Chapter 25 : Gadis budak yang terbebaskan

[ Author POV ]

Drap, drap, drap.....!

"Hoi, hoi, hoi! Yang benar saja!? Gadis secantik itu seorang penjahat?!"

"Huuh~~~sepertinya kita mendapat teman baru yang menyenangkan.!"

"Hei cantik, kemarilah. Bergabung bersama kami!"

""Hehehehehe""

Suara derap langkah penjaga dan para tahanan penjara mengelilingi perjalanan Yuliana memasuki selnya. Para tahanan bersorak ramai saat Yuliana 'benar-benar' ditahan di sel yang sama dengan mereka. Ekspresi gadis berambut ungu ini terlihat hampa dengan mata kosong, ada kesedihan terpancar disana dengan sedikit kebahagian(?).

Mulai saat ini aku memberhentikanmu dari unikku! Kau sekarang bebas, Yuliana...

Setidaknya ia masih dapat tersenyum walau itu menyakitkan?













2 bulan telah berlalu sejak Yuliana di penjara disana.

Para tahanan mulai akrab dengan sikap dingin dan minim ekspresi gadis satu ini. Gadis bersurai ungu ini rambutnya sudah lumayan panjang, pakaiannya juga nampak tak terurus(biasa penghuni sel) dan ada kantong dimatanya akibat kebanyakan bersedih selama 2 bulan ini.

"Kau nampak bersedih lagi hari ini, Yuliana.."

"Aaah..nona Kadi.? Tidak juga."

"Kau tidak pandai berbohong ya, Yuliana.." cetus wanita berambut merah pendek yang memegang rokok ini.

"Hei Kadi, izinkan kami sebentar saja bersama Yuliana, hehehe.."

"Bodoh! Aku memberi jarak agar kalian selamat.." marah Kadi. "Maaf, nona Kadi," sela Yuliana sembari tersenyum hampa.

"Tidak masalah. Aku ingin sedikit berbuat baik sebelum bebas dari sini.." wanita ini sedikit memperhatikan kalimatnya. "Maaf, aku tidak sadar. Kau... Di penjara disini selamanya, bukan?"

"Itu hukumanku karena berbuat jahat.."

"Ahh, aku tidak habis pikir kejahatan apa yang dibuat oleh gadis semanismu, Yuliana.." tanggapnya, dan Yuliana hanya menunjukan kesedihan.

"Hei Yuliana, apa kau pernah berpikir jika ada seseorang yang akan mengeluarkanmu dari sini?"

Yuliana agak lama menjawabnya. "Itu... Saya rasa tidak!"

Sejenak Yuliana teringat Iksan. "Walaupun ada dia pasti menghajar mantan majikanku waktu itu dan membawaku lari.."

"...... Tapi nyatanya tidak!"

Yuliana kembali tidur dan menjalani kehidupan barunya yang mulai menjadi aktivitas hariannya. Makan lalu masuk kembali ke dalam sel.














Sampai suara gaduh terdengar di penjara Leeno.

"Ada apa ini? Gempa!?" bingung Kadi bangun pertama kali.

Langit-langit meruntuhkan atap ke setiap sel, Kadi bereaksi dengan menghancurkan mereka menggunakan tendangan kaki.

"Apa yang terjadi sebenarnya sih?!"

Kadi membantu Yuliana bangkit dari ranjangnya dan keluar bersama karena sel mereka sudah tak berbentuk lagi.

Daer! Daar!!

Suara sambaran petir terdengar jelas menghancurkan penjara bawah tanah ini.

"Cepat amankan para tahanan. Jangan biarkan mereka mencuri kesempatan kabur! "

""Hoooooo!!""

"Arhk?!" ringis Yuliana tersandung kemudian jatuh.

"Yuliana?!" teriak Kadi melihat atap jatuh ke tempatnya.

"Apa aku lebih baik mati disini saja?"

Atap tepat ada di atasnya. "Ayah..ibu... Aku."

Kau mulai merepotkan, Yuliana!

"!?!"

"..........."

Atap itu terhenti, tidak jadi jatuh seakan waktu telah berhenti.

"Apa?"

Cepat pergi dari sana, bodoh. Kau pikir aku bisa menahan selamanya!?

"J-Jeane?"

Huuuash!!

Sebuah tangan kegelapan muncul disamping kiri Yuliana, tangan itu menariknya menjauh dari ketimpaan atap. Yuliana selamat.

"Hm. Tadi serangan yang bagus, tuan pemimpin.." kata seorang laki-laki.

"Kakak sedang bercanda ya? Tadi itu berlebihan!" teriak Jeane.

"Jangan seperti itu, adikku. Ini adalah salah satu contoh agar kita bisa dekat dengan tuan pemimpin.."

"Suara ini... Jeane dan kakaknya!? Tapi kenapa??"

Tap?!

"......."

"...... Hei! Aku bisa mendengar kalian, tahu.!"

.A.N.O.T.H.E.R.

[ Yuliana POV ]

Hei... Aku bisa mendengar kalian, tahu!

"........" aku membatu mendengar suara ini. Suara keras dan nadanya yang kasar.

Cahaya bulan menyinari seisi penjara bawah tanah yang terdapat lubang besar di atas atapnya, dan tiga sosok yang aku kenal berdiri membelakangi cahaya bulan itu. Yang dikiri adalah Jeane. Aku bisa mengenalinya dari manik hijau itu, sedangkan di kanan adalah kakaknya. Dan ditengah... Seseorang yang bertarung demi diriku di Menara Presen 2 bulan yang lalu.

Aku tidak bisa melupakan tatapan dari mata birunya itu, apalagi saat dia membuat senyuman mengejek itu.

"Yo Yuliana, apa kau lama menungguku~? Hehe.."

Waktu itu aku tidak bisa menyembunyikan senyuman bahagiaku. Si bodoh ini..dia!

.A.N.O.T.H.E.R.

[ Past POV ]

Iksan kembali ke hutan diluar wilayah Leeno, dan tanpa sadar sudah sampai ditempat yang lainnya tengah beristirahat.

"Iksan??" Nazna yang pertama menyadari keanehan sahabatnya itu.

Iksan terus berjalan dengan hentakan kuat disetiap kakinya.

JDAAAR?!

Dan ia menghancurkan satu pohon sampai tak berbentuk lagi. Debunya mengenai yang lain.

"Hei, apa yang terjadi padamu, Iksan?" sela Leon mencoba menenangkan.

"Si Sialan itu membawa Yuliana pergi untuk diberi hukuman! Yang benar saja aku tidak terima!" sahut Iksan memaki.

""Si Sialan??"" tanya Leon dan Nazna kompak, dan disaat bersamaan mereka juga mengerti siapa yang dibicarakan. Jika ada kata 'si' pada ucapan Iksan sudah pasti itu adalah kakaknya sendiri-- Ardian.

"Aku tidak tahu kenapa beliau melakukan hal seperti itu tapi pasti ada alasannya. Jadi tenangkan dirimu?!" cetus Leon memberi perlawanan.

"Aku sudah tenang!" teriak Iksan.

"Tenang, kau bilang??" heran Leon. Lalu Nazna memotong. "Yang dikatakan Iksan benar, Leon. Jika ia tidak tenang maka Iksan bakal menyerang kak Ardian lalu membawanya ke sini," kata Nazna.

"Itu bakal menimbulkan masalah baru.." tambah Seleane.

"SIAL! Kalau begini jadinya aku terpaksa menyelamatkan Yuliana dengan kasar!"

"Hei tunggu! Kau bisa jadi kriminal.." cegat Leon, namun dengan sifat keras kepala Iksan membuat Leon kesusahan.

"Jadi aku mesti apa, HAH??!"

Teriakan Iksan didengar oleh mereka semua, bahkan Oroceano memilih diam karena mungkin saja Iksan menyerangnya jika tahu kalau ia sebenarnya adalah musuh.














"Itu tidak baik, calon pemimpin..!"

""??!""

"Siapa?!" tanya Iksan emosi. Ia siap menyerang andai pria berambut putih jabrik itu tidak keluar dari balik pohon.

"Aku bukan musuh. Kau mengenal Jeane'kan? Aku adalah kakaknya.."

"Jeane..?" Iksan mengingat jika semua masalah ini berasal darinya.

"Hei, dimana dia sekarang?!"

"Tenang, calon pemimpin. Sebelum anda marah ada yang ingin aku sampaikan.."

"......"

"Jeane merasa bersalah karena telah mengorbankan Yuliana demi fraksi kita dan katanya ia akan ikut membantu membebaskan Jeane sebelum dijatuhkan hukuman juga.."

"Jeane... Dijatuhkan hukuman juga!?" pikir Iksan terkejut.

"Dan..!"

"...?"

"Ada cara membebaskan Yuliana tanpa harus melakukan tindak kejahatan yang 'ingin' kau lakukan, calon pemimpin.." katanya diiringi senyum.

"Benarkah!?"

"Ya. Caranya mudah. Kau-- anda cukup menjadi pemimpin Yuliana saja!"

""Hmm??"" Iksan dan lainnya nampak bingung, sementara itu kakaknya Jeane ini tersenyum misterius.

.A.N.O.T.H.E.R.

[ Normal POV ]

Kembali ke waktu sekarang.

Iksan mengeluarkan sebuah gulungan dengan emblem palu petir dan tanda tangannya.

"I-itu?!" terkejut Yuliana.

Para prajurit penjaga ikut terdiam melihat gulungan tersebut.

"Aku... Iksan Allorder Hacim, pemimpin dari fraksi abu-abu dengan ini MEMBEBASKAN Yuliana Drais dari tahanan seumur hidupnya. Fraksi Hacim yang akan menanggung biaya tersebut untuk mengeluarkan ia dari hukuman!" seru Iksan menggelora.

DRAP!!

Seluruh prajurit penjaga yang ada disana seketika dalam posisi hormat.

""Dimengerti, Tuan Hacim!!!""

"Walau tidak seperti rencana sepertinya berjalan baik.?" cetus Jeane, kakaknya hanya mendengus geli.

"Iki..."

"Ada apa dengan tatapan itu? Disini aku yang menunggu, tahu?"

"Pergilah.."

"Eh?" Yuliana terkejut melihat Kadi mengangkat tubuhnya dan melemparnya kuat ke atas.

"Buat susah saja.." dengus Iksan melempar kertas gulungan ke kakaknya Jeane.

"Wo, wo?! Tuan pemimpin, ini benda yang sangat berharga lo..?!" ingatkannya.

Namun Iksan cuma menghiraukan perkataan laki-laki berambut putih itu. "Kemarilah.!"

"Uhmm!" Yuliana melempar bola ungunya ke hadapan Iksan.

Dalam kedipan mata keduanya saling berpelukan.

"Waktunya kembali. Kau ikut'kan, Yuliana?"

"Aku akan ikut kemana pun kau pergi, Iki..!"

"Nisa, kembalikan kami ke Astrea!"

Lingkaran emas waktu muncul dibawah keduanya.

"Kakak, kita pergi juga.." beritahukan Jeane memegang kristal teleportasi.

"Ha? Lalu gulungan ini aku yang jaga, gitu!?"

"Sudahlah, kak. Ayo.."

"Ugh! Aku tidak suka plot ini~~"

Mereka menghilang duluan dengan teleportasi diikuti lenyapya Iksan serta Yuliana dalam silaunya cahaya.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top