Chapter 16 : Pertarungan sebelum dan sesudah ilusi
[ Author POV ]
Iksan dan Rina kembali ke tempat awal dimana Iksan melempar tombak petir tepat di Menara Presen, tanpa sengaja.
"Aaargh! Kita kembali lagi?! Apa-apaan ini? Kenapa kita sampai ditempat yang sama terus menerus? Ini menyebalkan.." emosi Rina marah-marah.
"Kemungkinan ada orang yang menggunakan sihir ilusi disini.." bisik Iksan sangat pelan. "Hei sepupu, lakukanlah sesuatu. Kau tahu'kan aku tidak suka berada di hutan lama-lama. Disini gelap dan dingin."
"Salahmu sendiri berpakaian seperti itu. Kau bodoh?"
"Ugh. Kejam seperti biasa.." tangis Rina.
"Tapi Rina ada benarnya. Aku mulai tidak suka ada di hutan ini. Jika memang benar ada musuh yang menggunakan sihir, maka cuma cara itu yang dapat aku lakukan.."
Iksan mengumpulkan energi negatif di satu tangannya, aura ungu dapat dilihat dengan jelas.
"Lahap mereka.."
Gluton Blaze
Burn!!
Api ungu membakar sekeliling mereka. Penampakan lebatnya hutan diganti padang rerumputan biru dan banyak orang bertopeng hitam mengawasi mereka.
"Topeng itu? Mereka dari Kelompok Demon Mask. Kumpulan penyihir yang memuji iblis dan menggunakan sihir iblis.."
"Kau tahu sekali, gadis muda. Sayang sekali kalian berdua akan mati disini.." kata satu orang bertopeng hitam yang memiliki tanduk di kiri topengnya.
Ush!
Padang rumput lenyap digantikan hutan kembali.
"Mereka datang, Rina.!"
"Aku tahu, sepupu.."
Detection
Slash?
Iksan menarik tangan kanannya ke kiri menghindari tusukan tak terlihat. Iksan memukul keras bagian belakang yang menyerangnya seketika ia pingsan dan penampilannya langsung terlihat.
"Sihir seseorang akan hilang saat orang itu benar-benar tak sadar. Kau dengar itu, Rina.?"
"Aku mendengarnya, sepupu. Hyaa.!" sahut Rina sembari melakukan tendangan akrobat yang mengenai orang tak terlihat di depan serta belakangnya.
Beberapa pohon dan rerumputan terlihat kembali setelah tiga orang berhasil dikalahkan.
"Sepupu, apa ini.."
"Seperti yang kau pikirkan.." jawab Iksan duluan. "Kalau begitu.." Rina membuka telapaknya ke arah bawah, petir biru langit keluar dari sana dan mengelilingi 2dm sekitar mereka.
"!?"
Deep Blue Sky Thunder :
Circle's Destroyer
Jrusg!!
Petir biru langit Rina berubah jadi kumpulan pedang petir dan terbang menusuk ke segala arah. Ledakan yang dahsyat menghilangkan penampakan hutan sepenuhnya.
"Uh. Dia mengalahkan beberapa anggota dalam sekejap!?"
"Halo~" mata biru Iksan mendadak muncul di depan ketua bertopeng ibli, Iksan menendang wajah ketua itu hingga retak topengnya dan terpental.
"Sial!"
"?"
Ketua itu menghilangkan dirinya seperti tak terlihat kayak hutan beberapa lalu.
"Kau bisa bersembunyi tapi tidak bisa lari dari mataku, bayangan.!"
'Allmight' aktif mencari jejak sihir milik ketua bertopeng. Ia ada jauh di depan, kabur.
"Mau kabur?" seringai Iksan sembari melempar tombak petir ke langit. "Cobalah~"
Blue Thunder :
Sky Cry
Bxt... Jdaar!!
Pilar biru jatuh menghantam orang itu dan menghanguskannya.
"Selama kau ada ditempat terbuka 'Tangisan Langit' akan selalu mengejarmu!"
"Owah~teknik rahasia pertama milik sepupu memang hebat. Tadi keren sekali.!"
"Kau juga sama, Rina. Yah itu pun kalau kau mau berusaha lebih keras lagi.."
"Mm. Apa maksudnya itu.? Aku sudah lebih dari berusaha.!" cemberut Rina.
"Iya-iya aku cuma sedikit bercanda.."
"Bagian mana yang bercanda tadi memangnya!?"
Pat, pat..
Iksan menepuk kepala Rina dan berhasil membuatnya tenang. "Kau suka yang begini'kan dulunya?"
"Mmm. T-tidak juga.."
"Wajahmu merah tuh berarti ya.." Iksan semakin menggoda Rina sampai tak menyadari kehadiran seseorang.
"S-sepupu, b-bisa kau berhenti bermain dengan kepalaku? D-dan juga musuh ada datang.."
"Aneh. Kenapa aku tidak menyadarinya?"
"Itu karena kau bermain dengan kepalaku. Ini mengenakan juga sih.."
.A.N.O.T.H.E.R.
Hush!
Puluhan skeleton tiba-tiba lenyap saat regu Leon dan lainnya ingin memberi perlawanan.
"Mereka..menghilang?"
"Sudah saya duga. Kak Leon, mereka semua hanyalah tipuan ilusi.." beritahu Yeon. "Pantas saja tendangan anginku tidak merusaknya, ternyata." desah Anila lelah.
"Itu artinya kita terjebak ke dalam ilusi seseorang.."
"Itu berarti ada musuh.." Safira dan Seleane mengangguk saling mengerti.
Tap, tap, drap...
"Leon, ada yang datang.!" seru Safira.
Diwaktu bersamaan hutan berubah jadi lapang hampa dengan sebuah gereja tua yang telah lama ditinggalkan, di depan pintu gereja ada tiga sosok asing tapi ada satu sosok yang familiar. Itu adalah lelaki berambut hitam dengan pedang yang melawan Iksan saat ingin berhadapan dengan Quema.
"?!" mata Leon membulat terkejut. "A-apa m-maksudnya ini??" tanya Leon gemetaran bingung.
"Leon?" Seleane dan lainnya menatap bingung Leon yang ketakutan(?) saat bertemu dengan lelaki berpedang.
"Rambut itu. Oh~Leon ternyata.." senyumnya. "Suara ini? Kurgh!!"
""...... "" semua perempuan yang ada di regu Leon mendadak kaget merasakan Leon menampakkan niat haus membunuhnya.
"K-kak Safira, a-aku takut.." bisik Yeon bersembunyi di dekat Safira. "Hm. Aku tidak pernah melihat Leon seperti ini."
"Apa yang terjadi padamu, Leon?"
"Seleane, aku serahkan dua orang itu padamu.." cetus Leon tiba-tiba, nada bicaranya seperti orang lain.
"Deuk, Luli, kuserahkan para gadis pada kalian. Aku ada urusan dengan teman satu angkatanku ini.." titah lelaki berpedang tersenyum ke arah Leon.
"Kau seenaknya.." sahut skeleton dengan armor susu.
"Fufu.? Lakukan sesuka anda, tuan ksatria.." jawab perempuan dark elf.
Tap, tap..
"Hei Leon, sudah lama kita tak berjumpa. Aku pikir kau mati karena kehilangan kekuatan atau faktor lainnya. Huh, ternyata enak-enakkan bersama gadis-gadis cantik ternyata. Leon, kau lumayan munafik juga.."
"Berhenti bicara dengan mulut itu. Kenapa kau masih hidup, Grek!? Aku sangat yakin komandan telah menghancurkan badanmu waktu, dan juga--kurgh!" Leon menggertakkan gigi-giginya.
"Apa yang sudah kau lakukan pada mayat rekanku?!" teriak Leon penuh amarah.
Grek tersenyum. Hal yang membuat Leon marah adalah wajah lelaki itu adalah wajahnya mantan rekan Leon yang sudah meninggal saat pertempuran.
Jacke.
"Ehehe.! Aku juga tidak tahu. Kenapa ya~~~?"
"Hmph!!?"
Leon melesat sangat cepat menebas horizontal ke depan, Grek menendang tanah mundur ke belakang Leon mengejarnya dan terus menyerangnya sampai masuk ke dalam gereja.
Magic Knight Slash :
CALIBURN I
Dhuar!
Ledakan tebasan cahaya Leon menghancurkan bagian pintu sehingga pertarungan terlindung oleh puing-puing bangunan.
"Tuan ksatria, sudah memulainya. Haruskah kita mulai juga.?" dark elf bersurai ungu mulai berjalan mendekati.
"Yeon, aku tahu kau takut tapi aku ingin kau ikut denganku." pinta Seleane. "Eh?"
"Anila dan Safira, bisa kalian mengatasi sihir aneh dark elf itu.."
"Tentu. Apalagi dark elf adalah saingan kaum kami forest elf.."
"Yeon, percayalah kau bisa melakukannya.." kata Safira memberi semangat.
"Apa yang kalian bicarakan?"
Dash!
Luli melesat sudah sampai di hadapan Seleane. Anila muncul dari belakang melakukan ayunan kaki yang ditahan mendadak oleh Luli. Pertarungan beladiri terjadi di depan Seleane.
"Kalian menghalangi jalanku.."
Slash!?
Tebasan merah membuat kedua elf serta dark elf ini kaget. Itu adalah perbuatan Seleane yang menyerang Deuk yang mencoba melakukan sesuatu saat keduanya bertarung.
"Hei Deuk, apa kau ingin menyerangku juga.?"
"Soalnya kau menghalangi jalanku."
"Awas kau nanti ya.."
"Hmp~"
"Berjuanglah untuk tidak mati.."
Cabbalos Muertos Simbolo de Sacrificio :
Aure de la Muerte que Genera
Aura api hitam berkobar melingkar ditempat skeleton beramor susu, beberapa zombie keluar dari dalam tanah.
"Festival kematian... Dimulai!"
.A.N.O.T.H.E.R.
Sementara itu di kelompok Rinka dan Nazna..mereka sudah mengalahkan dua orang yang dikirim Quema sesaat Iksan melempar tombak petir(tanpa sengaja).
"Pergerakan mereka cepat sekali. Nazna, apa kita baru saja masuk ke kandang singa? Aku belum melihat orang dibalik semua ini tapi dia memiliki banyak anak buah yang kuat. Aku tidak bisa membayangkan sekuat apa nantinya andai kita berhadapan dengan orang yang mengincar Iksan. Apalagi aku tidak suka Iksan. Bisa-bisanya ia menyuruh perempuan sebaik Nisa berbuat sampai segitunya.."
"Ya, sekarang aku lebih marah pada Iksan ketimbang semua orang. Tapi aku yakin... Iksan pasti mengerti juga apa yang telah dia perbuat. Sampai saat itu aku akan menahan hasrat menghajar mukanya."
"Nazna.."
Prook, prok..
"Kalian berdua hebat sekali, aku saja kesulitan melawan kedua orang itu pada saat mereka serius namun kalian mengalahkan mereka dengan cepat sebelum mereka sempat untuk serius.."
Seseorang berambut orange yang mana bagian atas wajahnya tertutup oleh rambutnya sendiri mengenakan mantel jubah hitam bergaris jingga dengan kedua tangan kebesaran.
"Sungguh aku terkejut mendengar saat dua dari 15 Saint Terkuat World berada ditempat ini. Senang bertemu dengan kalian.."
"Siapa kau?" tanya Nazna dingin.
"Aku sama seperti kalian, Saint dari Leena. Sayangnya aku bukan salah satu dari kalian. Itu tidak adil.."
"??"
"Kenapa kalian yang tidak tahu apa-apa soal kekuatan sejati saint bisa jadi yang terkuat.? Sementara aku tidak! Ini tidak adil. Aku sudah melihat kekuatan itu.."
"H-hei, apa yang dibicarakan orang ini?" tanya Rinka berbisik.
"Kemungkinan dia hanyalah orang yang tak bisa menerima kenyataan.."
"Tidak bisa menerima kenyataan? Hehe.." orang itu mulai tertawa misterius. "Kalau begitu akan kuperlihatkan kepada kalian bagaimana Maker sejati itu?!"
"Maker sejati??"
"Akan kugunakan kekuatan Maker sejati untuk mengalahkan kalian berdua lalu aku jadi satu yang terkuat.!"
"Dia serius. Rinka, jangan biarkan dirimu lengah.."
"Tentu, Nazna.!"
.A.N.O.T.H.E.R.
Iksan dan Rina meneruskan jalan mereka ke arah menara yang mulai terlihat jelas.
"Apa benar disana Yuliana berada?" tanya Iksan sempat bertanya.
"Hm. Sepupu Leben pernah bercerita jika sepupu Quema memiliki markas yang dihuni oleh semua anak buahnya. Hanya menara itu kemungkinannya.."
"Tidak ada salahnya tetapi waktu kita tidak banyak. Ayo bergegas sebelum terlam--" saat Iksan ingin berlari, entah bagaimana mereka sampai disebuah menara.
""??"" Rina yang ada bersamanya juga ikut kaget bercampur bingung.
"Jembatan? H-uh, k-kota??" pekik Rina kaget menyadari jika mereka ada di jalanan umum.
"Apa ini trik ilusi anak buah Quema lagi? Ini sangat menyebalkan.." kesal Iksan.
"Jangan bilang begitu aku jadi sedih.." seru pria berjas putih.
"Sepupu, dia.."
"Dia aneh.."
"B-bukan itu, moh. Orang ini... Aku rasa dia bukan pengguna ilusi."
"Kau punya insting yang bagus, gadis cantik.."
"Benarkah begitu?" pikir Iksan.
"Aku memang cantik.!"
"Ugh. Aku malu sekarang.."
"Oh~ho?" pria itu tersenyum. Ia mengambil semacam remote dari dalam topi sulapnya, memencet tombol biru yang ada disana disaat bersamaan muncul lingkaran sihir waktu biru di sisi kirinya.
"Waktu sudah dikeluarkan.."
"Sepupu.!"
"........"
Iksan menerjang cepat pria itu dengan 'Kecepatan Petir', akan tetapi orang itu jadi tembus pandang saat Iksan serang.
"Waktunya permainan dimulai, kalian berdua.."
"Sial. Aku terlambat sedikit.."
Dimension Magic :
Virtual World
Cahaya biru yang sangat menyilaukan menutupi pandangan dan ketiganya lenyap seketika.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top