Chapter 23 : Pertarungan terakhir
[ Yuliana POV ]
Ini dimana? Gelap. Aku sendirian.
'Yuliana..'
Ibu?
Aku mendapati diriku kembali ke umur 12 tahun dimana aku bertemu dengan ibu kandungku yang sudah lama terpisah denganku. Dia masih cantik seperti 5 tahun sejak kami berpisah.
Disini rambutku dibelai sembari tubuh kecil ini dipeluknya lembut.
'Apa ayahmu mendidikmu keras?'
Benar. Ayah mendidikku tapi ayah juga melindungiku.
'Begitukah?'
Ibu mengelus rambutku lebih lembut lagi. Di waktu itu ibu merubah warna rambutku jadi ungu seperti sekarang.
'Yuliana, kau harus menjaga tubuhmu dengan sangat baik. Oke?'
Akan kulakukan, bu.
'Kau adalah salah satu alasan kenapa ayah sangat memperlakukanmu berbeda dari ibu dan yang lain. Dia tega menjual kakakmu dan bahkan menjadikan ibu selir demi menjagamu untuk selalu disisinya.'
Aku tidak mengerti, bu. Apa ayah memang seorang penjahat seperti yang tuan Ardian katakan?
'Apa kau percaya ayahmu adalah seorang penjahat?'
Hmm(aku menggeleng). Tapi tuan Ardian tidak mungkin asal berkata, aku tahu itu. Usaha yang ayah lakukan untukku itu semua nyata, aku merasakan itu. Perasaan seorang ayah yang ingin melindungi anaknya.
'Eeh~~' aku merasa ibu tersenyum, entah kenapa. 'Ingat ini dalam hatimu, Yuliana. Keluarga kita adalah keluarga istimewa. Walau kita memiliki hidup terkutuk seperti ini tapi percayalah kita tidak ditakdirkan untuk menderita.'
'Akan ibu cerita suatu cerita. Dia adalah segalanya yang bisa melakukan apa saja, namun dibalik itu ada seseorang yang terus membantu Dia tanpa meminta imbalan. Walau tidak dipikirkan, tidak dihargai dan tidak diterima. Suatu hari Dia melakukan hal yang tidak bisa dimaafkan oleh semua kehidupan, yaitu melenyapkan keberadaan. Namun Dia gagal karena orang ini... Orang yang selalu membantu Dia berhenti membantu. Akhirnya Dia tidak jadi melenyapkan kehidupan dan berpisah dengan semua yang ia ketahui. Sendiri dalam keheningan tanpa ada orang itu di dekatnya.'
Aku tahu cerita ini.
Ibu selalu menceritakannya saat aku masih kecil. Apa itu ada hubungannya dengan kita, ibu?
'Ibu juga tidak tahu. Ibu mendengarnya dari nenekmu tapi ini adalah kisah yang mesti kau ceritakan pada anakmu juga suatu hari nanti.' ibu mengelus rambutku untuk terakhir kali.
'Yuliana, kau masih bebas selama warna rambut ini tidak berubah. Dan suatu hari andai rambutmu berubah, pastikan kalau itu terjadi karena kau ingin. Pastikan itu... Ibu menyayangimu'
Ibu...
Kembali aku tenggelam dalam kesendirian yang gelap. Kakiku terasa seperti menyentuh tanah, kini ada seorang perempuan berambut ungu gelap dengan pakaian ninja.
"Sonia.."
Mau sampai kapan kau tidur, gadis manja?
"Maaf... Tapi Quema sudah mengetahui rahasiaku. Aku--"
--Terus?
"T-terus.?"
Tuan ada diluar. Dia menunggumu! Dan kau disini cuma diam tanpa ada mau niatan mencoba. Eh? Tuan pasti menertawaimu
Siing..!
Cahaya muncul ditangan kananku membentuk sebuah senjata.
Berusahalah. Aku sudah berjanji pada tuan jika aku akan selalu ada disisinya... Selamanya!
Jusg?!
Aku merasa seakan tersengat listrik dan bangun di atas kasur dimana Quema menanamkan 'kutukannya' kepadaku. Dan ditangan kananku--
"Kodachi Sonia?" tepat disana aku menggenggam pedang pendek berganggang putih. "Sonia, apa kau menyelamatkanku?"
Aku segera mengancing kemeja yang dibuka paksa Quema, juga mengenakan blazer Astrea warna ungu yang terjatuh di lantai.
Kreeek...
"......"
".......?"
Saat aku selesai dengan semua itu pintu terbuka dan maid berambut putih itu datang. Ina pelayan setianya Quema.
"B-bagaimana kau bis--?!"
Stranges Dimensional Move
Jusg!
Bola ungu aku lempar melewati cepat maid itu. Segera aku aktifkan sihir perpindahan dan bergerak sangat cepat keluar dari kamar.
"B-berhenti!" Ina langsung menyerangku dengan rantainya namun dapat kuhindari dengan berpindah ke spot berbeda.
"Jangan kabur!"
"Aku akan kabur..."
Aku terus berpindah tempat mencoba meloloskan diri dari Ina tapi yang namanya pelayan setia pasti tidak mau mengecewakan majikannya. Terbukti Ina mengejarku sampai keluar dari menara.
Aku lewat jendela dekat atap. Dan disinilah aku bertemu dengan Iki. Dia tengah bertarung melawan Quema dan tidak sendirian. Ada Nazna juga.
Setelah diam memperhatikan keduanya aku mengetahui sesuatu. Iki menyelamatkanku karena dia berhutang sesuatu.
Apa ingatannya kembali? Apa ini sesuai rencana Jeane? Aku... Tidak tahu.
Aku tidak pernah sampai membuat Iki berhutang kepadaku... Sebaliknya aku yang sering membuat sus--?
"Bagaimana dia ada disana?" akhirnya Quema menyadari lolosnya diriku padahal kami cuma berseberangan saja.
"Maaf, tuan, saya gagal.." seru Ina tiba-tiba muncul.
"Yo! Kau tahu, Yuliana.? Kau sudah benar-benar membuat masalah denganku.."
Cara bicaranya. Ini adalah Iki yang sangat aku kenal. Lelaki bermulut kasar dan seegois sesukanya. Entah kenapa aku senang padahal rencana yang Jeane buat gagal dan aku jadi tak berguna.
Tapi aku senang.
"Hmp. Maaf kalau begitu.."
Setelah mendengar Quema memberi perintah ke Ina aku segera pergi ke atap menara. Ina memang pelayan tapi ia dilatih untuk membunuh sejak kecil oleh perusahaan tuan besar Albertos. Bertarung di udara terbuka dan sulit berpijak adalah keuntungan bagi lawanku, jika kekuatannya seperti milik Ina.
Krang?!
Baru disebut, Ina langsung melempar rantai dari dalam tubuhnya mengarah ke arahku. Aku menangkisnya dengan tebasan lalu melempar bola ungu ke atap dan berpindah ke sana.
"?!"
"........" aku berpindah bersama Ina karena aku sempat memegang rantainya.
"Aku telah mendapatkan izin untuk melukaimu. Jangan anggap aku akan segan kepadamu, Yuliana.!"
"Ah? Aku harap kau segan.."
Trang!?
Aku menghantam kodachi menekan rantai Ina ke bawah, salah satu kakiku melingkari rantaiya bermaksud melilit sembari menarik maid ini mendekat. Rencanaku berjalan lancar saat aku putar badan bersama kaki kanan yang menyatu dengan lilitan rantai. Aku berputar kuat dan melakukan tendangan cepat ke wajah Ina, yang mana dapat ditahan oleh Ina.
"Ugh?!"
Walaupun begitu tendanganku pasti sakit. Pada saat aku mau melakukan serangan lanjutan, maid ini melepas rantai dari tubuhnya sendiri dan melompat mundur.
Kami saling memandang walau selisih jarak kami cuma 5 meter. Atap Menara Presen berupa atap yang terbuka tapi disini aku dapat berpijak sesukaku. Disini luas dan juga... Bzzzt, jangkauan dari petirku dapat meluas.
Violet Thunder :
Blockade Dawn
Petir ungu menyebar membentuk kubah melengkung yang mengurungku di dalamnya. Sekarang segala jenis besi ataupun baja bakal terpental otomatis jika menyentuh kubah ini.
"Apa itu artinya rantaiku tidak akan berguna?"
"Ya, sayang sekali, bukan?"
"Tidak masalah karena aku masih punya kekuatan tuan Quema..burn!"
"!!"
Aku terkejut melihat api membakar kedua tangan Ina. Tidak salah lagi Ina melakukan hal yang sama seperti aku 'menerima' petir ungu ini. Itu artinya Quema atau tuan besar Albertos 'memberi' Ina.?
"Tidak perlu seterkejut itu. Bukankah kau juga sama, Yuliana?"
"........"
"Kalau begitu mari kita mulai lagi dari awal.."
"Sial. Ini bakal merepotkan.!"
Feugo Aura : Explosion Aura
Ina mengangkat tangannya ke atas sekejap api membakar dibawah kakiku. Beruntung aku refleks melempar bola ungu untuk berpindah.
Set?!
"......."
Ina muncul di depanku. Aku meladeni aduan tangan kosong yang merupakan keahlian maid ini. Aku dapat bertahan bermodal pelajaran dari ayah dan beberapa orang yang mengajariku beladiri. Pertarungan berakhir saat aku memaksa Ina mengeluarkan rantainya, yang mana membuat rantai itu otomatis terpental menyeret Ina bersamanya.
Stranges Dimensional Move :
Strip Vert
Slash!!
Aku berpindah ke atasnya sembari berputar. Kujatuhkan tebasan cepat menebas Ina dan rantainya vertikal lurus.
"Argh?! J-jangan s-senang d-dulu.."
"Kau sudah kalah, Ina.." sulur aura nampak ada di ujung mata pedangku lalu menyatu.
Teknik Menebas Hacim :
Lingkaran Akhir
Bersamaan dengan itu darah keluar deras dari bekas tebasanku dan Ina terkapar sambil bersimbah darah.
"A-a-aku..bel..um--"
"--Beristirahatlah. Dan bila kita ketemu lagi? Aku mohon jangan serang aku ya.."
Thurst!
Kodachi aku tusukkan ke jantung Ina dan ia langsung berhenti bernafas.
"M-m-maaf..kan..saya, tu..an." cahaya yang ada dimatanya redup tak menyala lagi.
Ina tidak mati sepenuhnya karena ia berasal dari Ras Abadi. Ina adalah manusia buatan atau homunculus, dan andai jantungnya diberi 'tenaga' maka dia bakal hidup kembali. Dan itu adalah hal yang tidak ingin pernah aku lakukan.
Aku mencabut kodachi Sonia dari tubuh Ina dan aku simpan ke dalam Ruang Dimensi Penyimpanan milikku. Jika institusiku benar maka hanya tertinggal Quema yang belum dikalahka--??
Jdaaar!
Menara tiba-tiba terguncang hebat setelah suara petir menggelegar diluar sana. Apa jangan-jangan Iki menang? Tidak. Terlalu cepat untuk menyimpulkan. Quema tidak selama itu aku perlu melihatnya langsung.
Aku kembali masuk ke dalam menara bermaksud ke ruangan rapat dimana disana ada bola yang dapat melihat dari langit. Dengan itu mungkin aku bisa melihat pertarungan keduanya.
Tap, tap... Uggh!
"Hmm??"
"........." aku berhenti setelah membuka pintu ruangan rapat.
"Halo, Yuliana~bagaimana kabarmu~?"
"N-N-nyonya besar Fonier!?" kagetku melihat ibunya Rina. Dan ada Rina juga??!
Apa dia ikut bersama Iki?
"A-apa yang anda lakukan disini, nyonya?"
"Aku? Aku cuma mengawasi anakku yang cantik ini. Dia kali ini berlebihan dalam bertindak.."
"Ah~m-maafkan aku.." kata Rina yang sepertinya ada di bawah alam sadar. Nyonya pasti menggunakan sihir mimpi untuk menjahili Rina itu terlihat dari telapaknya yang bersinar menyentuh pipi Rina.
"Ooh iya?! Bagaimana dengan Ik--san?"
"Iksan kecil sedang berusaha sekuat tenaga diluar sana~~"
.A.N.O.T.H.E.R.
[ Author POV ]
Bzz, bzz..!
Thurk yang ada dipegang oleh tangan kanan Iksan menyala dengan aura biru-hitam. "Bersiaplah, Quema.."
"....!"
Blue Thunder Sword of Hacim :
Thurk Slash
"UHARGH?!!"
Tebasan petir biru yang sangat besar menghantam Quema hingga membentur menara. Dan baru Iksan mencoba untuk bernafas, tercipta ledakan api yang sangat hebat di tempat Quema.
"H-hahaha! Anak dari wanita terkutuk itu memang hebat. Tapi tidak cukup kuat.." luka disekujur badan Quema sembuh dengan cepat. "Lihat? Serangan hebatmu yang barusan bahkan tidak dapat memberi bekas ditubuhku,"
"Kau bilang apa tadi?"
"Aku bilang kau lemah! Ya itu tidak bisa dipungkiri karena kau dilahirkan oleh wanita terkutuk itu. Sebenarnya dia kuat namun melemah setelah melahirkanmu. Aku jadi kasihan dengan ibumu jika tahu kalau anak... Yang dia berikan setengah kekuataannya ternyata adalah ORANG LEMAH! AHAHAH!"
"Diam, brengsek.!"
"Kenapa? Memang itu kenyataannya. Kau dan ibumu itu adalah orang yang lemah. Menjadi pemimpin Hacim selanjutnya? Kalian pasti kebanyakan bermimpi! Tempat itu hanya untuk orang kuat seperti aku saja!"
"Aku bilang diam. Aku tidak perduli soal pemimpin dan lainnya, tapi jika kau berani menghina ibu dan keluargaku AKU TIDAK AKAN MEMAAFKANNYA!"
"Majulah!" tantang Quema.
"Akan kutunjukkan kepadamu kekuatan yang kau anggap lemah itu.."
Mata pedang Thurk perlahan mengeluarkan sulur kabut hitam keunguan.
"Eh!!"
Hacim Flame :
Giganthicc
Quema membuka telapak kiri yang menciptakan bola api... Yang berubah jadi matahari kecil. Lesatannya seperti peluru dan bentuknya menyerupai laser. Tanah seketika terkikis oleh tembakan bola api itu menciptakan bekas di tanah yang sangat panjang.
"Iki, menghindarilah!!" teriak Yuliana ditempat berbeda.
Kau adalah aku. Dan aku adalah kau!
Kita saling berbagi kesenangan dan juga kesedihan. Jangan anggap cuma dirimu saja yang menderita, karena diluar sana masih banyak yang lebih buruk dan menderita dari kita.
Aku percayakan diriku... Pada dirimu, Iksan!
"...... Ya!"
Tebasan garis hitam setengah lingkaran itu membelah tembakan Quema.
Teknik Berpedang Aliran Kegelapan :
Awan Hitam Mendung
Tebasan aura hitam melewati Quema cepat dan menghancurkan dinding menara yang ada dibelakangnya. "Apa--?!"
Teknik Berpedang Aliran Petir :
Sambaran Ular Petir
Zlash?!
Tebasan patah-patah Iksan menyambar Quema dengan petir sekaligus mendorongnya paksa masuk ke dalam menara. Iksan terus mendorong Quema sampai menggunakan 'Thurk Slash' sekali lagi hingga membuat diri mereka merusak bagian dalam menara.
Petir biry Iksan berhenti dan Quema terperangkap di tumpukan puing bangunan yang menindihnya.
"Ha..."
"Aku merasakan kehadiran Yuliana disini. Apa dia tengah cemas??"
Srek, srak...
Iksan berhenti berpikir saat seutas tangan Quema menjulur keluar. Tato jingga perlahan hilang pada tubuhnya namun tetap tidak menerima bekas luka sedikit pun.
"Aaaa.! Ini tidak berjalan dengan baik.."
"Dia masih sanggup?"
"Hup..! Ah. Hei Iksan, kau tidak berpikir jika aku kalah'kan? Kau yang 'dulu' pasti tahu seperti apa aku sebenernya, NAMUN itu sudah 5 tahun lamanya dan sekarang aku berdiri lagi dihadapanmu dengan banyak pengalaman. Dulu aku kalah darimu tetapi tidak untuk hari ini.."
"Aku yang dulu... Mengalahkannya?"
"Biarkan aku mengingatkanmu kenapa kita bertiga saling memberi teror sesama keluarga.."
Bsz..!
"......."
Red Thunder
"!!?---"
Red Smash
"A-??!!"
Quema bergerak secepat kilat dan mendaratkan tinjunya petir merahnya ke pipi Iksan. Api membakar disana menyelimuti keduanya.
"P-petir m-merahmu--"
"--Kita sekeluarga. Ingat!?"
Quema mendorong Iksan berpisah dengan api dan petir merahnya.
Fuego Aura : Fuege de Explosion
DHUUUUAAR!!!
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top