Chapter 6 : Keadaan saat ini
[ Author POV ]
Di suatu tempat ini wilayah Astrea, Ardian dan kelompoknya masih tetap bertahan disana membantu prajurit Astrea menangkap anggota pemberontak yang berkeliaran karena gagal ditahan.
Dan di satu menara jam di distrik selatan tengah terjadi pertarungan antara prajurit Astrea dan dua ksatria mengenakan armor putih serta hitam.
"Huuargh?!"
"M-mereka bukan manusia, m-mereka monster..!"
"Kihikiki. Kasar sekali, aku dari ras iblis, makhluk rendah.." tawa keji ksatria berarmor hitam, ia mengenakan baju kain tanpa bagian disebelah kanan dimana hanya ada armor hitam disana. "Para manusia memang bodoh. Setiap melihat yang kuat mereka selalu menyebutnya 'monster' atau apalah," sambung pria elf berambut emas panjang berarmor putih penuh.
"Lupakan. Ayo kita bunuh mereka semua.!"
"Kihikiki. Aku setuju.."
Kedua orang itu melesat sangat cepet, gerakan zig-zag kilat mereka membantai pertahanan prajurit dari depan.
Teknik Berpedang Aliran Petir
Teknik Berpedang Aliran Api
SLASH!!
Tebasan api dan petir membelah inti dari pertahanan prajurit Astrea. Mereka semua terpental, bahkan ada yang badannya hancur karena terkena serangan langsung.
"Kihikiki. Kita akan mengalahkan semua prajurit disini lalu memberi sinyal kepada yang lain agar pemberontakan terus berjalan.."
"Aku tidak bisa menunggu lebih lama lagi dari ini.." guman pria elf itu yang sedari tadi tidak pernah membuka matanya.
"Kalian semua akan kubunuh!"
""H-hiikk!?""
"Seorang prajurit tidak boleh gentar! Kalian memalukan prajurit Astrea!"
""??""
Teknik Berpedang Aliran Angin
Swush.!
Tusukan peluru angin melewati pertahanan prajurit dari belakang, kedua pemberontak mengangkat pedang mereka menahan serangan itu, mereka terdorong sampai ke pintu belakang menara.
"Siapa?"
"Kihikiki. Serangan yang kuat.."
Heildet datang bersama Shooter dan prajurit Astrea lainnya.
"M-master Heildet.? Master Shooter juga.."
"Dasar prajurit bodoh! Kalian yang di depan. Kenapa kalian malah takut, kalian membuat rekan-rekan kalian yang ada dibelakang juga takut. Seorang prajurit itu tidak boleh gentar!"
"Heildet..mereka..tidak..sekuat..dirimu." bisik Shooter sangat pelan.
"Seorang prajurit itu harus kuat dibarisan depan agar mereka yang ada dibelakang tidak ketakutan. Apa gunanya jika kalian yang takut!?"
"Dia..tidak..mendengarkan..ku."
"Kihikiki. Sepertinya kau lumayan kuat master akademi.." Heildet memperhatikan kedua pemberontak di depannya. "Rois ApiPembakar dan Livt Petir Perusak!"
"Ho~? Kau mengenal kami?"
"Heh. Siapa yang tidak kenal dengan combo kalian berdua saat masih berada di akademi.."
"Hee.? Jadi kau adalah adik kelas kami, kihiiki.."
"Kenapa kalian bergabung jadi pemberontak?!"
"Itu bukan urusanmu, junior.."
"Itu benar, Junior. Kihikii, kami punya masalah kami sendiri.."
"Aku tidak percaya orang sekuat kalian malah jadi seperti ini. Apa yang terjadi sebenarnya?"
"Heildet.." panggil Shooter.
"Ah maaf, master. Anda bilang apa tadi.?"
"Kihikiki, apa itu master Shooter? Anda tidak berubah sama sekali setelah 10 tahun, master.."
"Aku..berubah..kok."
"Suara master sangat pelan sampai-sampai saat itu aku tidak dapat mendengarnya.." nostalgia Livt.
"Ini..aku..bicara." balas Shooter, tapi tidak ada yang mendengarnya, termasuk Heildet yang ada disamping.
Tap.. Tap...
"Kau ribut seperti biasa ya, Heildet.? Aku jadi kasihan dengan master. Dan kalian berdua, itu tidak adil tahu jika kalian tidak mengingat Heildet, Junior kita yang suka cari ribut ini.." cetusnya.
"Senior Ardian!?"
"Ardian.." terdiam Livt.
"Kihiiki, aku ingat wajah itu!?"
"Livt, Rois, lama tak berjumpa.." sapa Ardian datang bersama dua asisten kembarnya.
"Ara~! Mereka terlihat sangat kuat~ ngomong-ngomong mereka siapa?"
"Kak Rika, lupa lagi.? Kita berlima pernah sekelas.."
"Owh ya.?"
"Kihiki. Aku benci kedua wanita ini.." geram Rois. "Ika, Rika."
Dua beast-girl dari jenis rubah hitam berdiri dibelakang Ardian, mereka memakai seragam yang sama berwarna putih, Ika yang mengenakan stocking dan Rika yang memakai legwear sepanjang paha saja.
Sring?!
"Rois, lawan kita adalah Ardian. Berhati-hatilah.."
"Kihiki. Tentu, aku juga mau membalas kekalahanku waktu itu darinya.."
"Ara~Rois masih ingat saja hari itu.."
"Kak Rika ini lupa atau sengaja sih?"
"Kakak sengaja tapi lupa~"
Ika sweatdrop. Ardian terkekeh. "Kalian berdua diam saja biar aku yang menghadapi mereka.."
"T-tapi.."
"Kalian sudah berjuang tanpa henti selama satu minggu ini. Istirahatlah.."
"Ara~~~Ardian, kau baik sekali.."
"Baik, komandan.." Ika tidak jadi menarik pedangnya.
"Kau terlalu meremehkan kami, Adrian. Apa kehilangan satu mata membuatmu buta akan kekuatan sejati?"
"Ayo kita bunuh dia, kihiki.!"
Wush!
Livt dan Rois melesat sangat cepat ke tempat lawannya, begitu juga dengan Ardian. Livt menyelimuti pedangnya dengan jeritan petir dan Rois membakar pedang hitamnya dengan api. Keduanya lalu menebas ke depan menggabungkan kedua serangan jadi satu menjadi bola sihir yang sangat besar.
"Langsung combo gabungan?"
"Komandan.!"
Teknik Menebas Hacim :
Mata Pemotong
Slash!
Ardian menebas vertikal miring ke atas kanan, membuat jalur di bola sihir agar tidak mengenainya. Ardian melewati serangan Livt dan Rois tanpa terkena serangan, dibalik serangan sudah menunggu keduanya.
"Kami tahu kau pasti selamat, Ardian.."
"Kihiki. Itulah kenapa ada rencana cadangan. Mati kau, Ardian!"
Perlu bantuan, Ardian.?
"!"
Slash. Slash!
Ardian menebas cepat vertikal miring ke bawah kiri ke pundak Livt dan horizontal ke kanan menebas perut Rois. Keduanya dilewati dengan sangat cepat.
"A-apa yan-?"
"P-petir, kihiki?" ditubuh kedua tertanam petir hitam milik Ardian.
Gaya Membantai Gagak Kebinasaan :
Dua Gerakkan, Benang Pemutus Tikdir
Ssdt. Jdar!
Petir hitam keemasan menusuk keduanya ditempat Ardian mendaratkan tebasannya.
"B-berakhir dengan c-cepat.?"
"K-kihi-ki, d-dia terlalu kuat.."
Bruk!
Kedua pemberontak ini jatuh dengan mata memutih.
"Huuh... Aku menyerang mereka ditempat yang aman, kemungkinan mereka lumpuh dan tidak dapat bertarung dalam waktu yang lama." beritahu Ardian menyarungkan katana bermata hitam pekat dengan garis emas di bagian tumpulnya.
"Terimakasih, senior. Kalian bawa kedua orang ini.!" titah Heildet.
"Kau..bertambah..kuat..bagus,.. Ardian." puji Shooter. "Tidak juga, master. Tapi terimakasih." Shooter tersenyum kecil melihat Ardian membalas ucapannya.
Kedua asisten kembar datang menghampirinya dengan ekspresi cemas.
"Komandan, anda menggunakan Allmight tadi?"
"Kau terlalu ceroboh, Ardian bodoh~"
"H-Hahaha, maaf. Dan Rika, a-aku ini atasanmu lo.."
"Ara~aku lupa~~"
"Kak Rika bagaimana sih nih.."
"Fufu~kakak lupa tapi sengaja~"
Ika kembali sweatdrop. Diwaktu bersamaan Ardian mendapat panggilan dari kristal Connect miliknya. "Ini aku, ayah.."
"Ardian, kita dalam masalah. Fraksi merah menyerang entah kenapa dan.."
"Dan apa, ayah??"
"Ibumu tiba-tiba menghilang!"
.A.N.O.T.H.E.R.
"Kelompok misterius mengincar Iksan. Ini adalah kasus yang langka. Biasanya kelompok misterius yang diincar Iksan. Ada lagi yang ingin kau sampaikan... Nazna?"
Kini tiga saint terkuat berkumpul di ruang Ram, gubernur muda Band. Atau lebih tepatnya dia kembali jadi muda.
"Ada apa, Nazna? Kenapa kau melihatku seperti orang mati saja??"
"R-Ram, b-bukankah kau seorang kakek tua?"
"Kita ini seumuran, dasar Nazna.."
"Lalu dimana kakek Ram!?"
"Ini aku, Ram!" kata pemuda berambut coklat yang lumayan panjang. "Bagaimana mungkin.?" syok berat Nazna melihat perubahan dratis yang terjadi pada sahabatnya ini.
"Aku mempelajari Pengendalian Raga Penuh jurus rahasia keluargaku. Hasilnya aku dapat 'menarik' diriku yang dulu dan jadi muda kembali. Dengan ini aku bisa dapat pacar.!"
"Ugh.."
Drap.. Drap...
"Kelompok ini dihuni oleh orang-orang yang kuat. Sejauh yang kulihat ada 2 orang yang dapat mengimbangi Iksan. Siapa orang yang memimpin mereka masih belum kita ketahui.."
Drap.. Drap..
"Kemungkinan dia adalah orang yang sangat kuat.."
"Sekuat apa. Kau bisa membayangkannya, Nazna?"
"Mungkin sekuat kita bertiga!"
Drap.. Drap.. Bruk!
"Hah, hah.." seorang anggota saint membuka.
"Ada apa?" suara Nazna lantang.
"A-ada serangan.."
"Hmm. Sudah kuduga mereka pasti menyerang Iksan lagi. Siapa yang memberitahumu, saint?"
"M-memberitahu? T-tidak, ada serangan, gubenur. Ada kelompok misterius yang menyerang Band!"
"Kenapa kita yang malah diserang!?" pekik Ram terkejut bukan main.
"Apa maksudnya ini??" pikir Nazna.
.A.N.O.T.N.E.R.
"Argh.!"
"T-tidak! Argh!"
"Jangan beri ampun, bunuh semua yang menghalangi kita!" kata seseorang dengan full armor hitam ada aura hijau yang mengelilinginya.
Death Magic : Soul Suct
Perempuan dengan zirah yang sama menyerang dengan sihir aura hijaunya, menghisap jiwa para saint hingga jadi tulang belulang.
"Hahahaha. Lemah. Tidak adakah yang kuat disini.?"
"Kerja bagus kalian, Gorsea, Grisea.." salut pria berambut putih panjang yang memimpin Reaper.
"Ketua, kenapa kita menyerang Band? Iksan Hacim bukannya ada di Purna.?"
"Diamlah, Reaper. Ini salah satu rencanaku untuk memuaskan tuan muda. Daripada membunuh Iksan Hacim, kenapa tidak kita kuasai daerah ini lalu memberikannya ke tuan muda bersamaan dengan kepala bocah itu.."
"T-tapi info yang saya dapat jika terdapat tiga orang kuat disini. Terlebih gubernur tempat ini adalah seseorang yang dapat mensucikan segala jenis sihir negatif. Dengan sihir positif anda saja tidak akan dengan mudah mengalahkannya.."
"Diamlah, Reaper. Kau pikir aku datang tanpa ada alasan menang.? Tutup mulutmu itu dan lihat saja bagaimana akhirnya. Kota ini akan jadi milikku!"
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top