Chapter 5 : Kebangunan Iksan
[ Author POV ]
Rina!?
Tsk!
Benda hitam itu menusuk cepat sekujur badan Rina, dan masuk ke dalam badannya.
"Apa aku mati?"
"Aku dapat merasakan benda itu di dalam tubuhku. Orang ini..kenapa dia bisa ada disini? Seingatku... Tidak ada perjanjian seperti itu--"
Hei.!
"Ah.?" Rina perlahan membuka matanya, darah masih membasahi bibirnya jadi merah. "Apa yang terjadi?" tanya Rina dalam diam.
"Hei.! Kau sudah sadar?"
"A-apa yang?" bingung Rina mendapati Nazna berada dihadapannya saat ini. "Kau hampir saja mati tadi. Berterimakasihlah pada kak Safira." beritahu Nazna.
"Hm?"
Di bekas pintu rumah ada Safira yang tangan kirinya dibalut perban putih ditemani Yeou yang mengobati.
"T-tidak mau sembuh? Tapi kenapa?" bingung Yeou bercampur takut.
"Itu kutukan.." seru Rina lemah. "Benda hitam yang dikeluarkan orang tadi itu adalah Darah Hitam Pembunuh, ia adalah Pengendali Alam tipe darah. Darah itu dapat merasuk ke dalam badan seseorang dan menghancurkan setiap struktur organ milik orang yang terkena darah tersebut. Tapi..kenapa aku masih hidup? Aku sangat yakin darah itu menusuk ke dalam tubuhku."
"Kau sangat beruntung karena ada Nazna, sepupunya Iksan.."
"Apa?" bingung Rina mendengar cetusan dari Rinka.
"Sihirku adalah menghapus sihir orang lain dan menjadikannya netral. Pengendali Alam menggunakan mana alam, bukan.? Jadi aku memanfaatkan mana alam juga untuk melawannya..." jelaskan Nazna.
"T-teman sepupu memang hebat-" ucap Rina lalu pingsan kembali.
"Aku sahabat, tahu.." Nazna tersenyum tipis. Ia menggendong Rina, menghilangkan kutukan yang diterima Safira lalu menyerahkan Rina kepadanya.
"Aku titip Iksan dan sepupu perempuannya.."
"Kau mau kemana?"
"Kami harus kembali ke Band... Dan melaporkan semua ini!"
.A.N.O.T.H.E.R.
"Jadi begitu.."
Kini Rina juga diistirahatkan di kamar Nisa, bedanya ia dibawah menggunakan kasur namun tetap nyaman. Safira dan Yeou ikut masuk tapi tidak menemukan keberadaan Leon serta kelompok mereka.
"Saya bakal senang jika kalian berdua berjaga-jaga.."
"Baiklah.." terima Safira tanpa bantahan. "T-tunggu." cicit Yeou mengekor.
Kini Nisa menjaga dua orang di kamarnya. Sedikit kemajuan? Iksan mulai mengigau.
"Ini mulai meresahkan. Seharusnya tidak ada orang yang bisa mengalahkan Rina 'saat ini'. Kecuali, kecuali ada orang dari keluarga inti."
Nisa mendesah lemah. "Apapun bisa terjadi jika orang itu yang melakukannya.."
Keduanya berjaga tepat dibelakang Guild Aborigin, Yeou terlihat menyebarkan beberapa sulur api ke sekitar guild dan mengendalikan mereka.
"Kak Safira.?" tatap Yeou heran ke Safira yang memperhatikan tangannya sendiri.
"Yeou, kurasa kita terlibat dalam suatu masalah yang sangat berbahaya walaupun begitu aku berhutang banyak pada Leon... Kita tidak bisa mengecewakan Leon!"
"Hmm." Yeou mengangguk setuju.
Drap. Tap!
"?!"
Beberapa orang berkumpul dibelakang Guild, mereka bersenjata.
"Aku tidak tahu orang mana yang berani melawan Aborigin.." Safira menguatkan tali busur yang menempel di lengan kirinya dan mencabut pedang. "Yang kutahu pasti mereka adalah lawan.!"
Pengguna sabit menengah langsung melesat ke tempat mereka, tebasan vertikal ke bawahnya berhasil ditangkis oleh tusukan dari tombak Yeou. Yeou memutar sabit itu ke samping dan membiarkan tembakan angin dari busur lengan Safira mengenai pengguna sabit, Safira maju menebas bagian depan orang itu dan menendangnya sampai kembali ke tempat kelompoknya.
"Siapapun yang berani melewati bagian belakang Guild akan bernasib sama seperti dia.." jelaskan Safira.
Kelima orang di kelompok itu malah menyeringai.
"Kenap--"
Krak!
Pandangan di sisi kiri Safira pecah dan menghilangkan lingkungan sekitar.
"Ini?!"
"Kita ada di ruang dimensi buatan.." pekik Yeou kaget.
"Apa??!" terkejut Safira, ia menggenggam erat pedangnya sambil menatap kelima orang bersama mereka. "Jika kelima orang ini ada disini itu berarti orang yang membuat ruang dimensi ada di dunia nyata dan dia berhasil memojokkan kami.!"
Sementara itu di luar, seorang wanita ras iblis tanduk satu berkulit putih pucat baru saja selesai membuat garis rune tipe pembuatan dimensi menggunakan tombak bermata pedang, ia adalah seseorang dengan rambut putih yang sangat panjang dan berpakaian kain jubah pendeta kuil.
"Aku selesai." tuturnya datar.
"Kerja bagus.." kata Shirdro seraya tersenyum. Bukan Shirdro saja tapi Reaper dan lainnya ada juga.
"Tunggu.." henti Reaper menarik Shirdro.
Dr!
Satu tembakan mendarat dihadapan mereka.
"Para pengecut mana yang mengeroyok pemuda berumur 15 tahun.? Dasar pengecut.!"
"Ha.? Bukankah yang bersembunyi lebih pengecut? Keluar kau!" marah Shirdro.
"........"
"Baiklah! Kau yang memintanya.!"
Myrtle Thunder : Dragon of Ibuki
DHUAR!
Tebasan dua pedang empat arah itu menciptakan kepala seekor naga yang menyambar perpustakaan. Shirdro hanya diam dengan serius, tidak berlangsung lama Leon muncul bersama tiga perempuan dan seorang wanita berambut pirang pendek dengan topi koboi bersenjatakan sepasang revolver dan android terbang berbentuk wajah bulat yang lagi 'tersenyum'.
"Darimana saja kau, Leon?!"
"Maaf, kak Ros, tadi ada masalah di jalan.."
"Berterimakasihlah kepada sihirku yang luarbiasa yang memindahkan kita sekejap ke sini.." sombong gadis berambut pirang-- Seleane.
"Ya... Kita hampir mati andai aku dan Anila tidak bertindak tadi."
"Urgh.!"
Mereka muncul saat serangan Shirdro menyambar.
"Kak Ros, aku ingin kakak menjaga pria dengan dua pedang itu.."
"Itu mudah.."
"Hah.." Shirdro yang mendengar langsung emosi.
Reaper melesat ke depan tanpa berucap, Leon juga membuat mereka berdua saling beradu senjata. Tebasan pedang dan sabit memulai pertarungan. Aure menembaki mereka yang melakukan serangan jarak jauh juga, barisan depan diisi Anila serta Seleane yang ahli dalam pertarungan jarak dekat.
Reaper menekan satu kakinya, ia berputar sangat cepat di udara seketika melompat sembari mengayunkan senjata. Hentakan keras diterima oleh Leon saat berhasil menahan ayunan sabit Reaper. Leon memiringkan pedangnya membuat sabit lolos, Leon menarik pedang ke belakang siap menebas lurus tapi dibatalkan oleh tendangan mendadak Reaper yang mengenai tangan itu. Mereka masing-masing berada dibelakang lawan mereka dan dengan cepat menyerang sambil berbalik.
"Apa yang bisa dilakukan seorang perempuan dengan dua senjata kecilnya.?" kata Shirdro bermaksud mengejek.
"Entahlah, jagoan. Tapi kusangat yakin jika kedua 'temanku' ini bisa mengalahkanmu.."
"Heeeh. Akan kubuat kau menangis."
"Santai saja~"
Shirdro berlari ke depan Ros, Ros mulai menembakinya tapi dihindari dengan sangat cepat, Shirdro mengandalkan kedua pedang besarnya saat sudah dekat dengan Ros. Adu menghindari pun terjadi, Shirdro menangkis setiap tembakan Ros dengan refleks gilanya dan Ros menghindari tebasan lebar Shirdro dengan mengandalkan tubuhnya yang langsing. Jual beli serangan terjadi dalam jarak dekat saat tembakan Ros berhasil menggores luka di wajah serta kaki Shirdro.
"Hmp!" Shirdro memetalkan Ros dengan dua sambaran petir yang dialiri lewat kedua pedang besarnya, tetapi Ros mendarat dengan aman karena androidnya baru saja berubah jadi perisai anti-petir lalu melindunginya.
"Benda yang merepotkan.!"
"Kau sudah selesai, jagoan?"
"Memangnya kau bisa membalas seranganku?!"
"Lihat dan perhatikan.."
Android dialiri petir orange, Ros mendekatkan kedua revolvernya dan berhasil 'membawa' petir ke kedua senjatanya.
Revol Anti-Thunder : Beast Howl
Dyar.!
Tembakan laser tercipta saat kedua revolver itu ditembakkan disaat bersamaan. Shirdro menahan laser orange itu dengan menyilangkan kedua pedangnya seraya dialiri petir. "Urgh!?" Shirdro terluka di salah satu kakinya.
"Apa aku baru saja bilang jika Muske bisa juga menebak.?" senyum senang Ros.
Mulut android Ros terbuka memunculkan selongsong pistol.
"Sialan!"
Daar!
Laser orange meledak bersama petir hijau kebiruan rumput laut.
Truang.!
Di sudut lain Leon bertarung imbang dengan Reaper.
"Shirdro, jangan bilang kau.." batin Reaper.
Magic Knight Slash :
CALIBURN I
Pedang emas Leon diselimuti amukan aura yang berwarna emas juga, Leon memposisikan pedangnya lurus ke samping.
"Itu lumayan berbahaya.."
Reaper melakukan akrobat sabit, bayangan yang ada dibawah kakinya membesar membentuk lingkaran berdiameter 2dm. Mata sabit Reaper arahkan ke bayangan yang mana bayangan dibawah kakinya berpindah ke mata sabit membentuk semacam sulur aura.
Shadow Jack
Bats!!
Dua tebasan terang dan gelap saling beradu membuat dua sisi warna yang berbeda.
"Hoaaa.!"
"Haaa.!"
Bzztzzbzt--!
Memuakkan!
BZT! Dhuar!!
Ledakan petir menyambar ke segala arah, kepala ular menggigit semua kekuatan yang ada di medan pertarungan termasuk milik Reaper dan kelompoknya, akan tetapi kali ini terlihat sangat berbeda karena kekuatan yang digigit oleh kepala ular terhisap dan membuat para ular bertambah besar. Jumlah keseluruhan ada 7.
Myrtle Thunder : Nanakamini no Hydra
Shirdro berdiri ditengah-tengah terciptanya kepala naga ular itu, di depan kepala yang paling besar.
"Shirdro.!"
"Akanku... Akanku makan semuanya!" raungnya, manik Shirdro jadi hitam dengan sedikit titik hijau myrtle ditengah matanya.
"Dia sudah tidak waras.."
Reaper mencoba lagi tapi sambaran petir berbentuk ekor.
"Hei kau yang memiliki jabatan lebih tinggi dariku. Kau mau kemana?"
"Dia sudah gila!"
"Aku akan memberi kalian semua pelajaran karena telah mengejekku. Pertama-tama, kau.."
"Kak Ros, menjauh dari sana.!" teriak Leon.
Daer.!
Satu kepala menyerang Ros dengan cepat, beruntung Muske sudah berubah menjadi pelindung.
"Itu benda yang merepotkan. Tapi!"
Bzt!
Empat kepala lainnya bersedia didepan pelindung Muske.
"Kak Ros!"
"Aaaah!!"
Keempat kepala itu menyambar dalam kecepatan yang sangat cepat hingga memukul mundur Ros bersama Muske.
"Hahahaha. Inilah akibatnya bagi orang yang berani mengejekku, akan kumakan, kumusnahkan!"
"Inilah kenapa aku tidak mau menerima 'Sign Hacim'.." gerutu Reaper.
"Aku mendengar sesuatu.."
"!" Reaper terkejut melihat ekor naga ular menghantam di samping kanannya.
"Reaper, apa kau baru saja mengejekku~~?" seru Shirdro menyeringai gila.
"Merepotkan!"
Reaper memindahkan bayangannya ke tempat Shirdro lalu mengikatnya.
"Hahahaha. Kau tahu, Reaper~? Petir menciptakan kilat, dan kilat melenyapkan bayangan.!"
Presss... Dyar!
Sentakkan petir hijau mytrle menetralkan pengikat bayangan yang mengunci Shirdro tadi.
"Sialan.."
"Berhenti mengejekku. Ha.!" serang Shirdro dengan sambaran petir ke tempat Reaper. "Aku hampir lupa dengan tujuanku. Dimana kau?!" teriaknya mencari Ros.
Tidak bersusah-susah untuk mencari Ros karena ia ada di depan perpustakaan. Shirdro tentu senang saat mendapatinya.
"Kak Ros, bertahanlah. Aku ak--!?" seru Leon tapi terpotong oleh nafsu membunuh dibelakangnya. "Sial. Cara yang sama tidak akan mempan padak--?"
Thrust!
Tombak bermata pedang itu berhasil menusuk ke ketiak kiri Leon.
"Kau.."
"Aku berbeda dari manusia itu. Senjataku lebih panjang.." kata wanita dari ras iblis bernama Lunya.
"Leon!?"
Anila mendekat, menjauhkan Lunya dari Leon semantara Aure memberikan sihir penyembuh.
"Kyaaaa!?!" jerit Ros terhempas bersama Muske, Ros tergeletak di halaman perpustakaan, badannya tersetrum.
"A-aku tidak bisa bergerak.."
"Hahahaha. Berakhir sudah.!" tawanya. Shirdro mengangkat satu pedang di kanan bersamaan satu kepala yang membuka mulutnya.
"Tidak. Aure, pergi selamatkan kak Ros. Aku baik saja!"
"Aku mengerti.." Aure langsung berbalik badan lalu membidik Shirdro, tapi bayangan Reaper menghalangi bidikan Aure. Aure tetap menembak namun berhasil ditahan oleh permainan akrobatik sabit Reaper.
"Shirdro sudah gila tapi mengurangi jumlah kalian adalah prioritas utama saat ini.."
"Sial!" kesal Leon memaksa untuk bergerak.
"Serahkan dia padaku.." bisik Seleane yang berlari melewati semua.
Ia menghindari tangkapan bayangan Reaper dan melompat untuk menyerang Shirdro, pedang merah milik Seleane beradu kuat dengan pedang besar yang ada disebelah kiri Shirdro. Kepala ular-ular kecil muncul dari yang besar menyerang Seleane dengan begitu lincahnya Seleane menghindar sampai kembali mundur ke tempatnya semula.
"Kalian perhatikan saat wanita ini aku hapus menggunakan petirku.."
"Maafkan aku andai serangan ini mengenaimu, Ros.." bisik Seleane mengumpulkan kekuatan di pedang.
"Mati!" tekan Shirdro.
Satu kepala yang ada di kanan melesat sangat cepat melahap Ros.
".........."
Jrassh!
Sebuah pedang terlempar ke udara lalu menancap ke kepala naga ular itu, setruman petir membuatnya berhenti tepat di depan Ros.
"Diluar berisik sekali. Guru mungkin marah nanti.." suara Nisa membuka pintu.
Seseorang menginjak pedang yang tertancap dikepala naga ular itu dan membuatnya berhenti bergerak.
"Haaah... Aku sudah marah, Nisa."
Seleane menghentikan aksinya melihat pemuda berambut hitam itu berdiri di atas kepala naga ular yang berhenti di depan Ros.
"I..ksan." bisik Leon senang.
"Kau..kau!"
Satu kepala naga ular melesat sangat cepat membuka mulutnya melahap ke Iksan.
Jdar?!
Sebuah sambaran petir biru menghancurkan kepala itu.
"Hoi... Apa kau tidak memikirkan lingkungan sekitar jika serangan semacam itu dilepaskan?"
"Mati kau!" raung Shirdro. Dua kepala ular yang lebih kecil tercipta dari kepala yang hancur.
Bzz..
"Percuma. Petirku akan selalu mengejar petirmu lalu melenyapkannya!"
"Itu kelebihan yang bagus namun petir biruku tidak selemah kelihatannya. Kau tahu kenapa.?"
"Berisik. Mati saja sana.!" teriak Shirdro melancarkan serangan kedua berupa tebasan petir.
Blue Thunder : Destruction Thunder
Bzz? ZRRR!!
Sambaran petir berbentuk lurus menghancurkan semua serangan petir myrtle milik Shirdro.
"Karena karakteristik petirku adalah menghancurkan.!"
Reaper membelelakkan matanya. "Shirdro... Bunuh Iksan Hacim selama masih sempat!" teriaknya memerintah.
"HOAAA!!"
Iksan menendang pedang yang tertancap di kepala naga ular lalu melakukan backflip ke belakang menghindari gigitan lainnnya. Iksan menangkap pedang itu, membelah kepala naga ular yang terbuat dari petir myrtle. Banyak kepala naga ular yang kecil muncul dari bekas belahan pedang.
Teknik Menebas Hacim :
Tarian Ruang Mati
Slash... Slash, clash!
Tebasan menyilang berapa kali Iksan lakukan secara acak dengan sangat cepat, memotong semua kepala sampai tidak dapat tumbuh lagi.
Teknik Menebas Hacim :
Lingkaran Pengakhir
Tap.?!
Iksan menerjang maju, pedang ia tusukan ke leher naga ular, petir biru menyerang lewat mata pedang itu Arus biru milik Iksan menyengat Shirdro ditempat, membuatnya lumpuh. Iksan menebas miring ke tempat secepat cahaya sudah berada dibelakang Shirdro.
Bzz.?
Percikan petir muncul dikedua mata pedang Shirdro, petir biru tua.
Teknik Berpedang Aliran Petir :
Garis Petir
Dari atas langit jatuh sambaran biru tua yang lurus ke tempat Shirdro. Sentakan dari gelombang kejut menghancurkan tanah disekitar. Anehnya sosok Shirdro terbakar oleh api ungu.
"Lahaplah dia, Api Kerakusan. Satu dari tujuh dosa manusia.!"
Negative Curse Source : Gluton Blaze
Api ungu melahap tubuh Shirdro hingga ke tulang-tulangnya.
"Sungguh kekuatan negatif yang mengerikan tapi.."
"Kau baik saja, Leon?" tanya Iksan seraya menyarungkan pedang ke punggung.
"Iksan tetaplah Iksan.."
"Ya, aku baik saja.."
"Senang mendengarnya. Ke masalah, tadi aku melihat sepupuku terbaring dengan lemah. Siapa pelakunya di antara kalian. Apa kau.?" Iksan menunjuk ke gadis muda berambut pirang pendek dengan jubah hitam.
Awalnya biasa saja lalu setelahnya aura kegelapan menyelimuti gadis itu.
"Aku sudah mendapat jawabannya. Leon.."
"Y-ya.."
"Bisa kau menyingkir dari sana atau kau terkena serangan petirku."
"B-baiklah.."
"Wah~anda terlihat sangat yakin dapat mengalahkan saya, tuan Iksan Hacim. Apa saya lemah dimata anda?"
"Sebaliknya. Kau sangat berbahaya!" potong Iksan cepat. "Maka dari itu aku akan menyerang dengan niat membunuhmu!"
"Hehe~! Saya sangat senang sekali!"
Destrution Blue Thunder : Omega Launcher
Ledakan lurus petir biru menutupi bagian kanan Iksan, tangannya mengambil pedang yang tersarung kemudian terbang cepat ke tempat lawannya.
SLASH!
Tebasan lurus tepat ke tengah badan membelah tubuh gadis itu dengan rapi. Darah berceceran ke segala arah.
Dan berhenti di udara.
Tueur de sang Noir :
E'clat de la Mort
Ceceran darah hitam menusuk Iksan dalam segala arah.
"Ahahaha. Tuan~tuan~anda terlalu--"
Cruak!?
Mata pedang Iksan menancap ke salah satu mata gadis itu.
"Tawamu membuatku merinding. Bisa kau diam?"
"B-bagaimana~?"
"Apa orangmu tidak memberitahu jika aku juga bisa menyerap mana negatif.?"
"H-ah?"
"Sayang sekali kau terlalu ceroboh~~"
Petir biru membentuk semacam mata pedang ditangan kiri Iksan. "Aku lihat inti jantungmu.."
"T-tidak!"
Blue Thunder : Blue Strike Sword
Tangan kiri Iksan menusuk bola merah yang diselimuti darah hitam ditengah dada yang terbelah.
"M-mustahil. N-nona Heur dapat mati.?" syok Reaper.
"Tidak ada yang abadi di dunia ini, bahkan dewa pun dapat mati lalu menjadi roh.."
"S-semuanya, kita mundur.!" perintah Reaper, dan tidak ada yang membantahnya.
Kelompok yang mendapat tugas membunuh Iksan kabur karena takut dengan target mereka sendiri.
"Pertama aku sedikit takut tapi pedang ini kuat menerima petirku.." lega Iksan meratapi pedang barunya.
"Tentu, guru. Apalagi pedang itu dibuat oleh bibi serta paman.."
"Ayah dan ibu..ku?"
"Nama pedang itu adalah Thurk, pedang yang dapat menyerap mana negatif dan bisa dialiri petir sekuat apapun..." beritahu Nisa.
"Jika pedang ini dapat mengalirkan petirku, apa itu berarti pedang ini setara dengan ElClymore Nazna!?" deru Iksan senang mendapat senjata baru. "Yosh. Ayo Nisa kita bangunkan Rina. Ada yang ingin kutanyakan kepadanya.."
"Tunggu, Iksan. B-bagaimana dengan Nazna dan Rinka?" tanya Leon.
"Tidak usah khawatir. Aku percaya mereka melakukan hal yang tepat.."
"Aku jadi tambah cemas."
"Santai. Untuk saat ini... Kita membutuhkan lebih dari kelompok."
.A.N.O.T.H.E.R.
Di hutan luar desa Purna yang masih menjadi markas kelompok yang menyerang Iksan. Reaper kembali dan dihadapkan oleh ketua mereka bernama Sazaroskos-- pria berambut putih panjang dengan armor emas sisik kadal.
"Kita kehilangan dua orang yang penting. Tuan muda Quema pasti tidak senang mendengar nona Heur mati.."
"S-saya benar-benar minta maaf, ketua.."
"Aku marah sekarang. Kita sudah tiga kali gagal! Aku juga gagal menghancurkan desa kecil ini, itu semua karena bocah pelenyap sihir itu.!"
"Ketua.."
"Tapi ada berita yang membuatku senang.." katanya tersenyum tipis.
"Berita apa, ketua?!"
"Tuan muda sedang menuju kemari.."
""??!""
"Sebelum itu kita harus menaklukan desa ini dan memberikan kepala Iksan Hacim ke hadapan beliau.."
""HIDUP tuan muda Quema. JAYA Albertos Company!!""
"Malam ini akan ada pesta. Mari kita nyalakan api unggun kemenangan kita!"
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top