Chapter 17 : Melawan musuh

[ Author POV ]

Sinar biru yang membawa Iksan serta musuhnya itu sampai di suatu lapangan olahraga dalam gedung, Iksan dan musuhnya berada dalam garis kotak sementara Rina ada diluar.

"Tempat ini?"

"Selamat datang di dalam dunia virtual gameku.."

"Game.?"

"Apa ini permainan Bola Lempar?"

"Benar sekali, nona cantik. Permainan yang akan kita lakukan adalah Bola Lempar. Siapa yang melempar lalu berhasil mengenai lawan maka menang. Ngomong-ngomong kau harus mencapai poin 12 untuk dapat menang.."

"Uhaaa, ini merepotkan sekali.." cetus Iksan tak bersemangat.

"Jangan bilang begitu, sepupu. Memang peraturan simple tapi permainan ini lumayan berbahaya. Bahkan ada yang mati.."

"He--?"

Daar!

Satu bola melewati wajah Iksan lalu menghancurkan dinding dibelakangnya. "Aku hampir lupa. Karena kita ada di dunia penuh fantasi maka sihir diperbolehkan.."

"Semangat.!" sorak Rina mengangkat kedua tangannya yang membawa semacam benda berbulu.

"........"

"Ada apa, kawan.? Kau takut?" tanya si pesulap melihat sekujur badan Iksan gemetaran.

"Heeh.." senyuman perlahan terukir disana. "Ini menyenangkan!"

"Kalau begitu kita mulai.." ia melempar bola ke langit tepat ditengah-tengah garis.

"Hmm. Siapa yang mendapatkan maka dia giliran pertama, gitu.?"

Iksan mengambil kuda-kuda sebelum melompat tinggi ke atas namun lawannya terlebih dulu mendapatkan bola.

"Cepatnya!?"

"Aku pertama!"

Smash!!

Bola yang dipukul dengan bantuan sihir alternatif 'Steel Body' itu menghantam keras tepat ke tengah dada.

"Terkejut adalah faktor terkuat. Sekuat apapun dirimu jika tidak siap bertahan maka tetap celaka.."

Dusss-

"?!" si pesulap terkejut melihat Iksan menahan bola yang dipukul dengan lututnya.

"Kau pikir aku sebodoh itu mengikuti permainanmu, tukang sulap.?"

Iksan menendang balik bola itu yang kini diselimuti aura petir biru. "Dimensi ini adalah buatanmu, tentu kau yang mengaturnya. Andai kau menang itu pun pasti karena curang.!"

"Gaw--??"

Jdaar!

Orang itu terkena telak bola tendangan Iksan dan jatuh lantai, gedung mendadak berubah jadi hutan kembali. Dan bola tadi sebenarnya adalah kristal bom.

"Gameplay yang sangat bagus, sepupu.."

""Yeay"" Iksan maupun Rina saling balas tepukan.

"Kenapa benda itu masih bersamamu?" tunjuk Iksan. "Ehehe, sepupu tidak lupa'kan apa sihir orisinalku."

"Itu berguna untuk ilusi juga.?"

"Kecantikanku adalah kekuatan sihirku. Imut dan cantik membuatku tambah kuat.."

"Itu aneh.."

"Ugh, seperti biasa.." kedua benda berbulu itu lenyap saat Rina mulai menangis.

"S-sejak kapan?" bangkit si pesulap.

"Sejak Rina mengatakan game.."

"Eh?"

"Yang namanya game itu mesti menyenangkan tapi ini malah mengerikan, bahkan permainan volley yang dimainkan kakak sialanku lebih bagus ketimbang ini.."

"Sepupu tahu volley?"

"Cuma namanya, main tidak.."

"Umm.." Rina memasang ekspresi sulit.

"Intinya semacam trik licik apapun yang kau gunakan tidak akan berfungsi selama sepupuku ini ada disini.."

"Sepupu.."

"Kita tidak tahu kalau tidak dicoba.!" teriaknya membuat hutan jadi jalanan umum... Penuh mobil?

"Dimana lagi ini,? Dan benda apa itu?!" pekik Iksan tidak tahu namanya mobil.

"Hmm. Kayak pernah lihat tapi dimana.." berbeda dengan Rina yang mengingat sesuatu. "Ah?! Jika tidak salah kendaraan alternatif yang dibuat di Grenzc, kata sepupu Leben ini masih prototipe,"

"Dia tahu?!"

"Hati-hati, sepupu, kalau kena itu mobil lumayan sakit.." peringatkan Rina, kepada Iksan yang melesat cepat.

Iksan menggunakan 'Kecepatan Petir' untuk terus maju sembari menghancurkan mobil.

"Benda ini meledak.." kaget Iksan, itu karena Iksan menghancurkannya ditempat bensin berada.

"Haa!" musuh berhenti menggunakan mobil beralih ke kumpulan pesawat sedang. Pesawat dengan sengaja menabrak daratan untuk menyebarkan pecahan pesawat bersama ledakannya.

"I-ini merepotkan.!" sebal Iksan berhasil selamat beberapa kali dari ledakan pecahan tersebut.

"Kau berhenti disana!" seru musuh menggerakkan semua pesawat ke satu titik yaitu Iksan.

"Rina, lakukan sesuatu.!" panggil Iksan meminta bantuan.

"Baiklah, sepupu. Hari ini kecantikanku berada di level 3 maka dari itu.."

Enchant Beauty Thunder

Petir biru langit Rina tiba-tiba menusuk Iksan dari belakang hingga tembus, itu membuat orangnya melesat sangat cepat melewati semua pesawat dari ruang titik.

"Tidak mungk--?!"

Bruak...

Iksan menghantamkan lengan dalamnya ke leher lalu menerbangkan musuh ke udara.

"Sekarang kau tidak bisa kemana-mana lagi.."

Combination Magic : Elementary

BZZZT!!

Petir biru tua dan biru langit berkumpul ke ujung telapak kanan Iksan yang terangkat ke musuh.

Distributed Breath

"........"

"......."








BRUSSSSH!!!

Hantaman laser biru melenyapkan sosok sang musuh. Bersamaan dengan itu semua ilusi yang terpasang di area hutan berhenti berfungsi.

"Dia mati?" pucat Rina.

"Tidak. Memang Petir Kehancuran milikku dapat menghancurkan segala unsur dasar tapi Petir Kelembutan Rina mungkin menetralkan fungsi dari karakteristiknya. Yah mungkin dia koma.."

"Sepupu, kau kejam.." (-_-)

.A.N.O.T.H.E.R.

Sementara itu Rinka dan Nazna melawan saint asal Leena yang bernama Goenawan yang mahir dalam pembuatan tanah. Goenawan meratakan tanah yang jadi pijakan berdirinya kemudian merubahnya jadi kumpulan lumpur yang sangat tebal, pepohonan hancur oleh pasak-pasak tanah raksasa yang mengelilingi area pertarungan.

First Steps : Omegaearth

"Ada apa, saint.? Kau tidak bisa berkutik jika sihirnya memiliki bentuk.? Hahaha.." tawa Goenawan meremehkan Nazna.

"Tcih. Dia mengetahui kelemahan Maker-ku dalam sekejap.." kesalnya berdecak.

"Biar aku yang jadi lawannya.."

"Tunggu Rinka.!"

"Hmm?"

Wind Style Technique : Wind Feet

Rinka menjatuhkan tendangannya di atas langit yang tinggi. Goenawan hanya mengarahkan lumpurnya sebagai pelindung untuk menetralkan gelombang lanjutan, hasilnya kaki Rinka terjebak di dinding lumpur itu.

"Eh? K-kakiku tenggelam?!"

"Hahaha, bodoh. Kalian bodoh.!" Goenawan kembali mengarahkan lumpur-lumpur untuk membungkus badan Rinka, kini tidak bisa bergerak.

Goenawan mencuatkan satu pasak tanah yang sangat panjang tepat dibawah Rinka.

"Ah. Wind Style Technique--"

"--Terlambat!"

Pasak lumpur tercipta dan menyerempet bagian sisi kiri Rinka hingga robek.

"........"










Elclymore Dragon Disspear Art :
Santos Gron

SLASH!!

Tebasan cepat dari sebuah gelombang clymore memotong lumpur yang menyerang dan menahan Rinka.

Deg.? Slash...

Bersamaan dengan itu Goenawan menerima tebasan yang hampir sama seperti Maker miliknya.

Rinka jatuh tetapi ditangkap oleh Nazna disaat itu juga.

"M-maaf..a..ku t-terlalu ceroboh."

"Kau itu memang tidak sabaran dari dulu.." kata Nazna menunduk, Rinka hanya bisa tersenyum lemah. Nazna mengistirahatkan Rinka sembari memberinya potion sihir penyembuh.

"Apa yang terjadi? Kenapa aku terluka?!" pikir Goenawan menatap terkejut Nazna.

"Tadi kau menyatakan hal yang mengasyikan, bukan.? Kekuatan sejati? Aku ingin mendengarnya lebih!"

"??!" Goenawan merinding mendapat tatapan intimidasi bersama bayangan sesosok naga dibelakang Nazna. "S-siapa? Naga??"

Suwsh..

Nazna dengan mudah mendekati dan sampai disamping Geonawan.

Elclymore Dragon Disspear Art :
Rondo zac liuD

Mata clymore Nazna merobek daging Goenawan, sedetik ke depan Goenawan jadi percikan abu api hijau.

"Apa yang... Dia barusan?"

Keberadaan Goenawan lenyap bersamaan dengan tiupan angin. Nazna menancapkan pedangnya ke tanah membuat api hijau melahap lumpur dan semua pasak tanah paksa.

"Sampai membuatku menggunakan kekuatan paman... Betapa rendahnya musuhku kali ini."

.A.N.O.T.H.E.R.

Slash, slash, slash..

"Apa masih belum, Yeon?" seru Seleane yang mendapat tugas menahan kumpulan zombie.

"S-sedikit lagi.." sahut Yeon menyusun kertas jimat yang berjumlah lima mengelilinginya.

Seleane menatap horor Yeon dengan sengaja.

"Hiik!? S-sudah selesai.!" teriak Yeon panik.

Seleane tersenyum puas lalu pergi ke tempat Deuk tanpa menghiraukan para zombie. Lima jimat kertas Yeon terbang jadi elemen dan terserap ke pedang merah darah.

"Eh? K-kak Seleane, z-zombienya.?" panik Yeon karena kumpulan zombie menerjangnya.

"Tenang saja akan kuselesaikan dengan cepat.."

"Kakak!!"

Combination Magic : Impuriton

Aura merah dan cahaya jadi satu di mata pedang Seleane menjadikannya lebih tebal. Seleane dengan cepat mengangkat pedang ke atas menggunakan dua tangan.

Teknik Berpedang Aliran Hampa :
Pasak Neraka dan Surga

JRUAK?!

Seleane menebas tanah, melepaskan aura dua warna yang menusuk Deuk.

"Urgh!?" ringis Deuk merasakan serangan Seleane memberikan efek padanya. "I-ini mustahil.!"

"Dia kabur?"

"Ayo Yeon kita kejar.!"

"Kak Seleane, tunggu.."

Seleane dan Yeon mengejar Deuk yang tiba-tiba lari menggunakan kuda zombie ke arah lain hutan.

Ke pertarungan antar elf. Anila terlihat beradu beladiri dengan Luli, teknik yang mereka gunakan sama yaitu 'Tapak'.

Tapak Angin Kesejukan :
Bor Angin Di udara

Ruash!

Bor angin tercipta ditangan kanan yang meninju dalam posisi menerjang, dibalas hempasan angin kasar ke langit.

Tapak Angin Kekasaran :
Cakar Angin Perusak

Crash!

Dua kali hempasan angin yang kasar.melenyapkan bor angin Anila.

"Apa?!"

"Hilang juga akhirnya.." senang Luli siap melancarkan serangan lanjutan.

Tapak Angin Kekasaran :
Sayatan Angin Mati

Tendangan angin kiri Luli menghantam kasar Anila terlempar ke belakang.

"......."

Syuuu...

"........"

Syuuut....... Slash!

Teknik Berpedang Aliran Angin :
Garis Horizontal Penebas

Safira tiba-tiba melewati di punggung Luli dan menebasnya.

"Dia menyerangku saat saudarinya diserang!?"

Safira memukul Luli sampai terputar ke arahnya, ia lalu menembakkan pusaran angin yang sudah terkumpul di busur kecil yang menempel dilengannya. Anila yang terkena serangan juga ikut berkumpul membantu kakaknya.

Bor Angin memukul Luli dan mementalkannya jauh menabrak batang pohon.

"Ayo kita lakukan bersama-sama, Anila.."

"Siap, kak.."

Wind Magic : Wind Cutter

Cast..!

Safira merapalkan serangan dasar angin sedangkan Anila membuat tebasan angin dengan tendangannya. Serangan keduanya berhasil melukai dengan parah Luli.

"Berhasil!"

"U-ugh..."

Luli mengeluarkan banyak darah yang mana membasahi seluruh badannya.

"A-aku t-terluka lumayan parah.?"

"Masih belum.." Safira membidikkan busurnya.

"Kak Safira.."

"Ini gawat sekali~~"

.A.N.O.T.H.E.R.

[ Leon POV ]

Kami mengadakan latihan bersama sekolah berpedang hari itu, banyak peserta yang ditunjuk oleh para pengajar untuk latihan.

"Stop.!" seru pengawas-- tuan Boras.

Di depan kami ada satu rekanku di regu dikalahkan oleh satu murid lelaki.

"Dia hebat. Tekniknya juga lumayan. Bagaimana, tuan Ardian?"

"Hm. Itu benar tapi kurasa dia baru saja curang. Kan peraturannya tidak boleh ada sihir.."

"Ha? Itu tidak mungkin.."

Komandan sangat hebat. Murid ini memakai sihir? Aku bahkan tidak menyadarinya.

"Tapi kita perlu mengapresiasi kemampuannya mengelabui kalian, hahaha.." tawa komandan saat itu.

Aku Leon, calon ksatria. Dan sekarang dijadikan anak magang oleh komandan. Itu adalah cerita lama.

Nama murid ini adalah Grek. Anak berandal sekolahan dnegan kemampuan pedang yang gila.

"Hei bocah.."

Kau juga bocah.

"Kenapa kau menatapku seperti itu?"

Itu karena aku tidak suka denganmu.

"Katakan sesuatu, sialan.."

Ini bakal merepotkan.









Awalnya itu hanya perasaanku. Dia tersenyum saat mengalahkan. Apa komandan menyadari itu?

Komandan pasti menyadarinya. Mungkin komandan ingin merubah itu.

Dari awal hati Grek sudah hitam. Komandan Ardian juga manusia, dia juga bisa gagal.

"Aku kecewa padanya.."

"Kau bodoh? Tidak ada yang sempurna di dunia ini.."

"Ya, aku memang bodoh berharap pada orang itu.."

"Grek, jaga perkataanmu.."

"Aku kecewa... Padanya!"

"Grek? Hei Grek, apa yan--- Argh?!"

Grek membunuh semua rekanku, tepat dihadapanku.

"Apa yang kau lihat, Leon? Kau marah karena aku membunuhmu temanmu,,"

"......."

"Oh? Aku hampir lupa. Kau bukan manusia, kau adalah monster berkulit bocah polos. Di dalammu itu penuh dengan kekuatan. Benar, ya benar..mungkin aku bisa mengambil kekuatanmu bersama dengan tubuhmu apalagi tubuh bocah ini tidak kuat untuk kekuatanku yang besar."

Apa yang dia bicarakan?

"Hei Leon.."

"!?" Grek tiba-tiba sudah di depanku?

Benar. Aku sedang bertarung dengannya saat ini.

"Kenapa kau selemah ini? Kau bisa saja menggantikan komandan dalam saat itu. Hilang kekuatan? Hahahaha. Kau membuangnya, bukan?!"

Krk.!

"Diam.."

"Hmp. Begini juga bagus aku bisa melihat ekspresi marahmu. Kau seperti boneka tanpa ekspresi waktu itu.."

"Diamlah!"

Aku menyeret diriku ke belakang dan menebaskan sinar kuning yang memukul Grek mundur. Tapi dia bisa bertahan berkat kekuatan abadi menjijikannya.

"Kau tidak akan bisa mengalahkanku dengan dirimu yang lemah. Kembalilah ke dirimu yang dulu, biar aku bisa merebutnya darimu. Aku memang selamat tapi terjebak ke tubuh lemah serta tak berguna ini.."

"...?"

"Jujur aku kira diawal aku tidak bisa menggunakan sihir apapun di tubuh ini tetapi berhasil karena memaksanya sampai ke batas. Memang dasar, aku tidak beruntung.mendapatkan tubuh payah seperti ini. Mungkin sepanjang hidup orang ini tertarik dengan sihir tapi dia tidak bisa melakukannya. Sungguh hidup yang rendah.!"

".........."









Hei Leon, aku orang yang payah ya tidak bisa sihir. Aku bahkan berbohong kepada adik-adikku jika aku bisa sihir tapi aku hanya menggunakan fisik untuk membelah pohon.

Hidup tanpa sihir tidak terlalu buruk.

Kau bohong. Aku tahu kau menyembunyikan sesuatu dariku'kan.?

...

Bisa sihir itu enak ya tapi lebih enak masakan adikku.

Kenapa tiba-tiba?

Bisa sihir itu bagus tapi menikmati yang ada lebih bagus. Walau tanpa hal istimewa, hidupku sudah istimewa. Dikelilingi oleh orang yang aku sayang itu sudah cukup.

Kasih sayang itu dapat lebih kuat dari sihir. Percayalah padaku.

"Aku percaya padamu. Maka dari itu.."

Tik...

"Maaf sudah berbohong padamu, Jacke.."

.A.N.O.T.H.E.R.

[ Author POV ]

"Hei orang tak berguna. Berbahagialah!"

Drt!

".....?"

Aura emas bercampur biru masuk ke mata kanan Leon mengukir motif pedang-pedang kecil 12 arah. "Kau baru saja mengembalikan kekuatanku.."

"Haaa?!? Leon! Ini..ini yang aku tunggu. Dan serahkan tubuhmu padaku.!"

Grek menyebarkan aura hitam yang menelan cahaya Leon. Namun sebuah kilatan emas menetralkan semuanya.

"Tidak salah lagi. Kekuatanmu yang in--"

Set!!

Cahaya menusuk Grek dalam hitungan detik.

"Kali ini matilah!"

"He.??"

Teknik Berpedang Aliran Kehidupan :
Tangga Surga Berbentuk Tombak

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top