Epilog
[ Iksan POV ]
Haaa...
Hyaaa.!
Aku duduk di sudut lapangan tempat praktek bertarung dilakukan. Sekarang jam latihan antar siswa di kelas 1-B dan menunggu giliranku disini... Sendirian.
Akademi sudah diperbaiki dalam kurun waktu 1,5 bulan. Bukankah itu hebat? Astrea memang hebat. Mereka mengembalikan bahkan membuat hal-hal yang baru sejak pemberontakan selesai. Ada banyak alat 'canggih' yang aku kenal dan asing di mata ini, jadinya bukan aku saja yang tidak tahu apa-apa.
Latihan ini diselenggarakan di gedung olahraga dengan tulisan 'Latih Tanding', luasnya mungkin 100 meter. Kenapa luas? Itu karena tiap-tiap kelas diberikan tempat khusus mereka seperti yang kelas 1-B lakukan. Astrea bukan hanya hebat dalam hal kekuatan namun mereka pun 'sangat' kaya.
Contoh lainnya? Kurasa benda aluminium yang bernama 'kamera pengawas' itu. Benda itu dapat memvisualisasikan apa yang kami perbuat asalkan masuk dalam jangkauan tangkap benda ini.
Lalu ada SmartCon, benda tipis persegi ini terbuat dari almunium juga, ada layar hitam tembus pandang dan TEBAK apa yang bisa dilakukannya?! Yap. Benda ini dapat membuat kita berkomunikasi dengan sesama mirip kristal komunikasi yang sering ibuku lakukan saat kami menerima pesanan kue. Bukan itu saja karena dibagian belakang atas dan depan sudut kiri ada bundaran kamera pengawas yang lebih kecil ditambah menu 'foto' saat aku menghidupkan benda ini maka aku bisa melihat wajahku sendiri lewat SmartCon(biasanya lewat cermin dan pantulan air).
Dan banyak yang lainnya.
Ini semua benar-benar GILA! Orang yang membuatnya sangat jenius tapi aneh! Darimana ia mendapat ide membuat 'semua' benda asing ini?!?
"Iksan, giliranmu.!" panggil master yang mewakili kelasku.
"Saya datang, pak.."
Akhirnya giliranku juga..ehehe!
.A.N.O.T.H.E.R.
"Haa~~!! Tadi itu sangat menyenangkan!" jeritku senang. Pasalnya aku dapat latih tanding sebanyak 3 kali.
"Hahaha. Hari ini kau berlebihan, Ik.." kata Ed yang pipi kirinya dibalut perban habis aku hajar.
"Berlebihan? Tadi itu KETERLALUAN?!" pekik senior Ambush, sebelah matanya bengkak habis aku sambar dengan Petir Kehancuran.
"Yah~~senior benar-benar membuatku serius..!" girangku.
"Sini kau!"
"Hahahaha!" Ed hanya tertawa melihatku--
"Urgh?! S-senior!" aku dicengkik oleh senior Ambush.
Hasil latihannya aku menang sekali dan dua kali imbang.
"Hah, hah, hah--" nafas suaraku berhasil lepas dari cekikkan maut lengan senior.
"Hei Ambush, aku dengar akhir tahun akan diadakan event. Itu apa?" cetus Ed bertanya.
"Oh itu adalah..."
Senior menjawab pernyataan Ed. Aku tidak bertanya karena aku sudah tahu karena 1 bulan menuju akhir semester akan diadakan Festival Astrea Pertama. Ini adalah acara berupa festival dan pertama kali diselenggarakan, tujuannya untuk merayakan baiknya akademi serta pengganti turnamen yang 2 bulan lalu dikacaukan oleh para pemberontak.
"Sudah akhir tahun ya?"
"Hm. Tidak terasa. Dan juga Ik bukannya kau masuk tengah semester? Itu mencurigakan lo~~"
"Mencurigakan apanya? Hahaha.." aku pikir masuk ditengah semester adalah hal yang biasa.?
Apa di Astrea tidak ya??
Apapun peraturannya ada satu hal yang pasti. Hm, sebentar lagi aku jadi kelas 2.
.A.N.O.T.H.E.R.
[ Author POV ]
"Hmm, itu artinya aku bakal jadi kakak kelas gitu?!"
Iksan menyeringai sembari memasuki pekarangan apartemen Scar. Mulai saat ini Iksan memiliki dua tempat untuk ditinggali pertama ada di asrama siswa dan di apartemen milik Scar. Iksan masuk ke dalam bangunan itu menuju kamar yang diberikan Scar kepadanya... Pintu dengan gambar petir di pegangan.
"Aku pulang.."
"Selamat datang.."
"".........""
Yuliana berdiri menunggu dibalik pintu seraya mengenakan seragam maidnya.
"Apa yang kau lakukan di kamarku?" tanya Iksan datar.
"Melayani anda, tuan~~~"
"Berhenti! Jangan gunakan bentuk itu! K-kau membuatku merinding.." jerit Iksan berwajah pucat.
"Jangan begitu aku sudah susah payah berpakaian seperti ini.."
"Kalau begitu lepaskan saja. Kembali ke dirimu semula.!"
Iksan berjalan cepat ke sofa namun sebelum sampai ke sana Yuliana menangkap Iksan dan melemparnya ke sofa.
"Argh?! Apa yang kau-??" Iksan terdiam saat sofa dan Yuliana berganti posisi berkat lemparan bola ungu. Sekarang Iksan tengah berbaring di paha 'maidnya' Yuliana.
"Wanita ini gila?!"
"Setidaknya biarkan aku melakukan pekerjaanku sebagai pelayanmu.."
"Aku baru tahu ada pelayan yang melempar majikannya sendiri.." masam Iksan.
"Hm, hm~~"
Akhirnya Iksan membiarkan Yuliana membersihkan telinganya menggunakan alat ciptaan terbaru pengorek telinga.
"Hei.."
"Hmm~~?"
"Apa tidak masalah kau tidak turun terus? Kau bisa tidak naik kelas, tahu.."
"Kau mencemaskanku?"
"T-tidak.."
"Manis sekali. Terimakasih, Iki.."
"........."
"Kau tenang saja. Aku sudah mengerjakan apa yang diminta untuk dapat naik kelas nanti. Iki sendiri, bagaimana? Apa ada hal yang menarik hari ini, hmm?"
"Seperti biasa.."
"Eeh~~"
"Ada apa?"
"Aku belum selesai. Jangan berputar dulu.." kata Yuliana memutar kepala Iksan saat dirinya ingin menatap ke atas, Yuliana melanjutkan pekerjaannya.
"Mengejutkan saja.."
"Apanya?" tanya Iksan tak suka. "Iki yang kasar dan yang susah di atur itu sekarang jadi diam , dan membiarkanku membersihkan telinganya walau tidak kotor. Iki, kau lumayan manja ya~~"
"Aku tid-- ugh!?"
"Huuu~~"
"A-APA YANG KAU LAKUKAN SEBENARNYA!??" reaksi Iksan setelah lubang telinganya ditiup Yuliana.
"Memberi kenyamanan..!" sahutnya dengan senyuman 'cantik'.
"Kau ini ya..? Haaaa..."
Iksan mendesah lelah. Semua kelelahan selama latih tanding mendadak datang dan membuat badan Iksan rasa sakit semua.
"Aku terkena kutukan.." kata orangnya.
"Iki, ke sini. Aku belum selesai~~"
"Kau pasti ingin menyiksaku. I-ini memalukan sekali.." Iksan dengan pasrah kembali ke sofa(sudah dikembalikan oleh Yuliana).
Yuliana beralih ke memberi Iksan pijatan. "Festival Astrea, ya? Itu pasti menyenangkan.."
"Urgh..!"
"Apa sakit?"
"Sial. Pijatannya enak?!" batin Iksan.
"Hei Yuliana.."
"...?"
"Kenapa kau melalukan ini? Bukankah aku memerintahkanmu untuk berjaga sementara waktu??"
"Benar.."
"Lalu apa maksudnya ini?"
"Ini adalah bentuk loyalitasku. Dulu waktu kita kecil tuan Ardian memerintahku untuk menjadi pelayanmu tapi waktu itu... Ehehe. Kita malah terlihat seperti rekan."
"Jadi kau mau jadi pelayanku untuk membalas posisimu di masa dulu itu?"
"Lebih seperti itu. Tapi.." jeda Yuliana membuat Iksan penasaran. Yuliana menurunkan wajahnya sampai melewati pundak dari belakang hingga pipi mereka hampir bersentuhan.
"Sebagian besar aku melakukannya karena aku ingin.."
"!?" Iksan tersentak kaget saat Yuliana memberikan ciuman kecil di pipi sementara orangnya cuma tersenyum tanpa ada rasa bersalah.
"Kau ini ya benar-benar... Merepotkan!"
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top