jasmine.
"Apa siiih masss iiiih..."
"Iya iyaaa. Ya Allah, becanda kok." Bhima mengalah akhirnya.
Jasmine lantas makin erat memeluk Bhima. "Ya habis! Sibuk banget sih, dok!" protesnya.
"Maaf ya dokter Jasmine. Jadi nggak bisa buka puasa dirumah deh kemarin-kemarin." jawab Bhima apa adanya karena memang begitu kenyataannya.
"Mbuh lah!" tolaknya namun tetap memeluk Bhima.
"Terus biar aku di maafin harus kasih apa nih?" tanya Bhima.
"Cium." jawab Jasmine asal.
"Oosiaapp..." Bhima mengecupi wajah Jasmine sampai istrinya itu sebal sendiri.
"Ihhhhhh! Udaaaah, nyebelin!!"
"Kok nyebelin- nyebelin mulu sih? Katanya tadi minta dicium. Belum juga selesai, kan penutupnya belum." protes Bhima tak mau kalah.
"Jangan manyun gitu bibirnya..." tambah Bhima saat Jasmine tak menjawab protesnya.
"Hmmm..."
Lalu Bhima kembali mencuri cium, lagi.
"Ayah udaaah!"
"Iyaaa udah..."
Jasmine menyembunyikan wajahnya di dada Bhima sambil terus Bhima mengusap kepalanya dan menganamnesisnya.
"Sekarang rasanya gimana? Aku mau amamnesis." ujar Bhima.
"Pusing dok." jawab Jasmine memelas. "Tadi demam juga." tambahnya.
"Kok nggak bilang? Perut ada sakit?"
"Lha ayah sibuk!"
"Iyaa maaf ya..."
Lalu Jasmine menceritakan apa saja kegiatan on call nya pagi tadi saat Bhima juga masih ada jadwal di Sabtu pagi. Dari cerita Jasmine, Bhima bisa menyimpulkan bahwa istrinya ini kelelahan karena pekerjaan ditambah puasa serta mengurus anak-anaknya.
"Aku kasih parcet ya." kata Bhima, Jasmine hanya mampu mengangguk saja.
.
.
.
"Ayah ayaaaah..." panggil Idzar saat melihat Ayahnya turun dari tangga.
"Eehh iya jagoan. Kok cemong anak Ayah?" tanya Bhima saat mendekat ke arah Idzar.
"Maam..." jawan Idzar polos.
"Maam apa sampe cemong lho?"
"Tuuuu...," Idzar lantas menunjuk chiki rasa keju yang dipegang Kakaknya sambil menonton teve.
Bhima hanya menggelengkan kepalanya sementara Idzar tepuk tangan merasa bahagia bisa memakan makanan yang selama ini selalu tak boleh dimakannya.
"Kakak udah makannya jangan banyak-banyak."
"Iya ayah. Ini udah habis kok." sahut Chika, Bhima mengangguk lalu menuju ke lemari obat.
"Idzar sama kakak dulu ya..." kata Bhima sambil menggendong Idzar.
"Sini sama omaaa sayang." tiba-tiba Oma Mai menghampiri.
"Nitip dulu ya mam." Bhima memberikan Idzar pada Omanya. "Jasmine nggak enak badan." papar Bhima.
"Lhoo, baru mau tanya parcet buat apa. Ya udah biarin Idzar ikut mama aja."
"Emang Mama mau ke mana?"
"Mau tarawih terus kumpul sama Ibu komplek mau ngomongin parcel buat ke panti nanti..."
"Oohh yawis kalau mama nggak repot ajak aja Idzar."
"Ya udah Mas ke kamar lagi ya mam." pamitnya, Oma Mai hanya mengangguk.
Jasmine yang berbaring hanya memperhatikan Bhima yang sibuk mencari di mana stetoskopnya di laci nakas kamarnya.
"Idzar mana Mas?" tanya Jasmine setelah Bhima menemukan alat tempurnya.
"Idzar sama mama diajak tarawih, terus ada kumpul sama ibu-ibu komplek."
Jasmine mengangguk meski khawatir sibungsu akan rewel tapi sejauh ini bila dengan Omanya Idzar jarang sekali rewel. Idzar akan rewel jika ia mengantuk dan butuh susunya, lebih dari itu, ia anteng dan asik saja dibawa ke mana pun.
Jasmine kembali memperhatikan Bhima lagi yang kini sibuk memeriksanya. Kenapa jika dilihat seperti ini suaminya jadi tambah tampan? Pantas saja banyak ko-as yang adem ayem di poli anak. Ternyata ada mahluk yang nampaknya dingin ini tapi sesungguhnya sangat baik dan menyenangkan juga, tampan.
Hmm.. Pantas saja.
"Dingin banget tanganmu, Bun?" ujar Bhima.
"Hah?" Jasmine melamun. "Eh..."
"Hayoo melamun..."
Jasmine menggeleng. "Nggak nyadar, Yah. Kirain cuma lagi dingin aja." jawab Jasmine seadanya.
Bhima mengulum senyum, ia tahu istrinya itu sedang melamun dan wajahnya merona serta senyumnya mengembang. Ia lantas mengambilkan kaos kaki dan memakaikannya di kedua kaki Jasmine tanpa perlawanan.
"Ngerasa kembung nggak?" tangan Bhima kini sibuk mengetuk-ngetuk perut Jasmine.
"Enghh..., Shhh..." rintih Jasmine.
"Sakit ya? Kembung ini."
Jasmine mengangguk lagi lalu matanya kembali terkunci saat Bhima mendaratkan benda pipih bulat yang dingin itu ke dadanya.
Wajah serius Bhima selalu mencuri perhatian siapa saja yang melihatnya termasuk Jasmine yang bahkan setiap hari sejak terbuka mata sampai kembali terpejam, ia takkan bosan.
"Bun..."
"Ehhh! Apaaa?" panggilan Bhima membuyarkan lamunan Jasmine.
"Kamu kok taki? Kerasa banget lho." ujar Bhima serius.
"Nggak tahu, Yah. Mungkin aku jatuh cinta lagi." ucap Jasmine sambil mengusap pipi Bhima. "Habis, aku tersihir sama pesonanya dokter di depan ku ini sih, bisa ganteng banget kalau lagi serius. Pantas aja ko-as betah ya di poli, dokternya kayak gini..."
"I always falling in love with you everyday..." balas Bhima dengan senyum manisnya.
"Jadi saya kenapa dok?"
"Kamu nggak apa-apa kok. Cuma butuh rehat dan pelukan hangat." ujar Bhima sambil meletakkan alat perangnya lalu melesakkan diri ke tempat tidurnya lagi.
"Itu yang saya rindukan dok." Jasmine kembali memeluk Bhima dengan posesif seolah tak mau lepas.
Ya, akhir-akhir ini memang Bhima sangat sibuk hingga jarang ada di rumah membantu Jasmine mengurus kedua anak mereka.
"Nggak apa-apa, Mas. Kamu kan kerja untuk anak-anak." jawab Jasmine.
.
.
.
.
Tarawih baru saja selesai, Bhima segera mencari Chika yang nampaknya sedang berkumpul dengan teman-teman sebayanya di dekat gerbang. Bhima sudah janji pada Jasmine untuk membelikan air kelapa hijau.
"Kak Chikaa..." panggil Bhima. "Ikut ayah yuk!"
"Iya ayah. Temen-temen aku pulang dulu ya. Dadaaa..." pamit Chika.
"Iyaa dadaa Chika..."
Chika berlalu bersama Bhima kembali menuju rumah. "Ke mana yah?"
"Beli air kelapa buat Bunda." jawab Bhima.
"Waaaah kakak juga mau."
Bhima segera mengeluarkan motornya sementara Chika mengambil jaket dan helmnya. Chika lebih suka naik motor jika berdua bersama ayahnya, sudah lama juga Chika tak naik motor sebab pergi sekolah pun dengan mobil karena ada Idzar dan Bunda juga.
Chika duduk di depan lengkap dengan helmnya, matanya jeli mencari tukang kelapa hijau pinggir jalan sambil bercengkerama dengan ayahnya di atas motor.
How sweet.
"Pake es nggak, Yah?" tanya Chika saat sudah memesan air kelapanya.
"Jangan ya. Airnya aja. Kalau kakak mau pakai es, yang ada dirumah aja ya."
Chika mengangguk menurut. "Mau kelapanya yang lembut, Yah."
"Iyaa..."
Pesanan mereka sudah jadi, Chika kini memilih jajan ke sebelah warung kelapa barusan. Ia memesan telur gulung favoritnya dengan bihun beberapa tusuk saja, lalu Bhima membeli jagung susu dua porsi untuk Jasmine satu lagi.
"Huwwaaa... Enakkk banget." Chika menikmati semilir angin malam yang menerpa tubuh mungilnya saat perjalanan pulang.
"Enak yaa..."
"Iya, Yah, adeeemm..."
Bhima hanya tersenyum saat melihat ekspresi Chika dari kaca spionnya. Sungguh bahagia si kecil sangat sederhana sekali, dia tidak minta macam-macam tidak juga minta yang aneh-aneh. Hanya quality time berdua, naik motor lalu jajan makanan kesukaannya, itu saja.
Sampai dirumah, Chika langsung membuka air kelapanya yang nampak segar itu dan Bhima menyiapkan untuk Jasmine.
"Seger kak?" tanya Bhima saat melihat Chika begitu menikmati minumannya yang sudah ditambah es batu.
"Seger Yah. Enaaak..."
"Ya udah yuk ke atas kasian bunda." ajak Bhima. Mereka berdua naik ke lantai atas membawa segelas air kelapa hijau tadi.
Bhima menyentuh kening Jasmine setelah meletakkan gelas yang dibawanya. Jasmine jadi terbangun saat merasa ada yang menyentuhnya.
"Ayah? Bunda kenapa?" tanya Chika lirih, ia tak tahu jika Bundanya sakit seperti ini, ia tak memperhatikan Ayah dan Oma nya berbicara tadi.
"Bunda demam sayang..." jawab Bhima.
Chika naik ke atas tempat tidur, wajah Bundanya sudah memerah akibat demamnya. Chika memeluk Jasmime, mengecup pipinya dengan sayang. "Bunda cepet sembuh yaaa..." katanya.
"Iya sayang..." sahut Jasmine lirih.
"Bunda bobok. Kakak bobok di kamar aja."
Jasmine mengangguk. Ia tahu anaknya ini pasti sangat khawatir dan tak ingin mengganggu waktu istirahatnya makanya Chika memilih tidur di kamarnya sendiri.
"Kakak jajan apa?" tanya Jasmine saat melihat anaknya makan dengan khidmat.
"Ini bunda. Ada jagung, telur gulung. Bunda mau yang mana?"
"Mau jagung aja."
Chika meletakkan jagung susu tadi diatas nakas, Jasmine tersenyum tanda terimakasih. Chika lalu mengecup Bundanya sekali lagi. "Bunda bobok yaaa. Kakak ke bawah, kayaknya oma sama adek udh pulang."
Jasmine mengangguk saja, ia sudah lemas dan ingun segera tidur. Chika lantas keluar dan hanya ada Bhima yang menemani Jasmine.
"Aku suapin jagungnya ya?"
"Iya..."
Bhima membantu Jasmine bersandar pada bantal lalu dengan sabar menyuapi Jasmine jagung susu yang dibelinya tadi.
"Aku tadi baru buka grup whatsapp..." ujar Bhima sambil menyuap makanan ke mulutnya.
"Apa?"
"Bian bakal punya jagoan kayaknya..."
"Oh ya?" Jasmine nampak bahagia.
"Heem. Jihan isi lagi katanya, twins belum gede gitu hahaha..."
"Alhamdulillah..." Jasmine meremas tangan Bhima lalu tersenyum.
"Heem..."
Ada jeda sedikit sebelum Jasmine bertanya, ia perhatikan lagi wajah Bhima yang kini ia tak bisa mengartikannya.
"Apa mas juga pengen?" tanya Jasmine hati-hati.
"Gimana?" Bhima mencoba mencerna pertanyaan Jasmine.
"Mas pengen kah?" tanya Jasmine lagi.
Bhima berusaha tersenyum. "Nanti aja. Idzar belum besar, Chika juga. Kasihan kalau ada adiknya lagi." jawab Bhima lalu mengusap punggung tangan Jasmine.
"Iyaaa. Aku masih pengen manjain mereka berdua..." jawab Jasmine.
"Aku pun. Lagian kamu juga pake kb kan?"
Jasmine mengangguk.
"Kapanpun saatnya nanti hadir angota keluarga baru, Allah tahu kapan saat yang tepat itu." tutup Bhima lalu kembali melesakkan dirinya di atas tempat tidur menemani Jasmine istirahat.
❤️❤️❤️❤️❤️
Ada yang rindu mereka?
Leave some comments and vote please.
#dahgituaja
#awastypo
Dudui
Danke,
Ifa 💕
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top